Reina, seorang siswi yang meninggal karena menjadi korban buly dari teman temannya.
Di ujung nafasnya dia berdoa, memohon kepada Tuhan untuk memberikan dia kesempatan kedua, agar dia bisa membalas dendam pada orang orang yang telah berbuat jahat padanya.
Siapa sangka ternyata keinginan itu terkabul,
dan pembalasan pun di mulai.
Tetapi ternyata, membalas dendam tidak membuatnya merasa puas.
Tidak membuat hatinya merasa damai.
Lalu apa yang sebenarnya diinginkan oleh hatinya?
Ikuti kisahnya dalam
PEMBALASAN DI KEHIDUPAN KEDUA
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Mia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
15
“Aku dulu bodoh ya, Im?” Reina terkekeh mentertawakan dirinya sendiri.
"Aku tidak pernah menganggapmu bodoh." Baim menggenggam tangan Reina. "Apapun tentang mu, itu adalah benar. Setiap orang berhak jatuh cinta. Hanya saja kau jatuh cinta pada orang salah."
"Terima kasih sudah baik padaku. Terima kasih selalu mendukungku." Reina membalas genggaman tangan Baim. Keduanya bertatapan sejenak sebelum kemudian Reina memutusnya terlebih dahulu.
"Jangan ada terima kasih di antara kita. Kamu punya alasan kenapa jatuh cinta pada Sena. Aku juga punya alasan kenapa aku harus selalu ada di dekatmu," ucap Baim.
“Sekarang giliranmu…!” ucap Reina setelah keadaannya menjadi lebih tenang. Apa pun itu, dia percaya ada Baim yang akan selalu bersamanya.
“Giliran apa…?” Baim tak mengerti apa yang dimaksud Reina. Bukan tak mengerti; lebih tepatnya dia berpura-pura tak mengerti.
“Jangan berbuat curang dengan berpura-pura bodoh! Kau sudah tahu semua tentang aku. Harusnya aku juga tahu semua tentangmu!” Reina tak melepas tatapannya pada Baim.
“Jadi selama ini kau hanya berpura-pura culun? Untuk apa? Apa enaknya jadi bahan bullying? Sedang aku saja sampai…!” Reina menunduk pilu, tak mampu lagi melanjutkan ucapannya.
“Sudah, jangan ingat-ingat lagi sesuatu itu jika hanya akan mengorek kembali lukamu!” Baim menggenggam erat jemari Reina dengan harapan Reina menjadi lebih kuat hatinya.
“Yang jelas, apa pun atau siapa pun aku, yang terpenting adalah bahwa aku akan tetap ada di sampingmu hingga akhir!” Baim kemudian membimbing Reina untuk berdiri.
“Sudah hampir sore. Aku akan mengantarmu pulang. Aku tidak mau nantinya Ibumu melaporkan ku ke pihak yang berwajib karena membawamu pergi seharian!” Baim terkekeh di akhir kalimatnya.
"Tapi aku juga ingin tahu tentang mu. Katakan siapa Kamu sebenarnya, dan kenapa kamu selalu melindungiku?" Reina menatap Baim penuh rasa ingin tahu.
Baim membalas tatapan Reina. "Apa kamu benar-benar tidak mengingat tentang kita sama sekali?" tanyanya. Ada sedikit rasa kecewa dari nada suaranya.
Reina mengerutkan kening mencoba mengingat-ingat, tetapi kemudian menggeleng. "Memangnya ada apa dengan kita?" tanya Reina. "Apakah kita pernah bersama di kehidupan sebelumnya?" gadis itu semakin penasaran.
"Sebenarnya, aku juga orang yang hidup kembali. Dan aku hidup kembali hanya untuk mencarimu," ucap Baim.
"Apa?" Reina tak percaya.
"Aku bahkan sudah melewati beberapa kehidupan hanya agar bisa kembali bertemu denganmu!" terang Baim.
"Aku tidak mengerti maksudmu. Kapan? Dan di mana kita pernah bersama?" tanya Reina lagi.
"Ceritanya sangat panjang. Tidak akan selesai jika dikupas sekarang. Ini sudah sore, aku akan mengantarmu pulang." Baim enggan untuk bercerita.
"Tapi,,,?"
"Percayalah, aku akan menceritakannya lain kali!" naim segera mengulurkan tangannya agar reina berdiri.
Mau tak mau, Reina hanya bisa menurut; dia memang tak bisa memaksa Baim untuk membeberkan siapa jati dirinya sekarang? Yang jelas Reina tahu dari pengalaman hari ini bahwa Baim bukanlah orang biasa. Baim jelas bukan orang yang bisa diremehkan. Dan dia akan dengan tenang berlindung padanya.
"Oh iya." Baim tiba-tiba menghentikan langkahnya. Dan menarik tubuh Reina ahar posisi mereka berhadapan.
Diraihnya dua tangan reina dan dikecup lembut. Reina tersentak dan merasa jantungnya berdebar kencang. Baim menatap reina dengan tatapan teduhnya.
