Di negeri fantasi Qingya, seorang gadis bernama Lian Yue tiba-tiba membangkitkan Spirit Rubah Perak sebelum usianya genap 18 tahun—sesuatu yang mustahil dan sangat berbahaya. Kejadian itu membuat seluruh sekte mengincarnya karena dianggap membawa warisan kuno.
Saat ia kabur, Lian Yue diselamatkan oleh pewaris Sekte Naga Hitam, Shen Ryuko, lelaki dingin dan kuat. Namun ketika tubuh mereka bersentuhan, Qi mereka saling menyatu—tanda bahwa mereka adalah pasangan ritual yang hanya bisa diaktifkan lewat hubungan intim.
Sejak itu, keduanya terikat dalam hubungan berbahaya, penuh gairah, dan diburu para sekte yang ingin merebut kekuatan mereka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon S. N. Aida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33 — Janji di Bawah Bulan
Pelarian dari Istana Kekaisaran adalah uji coba pertama bagi kekuatan baru Lian Yue dan Ryuko. Mereka berlari melintasi padang rumput yang luas, di bawah bayangan tembok tinggi Istana yang kini dipenuhi obor dan jeritan perintah. Qi mereka, meskipun stabil, tetap menjadi suar bagi para Kultivator Kekaisaran yang mahir.
Ryuko bergerak dengan kecepatan luar biasa, Qi Naganya yang baru saja dimurnikan membantunya melompati sungai kecil dan melintasi jurang. Ia masih membawa Lian Yue di punggungnya, memungkinkannya mempertahankan kecepatan optimal sambil memastikan Lian Yue aman dari bahaya langsung.
"Mereka mengirimkan Pasukan Kavaleri Qi Emas," bisik Ryuko, suaranya tajam dan waspada. "Aku bisa merasakan getaran tanah. Mereka bergerak cepat. Kita harus mencapai hutan di sana."
Mereka menuju ke arah Hutan Roh Kuno, tempat yang dikenal karena Formasi spiritualnya yang tebal dan liar, yang akan menyamarkan jejak Qi mereka dari pengejar.
Lian Yue, meskipun lelah, fokus. Ia tidak lagi hanya menumpang; ia berpartisipasi. Ia menyalurkan Qi Yin murninya, tidak untuk menyerang, tetapi untuk menyembunyikan. Qi Yin-nya yang dingin membungkus Qi Yang Ryuko, menciptakan jubah spiritual yang sangat sulit dilacak oleh sensor Kekaisaran.
Kami adalah satu, bahkan dalam pelarian.
Setelah berlari tanpa henti selama hampir satu jam, Ryuko akhirnya mencapai tepi Hutan Roh Kuno. Di sini, pohon-pohon kuno menjulang tinggi, dan udara segera menjadi tebal dengan Qi kayu dan bumi.
Ryuko melompat ke Formasi pohon pertama, menyembunyikan diri mereka di balik semak tebal yang diselimuti Formasi ilusi alam.
Ryuko perlahan menurunkan Lian Yue dari punggungnya. Keduanya terengah-engah, tetapi Ryuko segera menyalurkan setetes Qi Yang ke dalam Lian Yue untuk memulihkan staminanya.
"Kita aman untuk saat ini," desis Ryuko, matanya mengawasi hutan gelap. "Formasi alam di sini akan menyembunyikan kita dari deteksi Qi yang terorganisir. Tapi kita harus masuk lebih dalam."
Mereka berdua duduk, bersandar pada akar pohon yang besar. Di atas mereka, melalui celah dedaunan, Bulan Purnama bersinar terang—Bulan yang sama yang mengukuhkan Ikatan Takdir mereka.
Kelelahan membuat mereka jujur. Udara di sekitar mereka tegang, tetapi bukan karena bahaya di luar, melainkan karena kata-kata yang harus diucapkan.
Ryuko berbalik menghadap Lian Yue, menariknya lebih dekat.
"Aku minta maaf," kata Ryuko, suaranya rendah dan dipenuhi penyesalan. "Maaf karena aku posesif, karena aku memaksakan Ritual kepadamu, karena aku kehilangan kendali di Ruang Ritual Tua, dan maaf karena aku mengubahmu menjadi target politik."
