TEROR SUANGGI

Milea membeliakkan kedua matanya dengan wajah menengadah ke atas, dengan mulut yang menganga.

Sosok tak kasat mata telah bersemayam didalam dirinya, dan ia akan menjadi seseorang yang sangat kuat dan ditakuti, namun untuk mempertahankan kedigdayaannya, maka ada harga yang harus dibayar, yaitu tumbal nyawa, dan harus mencapai sebanyak seratus orang.

Setelah proses penyatuan telah selesai. Gadis itu merasakan tubuhnya sangat ringan dan membuatnya dapat melakukan apapun yang ia inginkan.

Ia mengatur nafasnya dengan kasar, lalu melirik pada sang ibu yang terbaring diam tak bergerak. Ia mencoba menyentuhnya, menatap dengan dingin, lalu memakan tubuh ibunya sendiri hingga habis, untuk menutupi kekurangan dari para korbannya.

Dalam hitungan memit, tubuh renta itu habis tanpa sisa, dan membuatnya mendapatkan kekuatan pertamanya.

Tubuhnya menggeliat dengan iringan sendawa yang terdengar menjijikkan.

Dibagian mulutnya tersapat siaa darah yang melekat, sehingga memperlihatkan jika ia adalah sosok yang harus di takuti.

Setelah menghabiskan semua daging tubuh ibunya, ia beranjak bangkit, lalu memilih pergi meninggalkan rumah mereka, tanpa menguburkan kerangka sang ibu.

******

Pagi masih berembun, dan membuat pandangan sedikit terganggu. Namun beberapa orang pekerja nekad untuk bekerja, sebab ada perut yang akan mereka isi, meski rasa takut akan bayangan kematian cukup membuat mereka tak nyaman, bahkan selalu cemas.

Mereka memilih pergi ke bukit dengan cara berkelompok yang terdiri dari lima orang. Pekerjaaan apapun harus ada yang menemani, karena takut akan teror Hantu Suanggi yang akhir-akhir ini sangat meresahkan.

Bahkan untuk anak, mereka terpaksa meliburkan sekolah, karena tidak ada yang mengantar dan mereka harus berjalan berkaki.

Pihak sekolah sangat bingung untuk menerapkan pembelajaran daring. Sebab tidak semua orangtua memiliki ponsel canggih, hanya ponsel murah yang dapat dipakai untuk menelepon dan mengirimkan pesan.saja.

Sementara itu, kelima orang pria dewasa tersebut berusaha saling bercengkrama untuk menghilangkan rasa cemas didalam hati mereka.

Mereka juga terpaksa kembali kembali ke gunung karena adanya pesanan daei ibukota negeri ini untuk minyak kayu putih murni.

Hal itu tidak dapat mereka abaikan, sebab uangnya sudah mereka terima dengan lunas.

Mereka menciptakan lelucon jenaka, hingga membuat mereka terpingkal karena merasa tidak ada yang perlu dikhawatirkan.

Taaaak

Hingga salah satu diantara mereka dipatuk ular kobra berwarna hitam dibagian betisnya. Sontak saja hal itu membuat, pria bernama Yosep diam sejenak dan menoleh kearah belakang.

Sesaat Yosep merasakan dunianya membeku. Mulutnya terasa kaku untuk berbicara.

Hal, itu membuat para rekannya behenti tertawa, lalu menoleh kearah belakang, dan menemukan jika Yosep sedang berdiri diam dalam diam.

"Kamu kenapa?" tanya Ahmed dengan rasa penasaran.

Sreeeeeet

Sebelum Yosep menjawab, seekor ular melintas dari arah belakang dan membuat keempat rekannya membeliakkan kedua matanya.

"Hah!" Yosep!" mereka mencoba menenangkannya agar tidak bergerak dan membopongnya.

Namun rasa panik membuat pria itu semakin gelisah dan memicu bisa racun segera naik keatas.

Tubuh pria yang sudah kelelahan karena pendakian naik ke atas bukit membuat daya tahan tubuh Yosep melemah dan mempercepat bisa ular melumpuhkan syarafnya. Ia mulai mengejang.

Ditengah kepanikan mereka, seorang wanita melintas diantara pepohonan minyak kayu putih. Tubuhnya yang sintal dengan kulitnya yang putih terlilit kain salele dan sebuah kemben bercorak khas kotak-kotak kecil.

