The Cleaner

Ini adalah tantangan yang sempurna. Untuk mencapai

​Ruangan konferensi di lantai empat puluh tiga terasa seperti arena gladiator berbalut kulit mewah. Namun duel yang terjadi di sana jauh lebih berbahaya daripada tinju. Di sana hanya ada data, dua pikiran tajam, dan bahaya yang menggantung di udara.

​Luca dan Isabella telah menghabiskan dua hari di balik pintu kaca tebal itu, menganalisis Proyek Gold Coast. Ini bukan lagi audit; ini adalah interogasi terselubung yang memaksa Luca bekerja keras untuk menutupi kesalahan Marco. Isabella adalah profesional yang brutal. Dia tidak menggunakan retorika kasar; dia menggunakan logika tak terbantahkan.

​"Tuan Rossi," suara Isabella jernih, mengiris ketenangan. Dia menunjuk spreadsheet yang menunjukkan biaya fiktif. "Anda mengklaim ada peningkatan biaya subkontraktor sebesar 18% dalam satu bulan. Ini anomali yang luar biasa. Sebagai Consigliere yang terkenal efisien, saya yakin Anda punya penjelasan yang bersih untuk uang yang menghilang sebesar ini."

​Luca, yang tahu persis bahwa uang itu kini menguap ke udara tipis di pasar crypto Marco, menjaga ekspresinya tetap netral, wajahnya adalah topeng sempurna. "Setiap proyek memiliki volatilitas, Nona Mancini. Subkontraktor kami memiliki klausul kenaikan harga tak terduga yang berhubungan dengan tantangan logistik di musim gugur ini."

​Isabella menyandarkan diri di kursinya, tatapannya tak pernah lepas dari mata Luca. Senyum tipisnya menyindir. "Benar. Tapi klausul kenaikan harga untuk kapal pesiar pribadi milik Marco Moretti? Itu namanya bukan volatilitas, Tuan Rossi. Itu namanya pencucian dana yang malas."

​Pernyataan itu menampar Luca, bukan karena ia kaget, tetapi karena ia terkejut betapa cepat Isabella menemukan kebenaran. Dalam hatinya, Luca merasakan sensasi aneh. Bukan marah karena ketahuan, tapi tertarik karena ditantang. Dia belum pernah harus bekerja sekeras ini untuk menutupi pekerjaannya.

​"Anda melampaui batas kewenangan Anda, Nona Mancini," tegur Luca. Suaranya rendah, sebuah peringatan.

​"Saya melampaui batas saat ada ketidakberesan. Dan di sini, saya melihat lubang seharga jutaan dolar yang ditambal dengan kertas bekas. Siapa yang membayar kapal pesiar itu, Tuan Rossi? Anda atau Tuan Marco?"

​Luca mengalihkan pandangan, sebentar, hanya sebentar, untuk mengambil gelas airnya. "Itu adalah aset yang disewakan kembali ke perusahaan. Akuntansi yang kompleks, Nona Mancini. Anda mungkin memerlukan clearance lebih tinggi untuk memahaminya."

​"Atau saya hanya perlu akal sehat," balas Isabella, tanpa gentar.

​Setelah Isabella pergi untuk 'makan siang', Luca merasakan bahunya sedikit rileks. Ia harus mengakui, intensitas perdebatan mereka terasa seperti adrenalin murni. Dia seharusnya membenci wanita yang mengancam keseimbangan dunianya ini. Namun, yang ia rasakan adalah koneksi langka—seorang sparring partner intelektual yang setara.

​Malam itu, Luca kembali ke perburuannya. Brankas Don Moretti di Lake Geneva. Setelah menyaring ledger keuangan yang sudah usang, Luca menemukan sebuah amplop tebal, diselipkan di antara dua perjanjian tua. Di amplop itu, tulisan tangan Don Moretti: "MARCO – ASSET UTAMA."

