di dunia zentaria, ada sebuah kekaisaran yang berdiri megah di benua Laurentia, kekaisaran terbesar memimpin penuh Banua tersebut.
tapi hingga pada akhirnya takdir pun merubah segalanya, pada saat malam hari menjelang fajar kekaisaran tersebut runtuh dan hanya menyisakan puing-puing bangunan.
Kenzie Laurent dan adiknya Reinzie Laurent terpaksa harus berpisah demi keamanan mereka untuk menghindar dari kejaran dari seorang penghianat bernama Zarco.
hingga pada akhirnya takdir pun merubah segalanya, kedua pangeran itu memiliki jalan mereka masing-masing.
> dunia tidak kehilangan harapan dan cahaya, melainkan kegelapan itu sendiri lah kekurangan terangnya <
> "Di dunia yang hanya menghormati kekuatan, kasih sayang bisa menjadi kutukan, dan takdir… bisa jadi pedang yang menebas keluarga sendiri <.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ibar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bertemu sosok misterius
"Ugh..."
"Sial....".
"Makhluk ini tiada habisnya."
Aku terkekeh mundur hingga berdekatan dengan Chelsea.
Tenagaku mulai habis, tubuhku sudah goyah.
Kelihatannya aku tak memiliki pilihan, selain mengarahkan semua Ki yang ku punya.
"Chelsea... Aku akan menggunakan semua kekuatan yang tersisa di dalam tubuhku."
"Bantu aku dengan mengalirkan sebagian energi Ki-mu kepadaku, dan kita akan berlari ke depan menyusuri hutan ini."
Chelsea menatapku dengan mata lelah, namun penuh keyakinan.
"Apakah kamu yakin dengan keputusanmu itu?.."
"Ya... Aku yakin, percayakan semuanya kepadaku!"
"Baiklah kalau kamu sudah yakin... Kuserahkan semuanya padamu."
"Baik... Mari kita mulai!"
Aku menarik napas panjang...
"Huuuup....."
"Hhhh..."
"Napas pertama adalah jurus brutal."
Jurus ini biasa digunakan Tuan Vargan untuk memusnahkan musuh dalam satu tarikan napas.
Energi dari tubuh Chelsea mengalir masuk ke nadiku, bertemu dengan Ki-ku yang hampir padam.
"Abyss Slayer Art.... Savage Cleave"
Ki-ku meledak, memancarkan api biru gelap yang menyapu area di depan kami.
"SWOOOSH!..."
Gelombang energi itu membelah kerumunan monster kegelapan, menciptakan lorong sempit yang terbuka paksa.
Monster-monster di sekitarnya hancur menjadi debu hitam.
"Ikuti aku, Chelsea, kita akan terus maju!"
"Baik Reinzie!"
Lorong itu hanya bertahan sepersekian detik.
Aku harus melakukan serangan lagi.
"Chelsea mendekatlah di sampingku... Aku akan menggunakan jurus pemusnah brutal!"
"Aku datang Reinzie... Lakukanlah Reinzie!"
Aku menyatukan energi kami, Ki dari bayangan dan Ki dingin dari es, melebur menjadi satu ledakan murni yang melenyapkan semua yang menghalangi.
“Judgment Cleave, Third Stage: Dark Eradication”
Cahaya hitam pekat memenuhi lorong.
Monster-monster di depan kami menjerit, lalu menghilang.
Kami menciptakan celah, jalan, dan ruang untuk melarikan diri.
"Sekarang waktunya kita pergi Chelsea.. Gunakan jurus langkah bayangan tahap keempat!"
"Baiklah..."
Reinzie: “Shadow Step, Fourth Stage: Silent Stride.”
Chelsea:“Shadow Step, Fourth Stage: Silent Stride.”
"WHOOSH!..."
Kami melesat maju dengan cepat, Ki kami bekerja sama dalam harmoni yang sempurna.
Namun, Ki yang kualirkan terlalu besar, melebihi batas yang mampu ditahan tubuhku.
Kepalaku berdengung, dunia seakan berputar, dan kakiku lemas.
"Ugh..."
Pengelihatan mulai memudar
Gerakanku mulai ambruk
Sepertinya aku akan terjatuh
Untungnya kami telah melangkah jauh dari tempat itu, setidaknya kami berdua sudah berada di tempat aman...
"Ughh!.."
"Reinzie!..."
"Plakk...". Chelsea meraih tubuh reinzie yang tak sadarkan diri
"Rein!... Bangun reinzie"
Chelsea mengangkat tubuh reinzie dan menggendongnya.
"Sepertinya aku harus mencari tempat yang aman dulu, untuk memulihkan energi tubuh kami"
BEBERAPA SAAT KEMUDIAN DI DALAM GUA
Dalam gua reinzie terbaring lemah dan tak sadarkan diri
Sementara chelsea duduk bermeditasi untuk memulihkan energi Ki dan tenaga dalam tubuhnya.
DALAM MIMPI REINZIE
"KLANG!..." suara dentuman pedang yang bertabrakan
Hahh... kobaran api!..
Tempat ini kacau sekali dan pertarungan dimana-mana.