Keempat pria yang mencoba membawa Yosua turun ke bawah, tercengang dengan kehadiran sosok wanita misterius tersebut.

Ia berjalan semakin mendekat kearah keempatnya. Lalu menghampiri Yosua yang sedang sekarat, dan tak berdaya. Lalu tanpa diminta, ia mengusap betis pria tersebut yang mana bekas digigit oleh ular kobra.

Lalu dengan sekejap saja, Yosua kembali sadar, dan seolah tidak terjadi apapun denganya.

"Hah!" mereka tersentak kaget dan menatap dengan kebingungan.

"Nona! Siapa namamu? Kamu hebat bisa sembuhkan Yosua!" mereka memuji kesaktian yang dimiliki oleh sang gadis berwajah cantik.

Wanita muda itu hanya menganggukkan kepalanya, lalu berbalik arah tanpa menjawab pertanyaan mereka, dan berjalan meninggalkan lokasi, sembari menyisakan rasa kagum dan takjub.

Fentje yang masih berusia dua puluh lima tahun dan belum menikah, seketika terpaku melihat kecantikannya. Bagaimanapun juga, ia adalah seorang pria normal yang disuguhi sebuah keindahan dipagi hari nan dingin, membuatnya mulai terobsesi oleh sang gadis misterius.

"Aku baru melihatnya, siapa dia?" Ahmed bertanya pasa ketiga rekannya. Sedangkan Yosep yang baru tersadar masih sibuk membenahi pakaiannya.

"Iya, aku juga baru lihat. Udah cantik, sakti pula," sahut yang lainnya.

Yosua yang sudah tersadar penuh ikut melirik ke arah sang gadis yang tadi sudah menyelamatkan nyawanya, dan kini pergi menghilang dibalik kabut yang menebal, dan ia belum sempat mengucapkan rasa terimakasih.

Setelah kejadian tersebut, mereka mulai berasumsi liar, jika sang gadis cantik adalah orang sakti yang pastinya dapat dijadikan sebagai orang yang dimintai pertolongan, dan mengalahkan kesaktian Gaba' Rama yang mana kecolongan atas kematian istrinya.

Kelima pekerja penyulingan minyak kayu putih itu akhirnya memiliki pengalaman yang tak akan mereka lupakan tentang sang gadis.

*****

Gadis cantik berkulit putih itu berjalan menyusuri aliran sungai. Gerakannya yang cepat dan tidak terduga, membuatnya telah tiba dibalik pohon damar dan tak jauh dari Rumah Dinas yang ditempati oleh Tommy.

Entah hal apa yang membuatnya memilih untuk menempati sebuah rumah kosong yang sudah sangat lama ditinggalkan, dan kabarnya sang pemilik rumah orang perantau yang tiba-tiba hilang tanpa jejak.

Rumah tersebut sudah terbuat dari bahan papan kayu, masih dengan atap anyaman daun rumbia atau pohon sagu.

Dindingnya sudah banyak yang mulai melapuk, namun masih dapat untuk ditempati.

Dipundaknya terdapat sebuah keranjang berbentuk bulat dengan ukuran yang sedang yang terbuat dari anyam bambu. Benda itu menjadi tempat untuk ia meletakkan barang-barangnya yang mana tidak terlalu ada yang berharga.

Ia mengemasi semua barang tang berserakan, dan sepertinya ditinggalkan begitu saja oleh sang pemilik. Sedangkan debu yang menempel, ia bersihkan dengan menggunakan kain pakaian yang tertinggal dirumah tersebut.

Byuuuuuur

Terdengar seseorang melompat ke dalam sungai. Ia menceburkan dirinya dan mandi dengan gemas saat melihat jernihnya air sungai yang memanjakan matanya. Maklum saja, ia tak menemukan pemandangan itu di Kota tempat tinggalnya.

Suara berisik diair membuat sang gadis tak dapat menahan rasa penasarannya untuk melihat siapa yang ada disalam sungai.

Ia mengintai dari balik jendela kamar yang langsung tertuju pada sungai berair dangkal tersebut.

Sesaat ia terdiam. Berdiri mematung dan menatap sosok pria berkulit bersih dan bermata sipit yang terlihat berbeda dari yang lainnya.

Hatinya bergolak. Entah perasaan apa yang saat ini sedang ia rasakan.

"Sudah, torang jangan