​Luca membuka amplop itu dengan hati-hati. Di dalamnya ada rincian kesepakatan rahasia yang dibuat Don bertahun-tahun lalu. Itu bukan tentang uang, melainkan tentang pengaruh politik—sebuah asset yang digunakan untuk memeras seorang Senator berpengaruh di Illinois agar meloloskan undang-undang yang menguntungkan Moretti. Jika Senator itu tahu Marco yang ceroboh dan tidak stabil kini mengendalikan informasi pemerasan itu, kesepakatan akan runtuh, dan Senator itu akan mencari cara untuk menyingkirkan Marco, menarik FBI dan IRS ke Moretti.

​Marco tidak hanya membuang uang; dia merusak sistem perlindungan politik Keluarga. Luca merasa mual. Kesalahan Marco adalah bom waktu yang lebih berbahaya daripada semua kegagalan finansialnya.

​Saat Luca mencoba menyusun langkah selanjutnya, ponselnya bergetar. Vito mengirimkan foto: Marco sedang diwawancarai oleh influencer di bar, dan dia dengan bangga menunjukkan jam tangan mahalnya, sambil sesumbar tentang bagaimana dia "mengatasi birokrasi Chicago." Marco sedang menarik perhatian lagi. Dia adalah anak kecil dengan korek api di gudang penuh bahan peledak.

​Keesokan harinya, Luca tiba di kantor sebelum fajar. Ia sudah menyusun rencana baru untuk menutupi kesalahan politik Marco. Tepat pukul 08.00, Isabella masuk. Dia membawa dua cangkir kopi single-origin dari kedai yang sangat eksklusif.

​"Saya menduga Anda begadang semalam, Tuan Rossi. Ini akan membantu Anda tetap tajam saat Anda mencoba membohongi saya," kata Isabella, menyodorkan salah satu cangkir padanya.

​Luca menatap cangkir itu, kemudian beralih ke Isabella. Matanya kini lebih lembut. Luca merasakan chemistry itu lagi—seperti ketegangan statis sebelum badai. "Anda yakin itu hanya kopi, Nona Mancini?"

​Isabella tertawa, suara yang renyah dan tulus. Sebuah suara yang asing dan indah di kantor yang penuh ketegangan ini. "Mungkin ada sedikit truth serum di dalamnya. Minum, Luca. Dan berikan saya rincian subkontraktor yang sebenarnya. Kita berdua tahu Marco adalah masalahnya. Saya di sini hanya untuk mengukur seberapa besar lubangnya."

​"Anda bukan di sini untuk mengukur lubangnya, Nona Mancini," balas Luca, tatapannya menembus topengnya. "Anda di sini untuk menggali lubangnya lebih dalam. Dan saya tidak suka orang lain memegang sekop di wilayah saya."

​"Mungkin kita bisa berbagi sekop," balas Isabella, nada genit terselubung ancaman. "Efisiensi."

​Luca mengambil cangkir kopi itu, menghirup aromanya yang kaya. "Bekerja sama dengan konsultan independen yang mempertanyakan setiap langkah saya, atau membiarkan Marco menghancurkan kita—pilihan yang sulit."

​"Pilih saya, Luca," bisik Isabella. "Setidaknya saya jujur tentang apa yang saya inginkan. Saya ingin kebenaran."

​Dalam keheningan tegang, Luca harus menahan diri agar tidak menyerahkan semua dokumen rahasia itu. Dia tahu satu hal: semakin dia menghabiskan waktu dengan Isabella, semakin tipis lapisan es yang dia pijak. Dan dia mulai menikmati sensasi berdiri di atas es tipis itu. Dia adalah Cleaner yang sedang jatuh hati pada kekacauan yang paling berbahaya.

​Mereka kembali ke data. Dalam beberapa jam ke depan, Luca akan mempertahankan setiap angka, sementara Isabella mencoba membongkarnya. Tapi di balik duel data itu, ada dialog yang lebih dalam: daya tarik antara dua jiwa yang terlalu cerdas untuk dunia mereka. Luca tahu ia harus segera menyingkirkan Isabella. Tapi semakin ia berusaha, semakin ia ingin wanita itu tetap tinggal.

​Itu adalah pengkhianatan emosional pertamanya. Dan dia tahu itu jauh lebih sulit dibersihkan daripada data.

​