~kemudian muncul cahaya yang menyilaukan di depan kenzie~
Cahaya apa itu.. cahayanya menyilaukan
Aku tidak bisa melihat apapun, bahkan suara pertarungan yang ribut perlahan mulai menghilang dari pendengaran ku
"Haahh..." nafas berat
"Aku ada di mana?.."
~Reinzie tampak bingung dengan keadaan di sekitarnya dan tiba-tiba ada suara yang berteriak~
"Arvendel... Vargan... Lindungi kedua pangeran!.."
~tiba-tiba tubuh reinzie diangkat lalu di gendong oleh seseorang~
~Reinzie tampak terkejut dan melihat kearah orang tersebut~
"Mari kita menjauh dari tempat ini pangeran"
Tuan vargan!... Tunggu yang berteriak tadi itu
"Ayahanda!..."
"Tidak.... Tunggu!.. Turunkan aku"
"Kita harus meninggalkan tempat ini pangeran... Ini perintah yang mulia kaisar" ucap vargan
"Tunggu... turunkan aku di sini..... Tidak Ayahanda.... Ibunda... Ibunda yelena!..."
Di langit terlihat Zarco D'Vareth yang sedang tertawa mengejek ayahnya dan ibunya.
"Akhirnya aku bisa melihat sosokmu yang terpuruk juga valerius!...." ucap zarco kemudian kembali berkata
"Keagungan dan wibawamu telah hilang!... Hahahaha!..." katanya sambil tertawa mengejek
"Cih.." valerius berdecak, "kamu terlalu banyak berbicara omong kosong zarco"
"hah.... Terimalah nasibmu dan matilah dengan tenang..."
Zarco mengarahkan serangannya pada valerius dan kedua istrinya kemudian...
"BOOOMM!..." (suara ledakan)
Terjadilah ledakan dahsyat yang menghantam daerah tersebut.
Reinzie yang berada di pelukan vargan berteriak histeris melihat ayahnya dan ibunya di telan oleh cahaya serangan tersebut
Matanya membulat lebar saat melihat kejadian tersebut.
KEMBALI PADA KENYATAAN
"ughh!.."
Aku akhirnya sadar kembali tapi... kejadian itu muncul di mimpiku lagi... Mimpi buruk yang sama.
"Zarco D'Vareth!... Tunggu saja aku akan membalasmu"
~Reinzie kembali mengingat bahwa dirinya dan Chelsea sedang melarikan diri dari monster~
"Sebelumnya aku terjatuh pingsan akibat kehabisan tenaga"
Aku mulai sadar dan merasakan dinginnya batu dan aroma tanah yang lembap.
Aku tidak lagi berada di tengah kabut beracun.
Ada dinding gua di sekitarku, dan sebuah api kecil yang menyala redup, memberikan kehangatan.
Aku menoleh. Di sebelahku, Chelsea sedang duduk dan fokus bermeditasi, bersandar di dinding gua.
Wajahnya yang pucat dipenuhi luka goresan, pakaiannya robek, tapi ia bernapas dengan stabil.
"Dia yang menyelamatkanku dan membawaku ketempat ini ya"
Aku sangat berterimakasih padanya karena menyeretku keluar dari neraka itu.
~Reinzie bangun kemudian duduk dan merasakan sakit menjalar di setiap ototnya~
"Aku harus memulihkan energi tubuhku".
"Baik pertama-tama rasakan energi Ki mengalir di dantian, kemudian fokuskan ke satu titik"
~Tubuh reinzie mulai mengeluarkan cahaya~
"Setelah itu rasakan energi alam..."
"Hirup melalui hidung..."
(huuuf!..)
"Hingga masuk ke pusat dantian, kemudian buang energi yang tak perlu melalui mulut..."
(huff..)
"Tubuhku mulai kembali pulih seperti sebelumnya"
"fiuhh... Akhirnya selesai"
"Chelsea masih fokus pada meditasinya"
~perlahan reinzie mendekati chelsea dan mengelus lembut rambutnya~
"Ugh, Reinzie... kamu sudah sadar" gumam Chelsea, matanya terbuka sedikit, terkejut melihatku sudah sadar.
"Maaf Chelsea... Selanjutnya aku tidak akan membebanimu lagi," bisikku, dengan suara serak.
~Reinzie menatap mata Chelsea dengan penuh perasaan dan kemudian berkata~
"Chelsea selama ini aku telah memiliki perasaan padamu" kataku pelan membisik di telinganya
"Untuk kedepannya aku tak akan membebanimu lagi, sejujurnya aku takut kamu terluka" kataku padanya.
Aku hendak menjauh dan kembali ke tempatku, tetapi tangannya meraih lenganku, menahanku. Tatapannya kini penuh makna, tidak lagi lelah.
"Jangan pergi," katanya, suaranya pelan dan jujur.
"Aku tidak pernah merasa terbebani. Aku tetap di sini karena aku memilihnya, Reinzie."
Air matanya menggenang.
"Sejujurnya aku juga memiliki perasaan padamu, Reinzie."
Jantungku berdebar kencang.
Dalam kegelapan dan ketakutan, kami saling jujur tentang perasaan yang selama ini terpendam di dalam hati kami.
