Ketika Romeo dan Tina mengunjungi sebuah museum desa terpencil, mereka tidak pernah menyangka bahwa patung kuno sepasang Dewa Dewi Asmara akan membawa mereka ke dunia lain—Asmaraloka, alam para dewa yang penuh kemegahan sekaligus misteri. Di dunia ini, mereka bukan lagi manusia biasa, tapi reinkarnasi dari Dewa Kamanjaya dan Dewi Kamaratih—penguasa cinta dan perasaan.
Terseret dalam misi memulihkan keseimbangan cinta yang terkoyak akibat perang para dewa dan iblis, Romeo dan Tina harus menghadapi perasaan yang selama ini mereka abaikan. Namun ketika cinta masa lalu dan masa kini bertabrakan, apakah mereka akan tetap memilih satu sama lain?
Setelah menyadari kisah cinta mereka yang akan berpisah, Sebagai Kamanjaya dan Kamaratih mereka memilih hidup di dunia fana dan kembali menjadi anak remaja untuk menjalani kisah yang terpisahkan.
Asmaraloka adalah kisah epik tentang cinta yang melintasi alam dan waktu—sebuah petualangan magis yang menggugah hati dan menyentuh jiwa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ryuuka20, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
26. Ceritanya ngambek
"Dika aja yang ketua OSIS di tolak." ucap Hanan pada Romeo yang melihat Dika mendengus.
"Gak ada hubungannya sama Dika."
Romeo tertawa kecil sambil melirik Dika yang langsung mendelik ke arah Hanan. "Udah, Han, gak usah bawa-bawa kisah gagal orang ke sini," ujar Dika dengan nada kesal bercampur malu.
Hanan malah menepuk bahu Dika sambil nyengir. "Gue cuma ngingetin Rom aja, biar dia gak terlalu percaya diri. Kalau ketua OSIS aja ditolak, apalagi Romeo, yang cuma juara kelas, nih."
"Han, beneran ya, Lo cari gara-gara," Dika mengancam, tapi nadanya lebih ke bercanda. "Gue tuh gak ditolak, oke? Gue cuma... kalah cepat aja."
"Kalah cepat? Jadi ada yang nyalip duluan?" tanya Romeo penasaran.
Dika mengangguk dengan ekspresi dramatis. "Iya, ada yang nyalip. Ceweknya malah milih cowok lain yang lebih duluan ngajak jalan. Padahal gue udah planning lama."
Hanan langsung ngakak. "Tuh kan, Rom. Pelajaran buat Lo. Kalau mau sesuatu, ya jangan kelamaan mikir. Bisa-bisa ada yang nyalip duluan kayak kisah tragis Dika ini."
Romeo mendesah, mencoba tidak memikirkan terlalu jauh. "Udah deh, gak usah bawa-bawa kisah gagal orang. Ini beda kasus, oke? Gue sama Tina gak kayak gitu."
Hanan melirik Dika dengan tatapan penuh arti. "Iya, iya. Kita lihat aja, Rom. Gue doain Lo gak jadi versi dua dari Dika."
Dika memutar mata sambil menyandarkan punggungnya ke pohon. "Gue serius, Rom. Kalau emang Lo mau sesuatu, ya langsung aja. Kalau kelamaan, Lo cuma bakal dapet cerita nyesek kayak gue."
Romeo terdiam sejenak, memikirkan kata-kata mereka. Tina masih sibuk dengan teman-temannya, sesekali tertawa lepas. Di dalam hati, Romeo mulai merasa, mungkin Dika dan Hanan ada benarnya. Kalau dia terus nunggu momen yang sempurna, bisa aja dia malah kehilangan kesempatan itu.
Sedangkan Dinar yang peka dengan Romeo dan teman-temannya. "Kayaknya mereka ngomongin Lo deh tin?"
"Siapa?"
"Romeo?" tanya Tika yang kaget dengan menutup mulutnya.
"Mereka lihat lihat kesini tuh," ucap Lila menambahkan.
Tina langsung menoleh ke arah Romeo dan teman-temannya yang memang sedang melihat ke arahnya. Wajahnya seketika memerah, tapi ia berusaha tetap terlihat biasa saja. "Ah, palingan mereka cuma ngobrol biasa. Ngapain ngomongin gue," ujarnya mencoba santai.
"Ngobrol biasa gimana? Dari tadi mata Romeo gak lepas dari Lo, Tin," ujar Dinar sambil menyenggol pelan bahu Tina.
Tika mengangguk setuju. "Bener tuh. Lagian, kalau bukan Lo yang mereka omongin, kenapa Romeo ngeliatin Lo sambil pura-pura serius kayak gitu?"
Lila ikut tertawa kecil. "Iya, Tin. Mungkin dia mau bilang sesuatu, tapi malu."
Tina mendesah, mencoba mengabaikan omongan teman-temannya. "Udahlah, gak usah dilebih-lebihin. Kita kan lagi piknik, ya santai aja." Ia kembali sibuk dengan handphonenya, tapi dalam hati sebenarnya ia merasa gelisah. "Apa iya Romeo ngomongin gue? Tapi ngomongin apa?"
Di sisi lain, Dinar yang memang selalu peka, memperhatikan gerak-gerik Tina. "Udah deh, ngaku aja, Tin. Lo juga penasaran kan apa yang mereka omongin?"
Tina akhirnya menyerah. "Ya, sedikit sih. Tapi gue gak mau kepo duluan. Kalau penting, ya pasti Romeo bilang."