"Yang aku kirimkan padamu tadi adalah video perkelahianmu dengan Starla di roof top," ucap Baim.
"Video? Kamu merekamnya?" Reina terbelalak tak percaya.
"Aku berpikir, mungkin Kamu akan butuh video itu. Jangan khawatir, aku sudah membuat agar wajamu tidak terlihat. Suaramu juga tidak akan dikenali siapapun." Baim menjelaskan.
"Wahh, ternyata aku benar-benar bisa mengandalkanmu!" Reina tersenyum senang.
"Tentu saja. Aku tahu apa yang kamu mau. Dan aku berjanji kamu tidak akan punya kesempatan untuk sedikitpun mengeluh tentangku." Baim menyingkirkan rambut reina yang menjuntai di depan mata dan menyelipkan di belakang telinga gadis itu.
“Kalau begitu aku akan dengan senang hati memanfaatkanmu!” Ucap Reina, seraya mencoba menguasai debaran dadanya yang semakin tak menentu.
“Tidak masalah! Manfaatkan aku sesukamu! Dan aku akan dengan sangat senang hati mengabulkan apa pun tujuanmu!” Ucap Baim dengan meletakkan telapak tangannya di atas kepala Reina.
"Kamu hanya cukup mengatakan apa yang kamu mau. Dan anggap saja semua sudah beres."
Reina mengangguk lalu baim segera membawa gadis itu kembali ke sepeda motornya. Reina harus segera pulang.
***
Hari telah sore ketika Reina sampai di rumah.
"Sore sekali kamu pulang, Nak?" tanya ibunya yang tampaknya telah mondar-mandir di depan pintu sejak tadi.
"Iya, Bu. Tadi ada kegiatan tambahan di sekilah. Mungkin karena sebentar lagi ujian kelulusan." Reina memberikan alasan. "Maaf aku berbohong, Ibu," ucap reina dalam hati.
"Ya sudah, cepat mandi. Kamu pasti capek dan gerah, kan? Habis gitu kita makan sama-sama." Bu Marni segera menggandeng anak gadisnya untuk masuk ke dalam rumah.
Reina segera mandi, setelah itu mengikuti ibunya yang sudah menggelar tikar di lantai agar mereka segera makan bersama.
"Bu, yang kemarin reina ikut lomba olimpiade matematika itu, hari ini reina dapat hadiah juara pertama." sambil menuang nasi ke dalam piring reina berbicara.
"Benarkah, Nak? Syukur Alhamdulillah,,," Bu Marni mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangannya.
"Iya, Bu." Reina meletakkan sendok di tangannya dan mengambil sesuatu dari kantong bajunya. "Ini ibu simpan, ya. Ibu boleh gunakan ini untuk keperluan sehari-hari." Reina memberikan amplop tebal pada ibunya.
"Apa ini, Rei?" Bu marni mengernyit bingung.
"Itu hadiah yang Rei terima, Bu. Tapi itu tadi sebagian sudah Rei ambil untuk beli buku dan keperluan sekolah lainnya."
"Kamu pegang saja, Rei. Itu hadiah Kamu. Untuk kebutuhan sekolah Kamu. Ibu masih ada simpanan kok, hasil dari jual kue hari ini."
"Reina masih ada simpan sebagian, Bu. Jadi ini buat ibu saja. Ibu yang simpan untuk keperluan rumah." Reina terus memaksa ibunya untuk menerima amplop itu, dan akhirnya Bu Marni pun mengalah.
"Maafkan aku berbohong padamu, Bu," ucap Reina dalam hati. Ia merasa bersalah. Sebenarnya yang dia berikan itu tadi bukan uang hadiah lomba, melainkan uang yang dia terima dari Sena beberapa waktu yang lalu.
***
Malam belum lagi larut. Reina membuka ponselnya setelah menyelesaikan tugas sekolah. Dia teringat akan video yang dikirimkan oleh Baim. Dia belum sempat membukanya tadi.
Senyum dingin terukir di sudut bibirnya ketika menyaksikan video tersebut. Video perkelahian dengan Starla di roof top. Baim benar-benar perekam yang handal.
Setiap adegan di dalamnya benar-benar nampak jelas. Tampak bagaimana Starla yang berulangkali dihajar, jatuh, dan meringis kesakitan. Suara dan wajah Starla benar-benar terlihat. Wajah Starla. Hanya wajah dan suara Starla, sedang wajah Reina sama sekali tak terlihat, selain hanya tangan dan kaki yang bergerak. Bahkan suara reina pun sudah disamarkan.
Reina tersenyum menyeringai, dicari nya nomor kontak Starla, ini waktunya melaksanakan ancaman nya tadi siang.
baru komen setelah di bab ini✌️✌️. maaf ya kak Author
ini setting murid SMA kan? kalau di sebelah kuliah, apakah kaka author berkolaborasi dalam membuat cerita?
bagaimana ya kira² klo tahu reina ternyata justru anak kandungnya 🤔🫣