NovelToon NovelToon
Pengawal Dan Tuan Puteri : Takdir Yang Tertulis

Pengawal Dan Tuan Puteri : Takdir Yang Tertulis

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa Fantasi / Cinta Seiring Waktu / Romansa / Pengasuh / Pengawal / Putri asli/palsu
Popularitas:5.7k
Nilai: 5
Nama Author: Wahyu Kusuma

Dandelion—bunga kecil yang tampak rapuh, namun tak gentar menghadapi angin. Ia terbang mengikuti takdir, menari di langit sebelum berakar kembali, membawa harapan di tanah yang asing.

Begitu pula Herald, pemuda liar yang terombang-ambing oleh hidup, hingga angin nasib membawanya ke sisi seorang puteri Duke yang terkurung dalam batas-batas dunianya. Dua jiwa yang berbeda, namun disatukan oleh takdir yang berhembus lembut, seperti benih dandelion yang tak pernah tahu di mana ia akan tumbuh, namun selalu menemukan jalannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wahyu Kusuma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 15 Sang Putri Keluar Dari Kamar

Keesokan harinya, di pagi hari.

Herald berdiri di luar ruangan, menunggu Clara yang tengah bersiap-siap. Hari ini adalah hari yang berbeda, hari di mana dia akan mulai membiasakan Clara untuk keluar dari kamar, sebuah langkah besar setelah sekian lama Clara terkurung dalam ruangannya.

[Ini adalah hari yang ditunggu-tunggu.]

Herald merasakan antusiasme yang mengalir dalam dirinya. Dia merasa ini adalah langkah besar yang telah dia perjuangkan. Harapan Astalfo yang mempercayakan tugas ini padanya harus dia jalani dengan sebaik mungkin. Yah, semoga saja. Semoga Clara tidak berubah pikiran seperti yang sering dilakukannya.

[Heh, semoga saja dia tidak berubah pikiran. Akan sangat merepotkan kalau dia melakukannya.]

Di dalam ruangan, Clara duduk di depan kaca besar, dikelilingi oleh beberapa pelayan yang tengah mendandani dirinya. Mereka mengenakan gaun indah yang belum pernah Clara pakai sebelumnya, dihiasi perhiasan yang berkilau di tubuhnya, dan wajahnya dandan sebaik mungkin. Para pelayan merasa bingung, sebab baru kali ini mereka diminta untuk mendandani Clara dengan begitu teliti. Namun, ketika mereka bertanya, jawaban Clara selalu ambigu, membuat mereka akhirnya tidak bertanya lebih lanjut dan terus melanjutkan pekerjaan mereka.

Akhirnya, Clara selesai didandani. Dia memeriksa dirinya di kaca, namun meski tampak sangat cantik, ada perasaan hampa dalam dirinya. Dia tidak bisa sepenuhnya menilai dirinya karena keterbatasannya.

"Baiklah, Nona Clara, kami telah selesai mendandani Anda," ucap salah satu pelayan dengan nada sopan.

Clara meraba wajahnya dengan lembut, mencoba merasakan apakah penampilannya memang sesuai dengan apa yang dilihatnya di kaca. "Mm, tugas kalian sudah selesai. Sekarang, silakan pergi kembali ke tugas kalian masing-masing," ujarnya dengan suara lembut namun tegas.

"Baik." Semua pelayan pun pergi meninggalkan ruangan, meninggalkan Clara sendirian.

Clara berdiri dari kursinya, perlahan-lahan berjalan menuju tempat tidur, dan mulai meraba-raba di sekitar kasur. Beberapa detik kemudian, tangannya menemukan sesuatu. Sebuah tongkat hitam dengan ukiran ornamen yang menutupi seluruh permukaannya, panjangnya sekitar 60 sentimeter, dan diameter sekitar 3 sentimeter. Clara menggenggam erat tongkat itu, dan menariknya mendekat.

[Aku harus bisa melewati hari ini dengan baik!]

Dengan tekad itu, Clara mulai mengangkat kepala dan menatap langit-langit kamar. Perlahan, dia merasa lebih percaya diri. Setelah beberapa detik, dia merasa siap. Clara berdiri dan melangkah menuju pintu, meraih gagang pintu dengan gemetar. Namun, sebelum membuka pintu, sebuah kilasan ingatan gelap melintas di pikirannya — masa lalu yang suram, dan perasaan terperangkap yang tak ingin dia alami lagi. Rasa takut kembali menyelimuti hatinya.