Tika tersenyum penuh arti. "Kalau Lo udah ngomong kayak gitu, fix deh, ada sesuatu."
Lila mengangguk semangat. "Iya, Tin. Lo jangan kaget aja kalau nanti Romeo tiba-tiba bilang sesuatu yang bikin Lo gak bisa tidur semalaman."
Tina hanya mendengus, berusaha menutupi rasa gugupnya. Tapi dalam hati, ia tak bisa berhenti memikirkan apa yang sebenarnya sedang Romeo dan teman-temannya bicarakan.
Karena Romeo dan teman-temannya sibuk mengobrol bersama. Tina dan teman-temannya yang datang dari belakang mereka. "Eh Romeo kalau Lo bisa tembak aja." kata Danan,"gak segampang itu." Tina yang mendengar itu agak kaget dengan mendengar Romeo mau nembak cewek? Tapi Tina pura-pura gak tau. "Ayok guys, kita makan dulu abis itu kita pulang."ajak Dinar pada teman-temannya itu.
Romeo yang mendengar suara Dinar menoleh ke arah Tina dan teman-temannya yang baru saja mendekat. Ia langsung salah tingkah, sementara Danan hanya terkekeh kecil. "Tuh, target Lo udah dateng," bisik Danan sambil menyenggol bahu Romeo.
"Diam, Lo," gumam Romeo pelan, pura-pura sibuk membuka bungkus camilan untuk menghindari tatapan Tina.
Tina yang berjalan di belakang Dinar merasa canggung, tapi ia berusaha tetap santai. "Masa iya Romeo mau nembak cewek? Tapi siapa?" pikirnya. Ia melirik Romeo sekilas, mencoba membaca ekspresi cowok itu, tapi wajah Romeo datar seperti biasa.
Sementara itu, Hanan, yang juga mendengar percakapan tadi, malah memecahkan suasana. "Eh, Tin. Lo mau makan duluan atau denger Romeo latihan nembak dulu?" goda Hanan, membuat suasana langsung kikuk.
Tina terkekeh kecil, pura-pura tidak mengerti. "Nembak apa, sih? Lo ngomong apaan, Han?" Ia mengambil posisi duduk di samping Dinar, mencoba mengalihkan topik. "Ayo makan aja, udah laper nih."
Namun, Tika dan Lila menatap Tina dengan pandangan penuh arti. "Latihan nembak? Siapa yang mau ditembak, ya?" Tika membatin sambil melirik Tina dan Romeo bergantian.
Romeo merasa situasinya mulai tidak nyaman. "Udah, makan aja dulu. Ngapain sih kalian banyak ngomong," ucapnya, mencoba menyudahi pembicaraan.
Danan malah makin iseng. "Eh, tenang aja, Romeo. Kalau Lo beneran nembak, kami semua siap jadi saksi."
"Lo mau gue lempar ke sungai, Danan?" balas Romeo dengan nada kesal tapi malu. Suasana langsung pecah oleh tawa semua orang, sementara Tina hanya tersenyum kecil, masih menyimpan rasa penasaran di hatinya. "Apa benar Romeo mau nembak seseorang? Tapi siapa? Ah, kenapa gue jadi kepikiran?"
"Romeo gue pulangnya sama Tika ya."
"Kenapa?" tanya Romeo pada Tina,"katanya Lo mau lihat Momo gak jadi?"
"Nggak deh, lagian udah mau malem juga. Gue takut." ucap Tina yang mencari alasan, sebenarnya Tina gak tau kenapa tiba-tiba bete aja.
Romeo menghela napas panjang, menatap Tina dengan alis terangkat. "Lo bete ya? Gue ngelakuin sesuatu yang salah?" tanyanya langsung, membuat Tina sedikit terkejut.
"Nggak, gue cuma capek aja, Rom," jawab Tina cepat sambil menghindari tatapan Romeo. Dia tahu Romeo pasti bisa membaca ekspresinya kalau dia terlalu lama menatapnya.
"Capek kenapa? Lo tadi kelihatan enjoy aja sama yang lain," balas Romeo, masih penasaran.
Tina cuma tersenyum tipis sambil melirik ke arah Tika. "Udah, nggak apa-apa, kok. Lagian Momo pasti lagi istirahat juga, kan? Gue nggak mau ganggu dia."
Romeo mendengus pelan, menahan rasa kesal yang mulai muncul. "Yakin ini soal Momo? Kayaknya ada yang Lo sembunyiin, deh. Udah deh, Tin, jujur aja."
Tina hanya diam, mengangkat bahu dengan santai. "Udah ah, gue duluan ya. Makasih, Rom, hari ini." Ia langsung menarik Tika untuk pergi, meninggalkan Romeo yang masih berdiri di tempat dengan wajah bingung dan sedikit kesal.
Sementara itu, Hanan yang duduk di dekat Romeo hanya menepuk bahunya sambil terkekeh. "Tuh, dia ngambek. Lo kenapa nggak langsung aja ngomong sesuatu, Rom? Udah jelas dia bete, mungkin karena Lo."
Romeo memutar bola matanya. "Gue ngapain? Gue cuma ngajak dia lihat Momo, dan sekarang dia malah gitu. Cewek emang ribet."
Hanan tertawa kecil. "Ya udah sih, jangan banyak alasan. Kalau Lo masih pengen ngobrol, ya besok samperin dia aja. Jangan ditunda-tunda."
Romeo menghela napas lagi, menatap arah Tina dan Tika yang semakin menjauh. "Beneran ribet. Tapi ya... nggak enak juga kalau dia marah beneran."