Meninggal dalam kekecewaan, keputusasaan dan penyesalan yang mendalam, ternyata membawa Cassie Night menjalani takdir kehidupannya yang kedua.
Tidak hanya pergi bersama kedua anaknya untuk meninggalkan suami yang tidak setia, Cassie juga bertekad membuat sahabatnya tidak bersinar lagi.
Dalam pelariannya, Cassie bertemu dengan seorang pria yang dikelilingi roh jahat dan aura dingin di sekujur tubuhnya.
Namun, yang tak terduga adalah pria itu sangat terobesesi padanya hingga dia dan kedua anaknya begitu dimanjakan ....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Itsme AnH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tidak Mungkin Meninggal
Saat Felix telah diselimuti amarah hingga wajahnya merah padam dan Aleena hampir mati di tangannya, tiba-tiba Nyonya Murphy datang.
Dia melepaskan Aleena dari cengkraman Felix, sebelum akhirnya melayangkan telapak tangannya dengan keras ke wajah sang putra.
Suara tamparan menggema dan mengejutkan semua orang, bahkan Felix langsung tersadar seolah-olah ada seember air dingin yang mengguyur sekujur tubuhnya.
"Menyalahkan orang lain atas kesalahan sendiri. Dasar tidak berguna!" Tatapan Nyonya Murphy lebih tajam dari silet, wajahnya pun tampak tak bersahabat.
Detik selanjutnya, dia mendorong Aleena hingga tersungkur di depan Felix dengan begitu mengenaskan.
"Kamu melakukan hal-hal yang tidak tahu malu dengan wanita ini? Bodoh!" Jejak sarkasme menghiasi wajah Nyonya Murphy, bahkan nada bicaranya pun terdengar sinis dan sarat dengan cemoohan. "Demi wanita seperti dia, kamu bahkan tidak menginginkan istri sendiri lagi."
Nyonya Murphy tidak hanya memarahi dan menghina Aleena, tetapi Felix juga.
Jika hati Felix teguh, dia tidak akan ter9oda oleh rayuan Aleena dan perselingkuhan itu tidak akan pernah terjadi.
Seandainya jadi Cassie, Nyonya Murphy juga tidak bersedia mempertahankan pria tak setia seperti Felix.
Sangat menjijikkan!
"Ibu pikir kamu terlalu banyak memakan makanan lezat, sampai harus memakan benda kotor dari tong sampah!"
Nyonya Murphy mencubit dagu Aleena, membuat wajah wanita itu mendongak ke arah Felix.
"Perhatikan baik-baik, wajahnya saja tidak secantik Sisie," dengus Nyonya Murphy dengan sinis. "Apa yang kamu lihat dari dia sampai tega mengkhianati menantuku, hah?!"
Felix tidak menoleh, dia juga tidak memberikan jawaban atas pertanyaan Nyonya Murphy dan hanya diam dengan wajah tertunduk.
Tamparan Nyonya Murphy memang telah menyadarkan Felix, membuat rasa bersalah dan sesal yang tak berujung menguasai dirinya.
"Tanyakan pada dirimu sendiri, siapa yang kamu sukai?"
Felix masih saja diam, tetapi hatinya dengan jelas mengatakan orang yang bersemayam di sana adalah Cassie Night, istrinya.
Namun, dia malah mengkhianati cintanya karena tidak mampu menahan 9odaan wanita di luar.
Melihat Felix hanya diam seperti orang dungu, Nyonya Besar Murphy semakin berang hingga tangannya melayang ke kepala sang putra.
Dia pikir, kepala Felix memang butuh pukulan keras untuk membuat otaknya lebih berguna.
"Apa yang kamu tunggu lagi? Cepat pergi dan bawa pulang menantu serta kedua cucuku!"
Nyonya Murphy kemudian mendorong Felix dan berkata tanpa ampun. "Jika kamu tidak bisa menemukan dan membawa mereka kembali, kamu jangan pernah pulang!"
"Tuan Muda ...." Edward segera menangkap tubuh Felix yang hampir tersungkur, dia baru kembali dari mencari informasi tentang keberadaan Cassie.
"Bagaimana, apa kamu menemukan istri dan anak-anakku?" Felix bertanya dengan suara lemah, wajahnya juga tampak tak bersemangat seolah-olah dia telah kehilangan minat untuk bertahan hidup.
Namun, netranya memancarkan sedikit harapan ketika melihat Edward.
"Tuan, nyonya mungkin sudah tidak ada lagi." Edward menundukkan kepalanya, tidak berani bersitatap dengan netra Felix yang perlahan kehilangan cahaya.
"Tidak ada?" Alis Felix tampak berkerut, dia tiba-tiba menjadi bodoh hanya untuk memahami makna dari kata-kata Edward. "Apanya yang tidak ada lagi?"
Felix tiba-tiba merasakan firasat buruk, tetapi berusaha menekannya.
Edward segera menyerahkan tablet putih di tangannya kepada Felix sambil berkata, "Ini adalah berita harian nasional hari ini. Sebuah mobil mengalami kecelakaan di Jalan Angsana dan terjatuh dari tebing, pengemudinya adalah seorang wanita bersama dua anak laki-laki berusia enam tahun."
Felix masih membaca berita yang ada di tablet, sementara Edward terus berbicara dengan gugup. "Saya sudah menyelidiki, itu adalah mobil yang ditumpangi nyonya untuk menuju ke Vila Woodland."
"Bukankah Vila Woodland adalah properti Keluarga Murphy?"
"Iya, itu adalah salah satu properti Keluarga Murphy yang terletak di pedesaan."
"Kupikir, Nyonya Murphy berniat membawa anak-anaknya liburan ke sana."
"Tidak disangka, mereka malah mengalami kecelakaan."
Orang-orang di bawah panggung mulai membicarakan tentang kecelakaan itu, sedangkan Felix yang baru saja menyelesaikan misinya membaca berita tampak shock berat.
"Tidak mungkin!" Felix merasakan kakinya tiba-tiba melunak seperti jely hingga tidak bisa menopang seluruh tubuhnya. "Sisie dan kedua anak kami tidak mungkin meninggal."
Beruntung, ada Edward yang cekatan menjadi penopang untuk Felix.
"I—ini ... pasti ada yang salah dengan berita ini." Felix tidak ingin mempercayai berita itu, lebih tepatnya dia sedang menghibur dirinya sendiri. "Mereka pasti bukan Sisie dan kedua putraku!"
Kemudian, Felix kembali mengangkat wajahnya untuk menatap sang asisten. "Edward, mereka bukan istri dan anak-anakku, kan?"
Bukannya memberikan jawaban esuaj harapa Felix, Edward justru melepaskan kedua tangannya dari sang atasan sambil berkata, "Tuan, saya akan memeriksa kembali informasi dan situasinya."
Begitu Edward pergi, Felix langsung merosot ke lantai.
Nyonya Murphy juga terlihat tidak baik-baik saja, hanya Aleena yang memiliki senyuman di wajahnya dan berusaha dia sembunyikan. 'Kuharap kalian benar-benar mati!'