Seson 2 Dewa Petir Kehancuran......
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anonim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Yu Duan
Angin berhembus lembut di pinggir sungai, membawa suara gemericik air yang mengalir jernih, memantulkan cahaya matahari yang semakin meninggi. Di tepi sungai itu, Pria tua itu dan Lei Nan duduk berdampingan di atas batu besar yang permukaannya sudah halus oleh waktu, masing-masing memegang sebatang joran bambu yang ujungnya tenggelam di dalam air yang berkilauan. Di belakang mereka, pepohonan tinggi menjulang, daunnya bergoyang pelan seolah berbisik mengikuti irama alam. Burung-burung liar berkicau di kejauhan, menambah suasana damai pagi itu.
Pria tua itu menarik napas dalam-dalam, menatap sungai yang tenang dengan senyum kecil di wajah tuanya. Ujung jorannya bergoyang pelan, tapi ia tampak tak terlalu peduli, matanya yang berkerut menunjukkan ketenangan seorang pria yang sudah melihat banyak hal dalam hidupnya. Ia melirik Lei Nan di sampingnya, pemuda itu tampak lebih tenang sekarang, meski sorot matanya masih menyimpan tanda tanya besar tentang pria tua di sampingnya.
"Jadi, bocah," Pria tua memulai, suaranya terdengar ringan namun berwibawa. "Kau masih ingat janji yang kubuat semalam, bukan?, dan aku belum menyebutkan namaku aku Yu Duan terserah kau memanggilku apa,"
Lei Nan menoleh, sedikit terkejut mendengar pria tua itu akhirnya membuka pembicaraan dan bahkan memperkenalkan namanya. Ia menelan ludah, mencoba menenangkan pikirannya yang masih dipenuhi berbagai pertanyaan. "Janji...?" gumamnya pelan, mencoba mengingat kembali detik-detik sebelum ia jatuh pingsan. Ingatan tentang bola api raksasa, tekanan yang menekannya hingga hampir mematahkan tulangnya, dan ledakan dahsyat yang menggetarkan bumi, semuanya kembali berputar di benaknya.
Yu Duan terkekeh kecil, suaranya seperti suara ranting kering yang patah. "Kau benar-benar hampir mati tadi malam, bocah. Tapi kau berhasil bertahan, dan itu bukan sesuatu yang bisa dilakukan oleh sembarang orang," katanya, pandangannya masih tertuju ke sungai yang tenang di depannya. "Jadi, sesuai janjiku, aku akan mengabulkan satu keinginanmu."
Lei Nan terdiam sejenak, matanya memandangi aliran air di depan mereka. Ia mengeratkan genggaman pada jorannya, merasakan dinginnya bambu di tangannya. Satu keinginan? Apa yang sebenarnya bisa ia minta dari pria tua ini? Kekuasaan? Kekuatan? Atau mungkin harta yang bisa membuatnya hidup nyaman sepanjang sisa hidupnya?
Namun, sebelum ia sempat membuka mulut, Yu Duan melirik ke arahnya dengan mata yang menyipit penuh canda. "Jangan bilang kau ingin meminta putriku, Yu Lian, untuk jadi istrimu, hah!" ucapnya sambil tertawa pelan, janggut putihnya bergetar lucu. "Kalau itu keinginanmu, aku mungkin harus memikirkannya dua kali!"
Wajah Lei Nan langsung memerah, meski ia berusaha menyembunyikannya dengan menundukkan kepalanya sedikit. Ia ingat bagaimana Yu Lian menyapanya pagi ini, wajah gadis itu yang merona malu saat melihat senyum kecilnya. Namun, Lei Nan segera menggoyangkan kepalanya, mencoba mengusir pikiran itu dari benaknya. "Aku... tidak memikirkan hal seperti itu, Tuan," jawabnya cepat, suaranya sedikit terbata. "Tujuan ku di tempat ini belum tercapai, dan aku tidak ingin membahas hubungan seperti itu sebelum waktunya."
Yu Duan terdiam sejenak, matanya menyipit saat menatap pemuda di sampingnya. Kemudian, perlahan, senyumnya memudar, wajahnya tiba-tiba terlihat jauh lebih tua dari sebelumnya. "Hmph, kau pemuda keras kepala," gumamnya, suaranya terdengar lebih pelan dan berat. "Jangan sampai kau menyesal di kemudian hari, bocah. Kadang... seseorang yang kau anggap tidak penting saat ini, mungkin adalah sosok yang paling berharga dalam hidupmu nanti."