Lian Yue menggelengkan kepalanya. Ia meraih wajah Ryuko, menyentuh sisik-sisik hitam kecil yang masih samar-samar ada di sekitar garis rambutnya.
"Jangan minta maaf atas takdirmu," kata Lian Yue lembut. "Kau melindungiku. Kau tidak pernah berbohong tentang hasratmu—itu lebih jujur daripada janji manis Pangeran Yu Liang atau manipulasi Permaisuri. Aku melihatmu, Ryuko."
Lian Yue memajukan tubuhnya, menatap Ryuko dengan mata peraknya. "Aku takut pada amukan Nagamu, ya. Tapi aku lebih takut pada kehilanganmu, terutama setelah Permaisuri menjelaskan bahwa Qi Yin-ku adalah kunci untuk menghancurkan atau mengendalikanmu."
"Aku tidak ingin menjadi rantaimu," lanjut Lian Yue, suaranya tegas. "Aku ingin menjadi Pasangan-mu. Aku ingin menjadi kekuatan yang membuatmu kuat, bukan yang menundukkanmu."
Ryuko menundukkan kepalanya, menyentuhkan dahinya ke dahi Lian Yue. "Kau sudah menjadi itu, Lian Yue. Sejak kau menolak Qi lain. Kau adalah kekuatanku."
Mereka berdua terdiam, membiarkan Qi mereka berputar bersama dalam kehangatan yang sunyi.
Lian Yue menarik diri sedikit. "Tapi kita perlu janji. Perjanjian."
"Apa pun," kata Ryuko.
"Ritual. Ritual yang mengikat kita, yang akan memicu kekuatan Warisan Purnama. Ritual yang akan mengubah kita, dan mungkin dunia," jelas Lian Yue. "Aku tidak akan melakukannya karena paksaan, ancaman politik, atau karena naluri. Aku akan melakukannya hanya jika aku benar-benar ingin."
Lian Yue menatapnya dalam-dalam. "Aku ingin setiap langkah kita menuju Ikatan Tubuh, setiap Ritual, dilakukan dengan persetujuan penuh, dan dengan cinta. Bukan hanya kebutuhan spiritual."
Ryuko menutup matanya. Itu adalah permintaan yang menantang naluri Naganya yang posesif, yang hanya ingin mengklaim dan mengambil sekarang juga. Tetapi itu adalah permintaan yang memuliakan cintanya dan memperkuat Ikatan mereka.
"Aku berjanji," bisik Ryuko, sumpah yang diucapkan di bawah cahaya bulan purnama. "Aku bersumpah demi Garis Darah Naga Hitamku, aku tidak akan pernah lagi memaksakan Ritual apa pun padamu. Aku tidak akan melangkahi batasmu. Kita akan melakukannya saat kau siap, Lian Yue. Saat kau benar-benar dan sepenuh hati menginginkanku."
Ia mengangkat tangannya, dan dengan ujung kukunya, ia menyentuh Tanda Sisik Naga di leher Lian Yue, sebuah janji yang terukir secara fisik.
Lian Yue tersenyum. Itu adalah senyum lega dan kepercayaan. "Terima kasih, Ryuko."
Kelegaan emosional memenuhi udara. Ketegangan politik, ancaman Kekaisaran, dan bahaya fisik di luar seolah lenyap untuk sejenak. Yang tersisa hanyalah dua jiwa yang ditakdirkan, bersandar satu sama lain di tengah hutan yang gelap.
Ryuko kemudian melakukan sesuatu yang tidak terduga. Ia mengangkat Lian Yue dan menempatkannya di pangkuannya, bersandar pada akar pohon, memeluknya erat-erat, seolah-olah dia adalah satu-satunya pelabuhan di dunia yang kacau.
Mereka duduk di bawah cahaya bulan, terbungkus dalam jubah Qi Naga Ryuko, diam, hening, dan penuh emosi—Ikatan mereka kini lebih kuat dari batu giok atau sutra mana pun. Mereka telah menemukan inti dari Warisan Purnama: bukan kekuatan yang tidak terkendali, melainkan cinta yang mengendalikan kekuatan.