[Tetap saja aku tidak berani ...]

Namun, tiba-tiba ingatan lain datang, kali ini lebih cerah — ingatan tentang sosok yang dia kenal, seseorang yang menulis nama "Herald" di sebuah coretan hitam. Itulah satu-satunya gambaran yang bisa dia ingat tentang orang itu, meskipun hanya berupa garis-garis abstrak. Tapi ada satu hal yang dia tahu pasti: dia bisa mengingat setiap kata yang pernah Herald ucapkan.

"Tidak akan ada hal buruk yang akan menimpamu nanti, kan? Kamu sudah punya pengawal dan teman terbaikmu ini. Aku akan selalu menjagamu, dimanapun dan kapanpun itu."

Clara merasa sedikit lebih tenang. [Aku tidak perlu takut lagi. Dia sudah berjanji untuk menjagaku.] Dengan keyakinan itu, Clara menarik gagang pintu, perlahan membuka pintu, dan melangkah keluar.

Herald yang sudah menunggu di luar menyadari gerakan pintu. Dia cepat berdiri tegak, menantikan kemunculan Clara.

Begitu pintu terbuka sepenuhnya, Herald terpana. Di depannya berdiri seorang gadis yang sangat cantik, aura kecantikannya begitu kuat, memenuhi ruang di sekitarnya. Tidak ada kata yang bisa keluar dari mulut Herald selain tertegun melihat kesempurnaan Clara.

[Waw ... cantiknya.]

Pandangannya terkunci pada Clara, seakan dia jatuh ke dalam jurang dan tidak bisa mengangkat diri lagi.

"Herald .... Herald .... Herald ...."

Clara memanggilnya berkali-kali, namun Herald tidak merespon. Dia mencoba sekali lagi, namun tetap tidak ada jawaban. Dengan frustrasi, Clara mengarahkan tongkatnya ke depan, mencari keberadaan Herald. Dalam hitungan detik, ujung tongkat itu menyentuh sesuatu — tepat di perut Herald.

"Aduh, aduh, aduh ...!" Herald mengerang kesakitan, kesadarannya kembali. Dia cepat menatap Clara dan berkata dengan kaget, "Clara, apa yang kamu lakukan? Kenapa kamu malah menusuk perutku??"

"Hmp! Dari tadi aku memanggilmu, tapi kamu tidak membalasnya!" Clara menjawab dengan nada sedikit kesal.

"Yah, maaf, maaf, maaf. Aku tidak sadar kalau kamu sedang memanggilku," Herald segera meminta maaf. "Jadi, bagaimana? Apakah kamu sudah siap untuk pergi?"

Clara mengangguk dengan yakin. "Mm, mm."

Dengan wajah yang penuh semangat dan percaya diri, Clara menunjukkan antusiasme yang besar. Herald tersenyum kecil dan berkata, "Kalau begitu, mari kita pergi."

"Herald ...."

Clara memanggil namanya sekali lagi, dan mengarahkan tongkatnya dengan lembut. "Tolong pegang ujung tongkat ini, agar aku bisa mengikutimu."

Tongkat itu adalah alat yang menghubungkan Clara dengan Herald, membantunya untuk mengikuti langkahnya.

"Mm, baiklah."

Herald mengangguk, dan memegang ujung lain dari tongkat itu. Mereka berdua saling terhubung, dan Clara bisa merasakan sentuhan Herald di ujung tongkat. Dengan itu, mereka berdua mulai berjalan bersama, meninggalkan ruangan, siap untuk menghadapi hari yang baru.

***

Sudah sekitar lima menit sejak mereka mulai berjalan. Kini, Herald dan Clara berada di lantai dua mansion, melintasi lorong-lorong yang luas dan berkilau. Ini adalah pertama kalinya Clara mengelilingi mansion setelah lama terkurung di kamar. Herald merasa senang bisa mengajaknya, setidaknya untuk menghirup udara segar dan merasakan lingkungan luar yang berbeda.

"Jadi, bagaimana? Tempat ini cukup luas, kan?" Herald bertanya sambil mengamati sekitar.

Clara hanya mengangguk pelan, tampak tenang namun dalam hatinya ada rasa ingin tahu yang mendalam tentang lingkungan baru yang ada di sekitarnya.

Ketika mereka berjalan lebih jauh, Clara tiba-tiba berbicara dengan suara lembut, "Aku ingin ke perpustakaan."