Lei Nan tertegun mendengar nada serius dalam suara Yu Duan. Ia menoleh, melihat mata tua pria itu yang kini tampak sendu, seolah tengah mengenang sesuatu yang telah lama hilang. Ada kesedihan yang samar di balik kerutan wajahnya, seolah pria tua itu pernah merasakan pahitnya penyesalan yang dalam.
Namun, sebelum Lei Nan sempat bertanya lebih jauh, tiba-tiba ujung joran Yu Duan bergerak keras, ujung benangnya langsung tertarik ke dalam air dengan kecepatan tinggi. Mata pria tua itu langsung berbinar, wajahnya kembali ceria seperti anak kecil yang baru saja menemukan mainan baru. "Hah! Ini dia!" serunya sambil menarik jorannya dengan tenaga yang mengejutkan untuk seseorang seusianya.
Lei Nan hanya bisa terperangah saat melihat betapa kuatnya tarikan itu. Tali pancing Yu Duan bergetar hebat, menciptakan riak-riak besar di permukaan air yang tenang. Sungai yang tadinya damai kini berubah menjadi medan pertarungan, ombak kecil muncul seiring tarikan kuat dari makhluk di bawah permukaan.
Wuusshh!
Air tiba-tiba memercik ke segala arah, seolah permukaan sungai itu baru saja dihantam palu raksasa. Dari dalam air yang bergejolak, muncul bayangan besar yang melesat ke udara. Seekor ikan raksasa berwarna emas melompat tinggi, tubuhnya berkilauan seperti emas murni di bawah sinar matahari pagi. Siripnya yang lebar bergetar, menciptakan tetesan air yang berkilauan seperti permata saat kembali jatuh ke permukaan sungai.
Lei Nan menatap tak percaya, mulutnya ternganga melihat ukuran ikan itu. Tubuhnya sendiri tak lebih besar dari sirip ikan itu, dan setiap kali makhluk itu bergerak, air sungai di sekitarnya bergetar seperti dilanda badai kecil.
"Hahaha! Lihat itu, bocah!" Yu Duan tertawa keras, kedua tangannya menggenggam erat jorannya sambil menarik sekuat tenaga. "Ini baru namanya ikan! Kau lihat, betapa kuatnya ia melawan?!"
Lei Nan hanya bisa terdiam, pandangannya masih terpaku pada makhluk raksasa yang berputar di udara sebelum akhirnya jatuh kembali ke sungai dengan suara gemuruh yang menggetarkan tanah di bawah mereka. Riak air meluas hingga ke tepi sungai, membasahi kaki Lei Nan yang masih terpaku di tempatnya.
Di tengah tawa Yu Duan yang bergema di tepi sungai, Lei Nan tiba-tiba merasakan sesuatu yang aneh. Namun segera dia tidak merasakan ya kembali.
Dan dia hanya tersenyum saat melihat Yu Duan sangat bersemangat bergelut dengan ikan itu, dirinya harus menjadi semakin kuat jika makhluk di luar saja sudah sekuat ini dia tidak bisa membayangkan seberapa bahanya tempat ini, dan dia tidak tahu apakah ras lainya juga membiarkannya saja karena kemungkinan kristal yang ia cari berada di tengah zona dalam dan Lei Nan tidak mungkin jika dia tidak akan menarik perhatian ras lainya.
Namun sekarang yang menjadi pertanyaan sekarang sebenarnya siapa sosok pria tua di depanya dia bingung sosok sekuat ini tingal di sebuah tempat terpencil seperti ini dan kenapa seorang manusia bisa memiliki putri dari ras Bulan.
Dan sebenarnya apa yang terjadi di masa lalu, kenapa ras Bulan bisa terpuruk seperti ini, dia ingat ucapan Manusia hewan yang dia bunuh jika ras Bulan bahkan sebanding dengan ras Langit.
Jadi sekarang bencana seperti apa yang terjadi di masa lalu sampai bisa mengeser tatanan di dimensi ini.