Kemudian kami menatap satu sama lain, menyadari bahwa takdir kami telah lama terjalin, bukan hanya karena dendam, tetapi karena cinta.
Di dalam keheningan gua, kami membiarkan emosi yang terpendam selama ini, mengambil alih perasaan kami.
Awalnya kami berdua masih malu-malu akan tetap insting binatang buas merasuki tubuh dan pikiranku sehingga aku tak bisa lagi mengontrol diriku, dan akhirnya kami melakukan hubungan dan saling terhubung
Membiarkan tubuh kami melakukan hal-hal yang tidak pernah kami lakukan, dan sekarang kami melakukan hubungan itu seperti seorang profesional.
Tubuh chelsea begitu nikmat dan wajahnya begitu cantik hingga membuatku tak bisa menahan diriku.
Kami melakukannya sampai dua jam hingga kami berdua kelelahan dan merasa puas satu sama lain.
Kami selesai melakukannya....
Setelah itu aku memeluk chelsea yang tak memakai sehelai benang pun, Aku mulai memegang kepalanya dan mengelus helai rambutnya
"Chelsea aku sangat menikmatinya... Setiap kali aku melakukannya aku merasa diriku tak ingin berhenti" kataku sambil tersenyum menggoda Chelsea
"Sama aku juga rein... Aku sangat menyukai dan menikmatinya!.."
Kami istirahat bersama karena kami lelah melakukannya selama dua jam, dan kami masih harus melanjutkan perjalanan.
Setelah kelelahan kami mereda, aku duduk bersila, berusaha bermeditasi kembali, menarik Ki yang tersebar kembali ke Pusat Ki-ku.
Chelsea melakukan hal yang sama di sampingku, memulihkan kembali kondisi tubuhnya.
Beberapa saat berlalu dalam keheningan yang damai, ketika itu tiba-tiba—
Suara datang membisik.
Bukan dari luar, melainkan dari dalam pikiran, seperti bisikan yang sangat kuat.
"Kalian berdua... apa yang ingin kalian lakukan? Apa tujuan kalian?"
Aku tersentak, mata terbuka lebar.
Chelsea juga membuka mata, tubuhnya bergetar. Dia juga mendengarnya.
"Siapa di sana?!" Chelsea bertanya, memandang sekeliling.
"Tujuan. Dendam. Kekuatan. Apakah itu yang kalian cari? Kalian membawa darah yang unik, darah yang seharusnya tidak boleh ada lagi di dunia ini..."
"Siapa kau?" tanyaku keras-keras.
"Aku adalah penunggu. Penjaga dari tempat ini..."
"Kalian berdua berhasil mencapai inti Hutan Neraka Hening..."
Suara itu terdengar seperti bergema dari seluruh gua, dingin, namun menarik.
"Dunia telah melupakan nama kami, namun sekarang kalian muncul sebagai yang terpilih"
"khususnya kamu... Reinzie!.."
"Aku?.. Mengapa aku yang kamu pilih?.. Dan apa maksud perkataanmu itu"
"Kamu telah terpilih menjadi penerus tuan kami!... Lebih tepatnya kami telah memilihmu reinzie."
"kami.... Apa maksudmu dengan kami?. Bukankah di sini hanya kita bertiga?.." kataku dengan bingung
"yah memang betul di sini hanya kita bertiga, tapi sebenarnya diriku yang asli ada di tempat lain bersama kedua rekanku"
"Aku yang sekarang ini hanyalah sebagian kecil dari kesadaran rohku"
"Apakah kamu tak memiliki wujud roh di sini?..." tanyaku padanya
"Katakan apa yang kau mau!" seru Chelsea, memegang erat pedangnya.
"Aku tidak menginginkan apa pun, tujuanku adalah membimbing kalian berdua karena kami telah memilih penerus tuan kami"
"Katakan padaku apa yang harus aku lakukan?.." tanyaku lagi padanya
"Berjalanlah masuk ke ujung gua ini dan setelah sampai di sana kalian akan melihat air terjun... Di balik air itu ada ruang tersebunyi dan didalam sana aku berada sekarang... Aku akan menunggu kalian di sana!.."
Suara itu menghilang.
Keheningan kembali merayapi gua.
Kami berdiri dan memandang ke dalam dasar gua ini, tujuan kami adalah mencari kak Kenzie jika kami masuk kedalam dan menemukan jalan keluar dari hutan ini itu sangat bagus.
"Reinzie..." kata Chelsea, suaranya ragu.
Aku menatapnya. Matanya kini penuh kekhawatiran.
"Apa pun yang ada di sana, aku harus melihatnya," kataku, memegang tangannya.
"Untuk menemukan Kak Kenzie... kita tidak bisa berdiam diri ditempat ini terlalu lama, mungkin disana kita bisa menemukan jalan keluar dari hutan terlarang ini."
"Aku akan mengikuti mu" kata Chelsea.
"Mari kita berdua pergi dan melihat kedalam."
Kami melangkah maju menuju air terjun misterius itu, menuju takdir yang tidak pasti di inti Hutan Neraka Hening.