Herald terkejut sejenak, namun segera tersenyum. "Baiklah, kalau begitu, kita menuju perpustakaan."

Herald mengikuti permintaan Clara, walaupun tidak tahu mengapa dia ingin ke sana, namun dia tidak bertanya lebih lanjut. Bagaimanapun, ini adalah bagian dari proses untuk membawa Clara keluar dari kamar dan memperkenalkan dunia luar padanya.

Selama perjalanan, mereka berpapasan dengan beberapa pengawal dan pelayan. Namun, yang aneh adalah ekspresi yang mereka berikan saat melihat keduanya. Hampir semua dari mereka terkejut, dan beberapa pelayan bahkan buru-buru berjalan pergi begitu saja.

[Heh, ada apa dengan mereka hari ini? Kenapa tingkah mereka aneh sekali?] Herald merasa bingung, tetapi tidak terlalu mempermasalahkannya. Mungkin mereka hanya terkejut melihat Clara keluar dari kamarnya, namun ada sesuatu yang terasa berbeda.

Tidak lama setelah itu, mereka bertemu dengan Susan. Herald langsung melambaikan tangannya, menyapanya dengan ceria, "Susan, sini!"

Susan, yang sedang berjalan di lorong, mendengar panggilan itu dan segera mencari sumber suara. Begitu melihat Herald, dia melambaikan tangan dengan senyum lebar.

[Oh, aku kira siapa, ternyata itu hanya tuan Herald!] pikir Susan dengan ringan, namun sesuatu terasa aneh. [Eh, tunggu dulu… ada yang aneh dengan ini.] Susan membuka matanya lebih lebar dan memandang dengan seksama. Ada seseorang yang ikut berjalan bersama Herald, seseorang yang tidak asing, tetapi sangat jarang terlihat. [I-itukan... Nona Clara?!]

Dengan cepat, Susan berjalan menghampiri mereka. Tentu saja, dia tak bisa percaya mata sendiri, terutama melihat Clara berada di luar kamar. Ini adalah kejadian yang sangat langka. Tanpa membuang waktu, Susan segera berdiri di depan mereka.

Herald terkejut melihat Susan mendekat dengan langkah cepat. "Eh, Susan, kenapa kamu datang tergesa-gesa seperti itu?" Herald bertanya dengan ekspresi bingung.

Namun, Susan tidak menjawab Herald. Pandangannya tertuju pada Clara. "Ternyata memang benar, ini benar-benar Nona Clara," gumamnya dengan suara pelan, matanya tak bisa lepas dari Clara, seakan tidak percaya.

Herald menatap Susan, semakin bingung. "Hei, Susan, apakah ada yang aneh dengan Nona Clara?" tanyanya.

Susan akhirnya menatap Herald dengan wajah serius. "Tentu saja ada," ujarnya, suaranya mengandung sedikit kekhawatiran. "Nona Clara yang sedang keluar dari ruangan adalah kejadian yang sangat langka. Bagaimana tidak, aku benar-benar terkejut saat melihatnya."

Herald terdiam sejenak, mencoba mencerna apa yang baru saja didengar. [Oh, begitu ya...] pikirnya dalam hati. Semua ini terasa semakin jelas. Ternyata alasan mengapa para pengawal dan pelayan begitu terkejut ketika melihat mereka berjalan bersama adalah karena Clara keluar dari kamarnya. Kejadian itu memang jarang sekali terjadi, dan sekarang mereka berdua tidak hanya menjadi pusat perhatian, tetapi juga topik pembicaraan yang tak terucapkan di kalangan penghuni mansion.

[Ohh, pantas saja tadi mereka memberikan tatapan aneh saat kami lewat, semuanya gara-gara Nona Clara...] Herald berpikir lebih dalam, kini ia mulai memahami situasi ini dengan lebih baik. Mereka bukan hanya berjalan-jalan biasa—kehadiran Clara di luar kamar adalah hal yang luar biasa di mansion ini.

1
Hirage Mieru
.
Cindy
☕️ Untuk menambah semangat.
‎‎‎‎Wahyu Kusuma: uwawwww makasih 😆
total 1 replies
‎‎‎‎Wahyu Kusuma
Ada sedikit kesalahan pada bab 4😔 Jangan dibaca dulu
‎‎‎‎Wahyu Kusuma
Jangan lupa baca karya baru saya 😳 Ini adalah novel Romence pertama saya yang sudah melewati masa revisi. Kuharap kalian bakalan nyaman membacanya.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!