NovelToon NovelToon
TUMBAL

TUMBAL

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Rumahhantu / Tumbal
Popularitas:4.5k
Nilai: 5
Nama Author: Its Zahra CHAN Gacha

Prayitno, seorang pria miskin yang nekat merantau ke kota besar demi mencari ibunya yang hilang, justru terperangkap dalam kehidupan penuh penderitaan dan kesuraman. Setelah diusir dari kontrakan, ia dan keluarganya tinggal di rumah mewah milik Nyonya Suryati, yang ternyata menyimpan rahasia kelam. Teror mistis dan kematian tragis menghantui mereka, mengungkap sisi gelap pesugihan yang menuntut tumbal darah.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Its Zahra CHAN Gacha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Rumah Tanpa suara

Siang itu Suryati pergi mengunjungi Kyai Jatmiko, guru spiritual keluarga mereka. Seorang pria sepuh berwajah tenang dengan penglihatan yang tajam. Ia sudah lama menjadi penasihat spiritual bagi keluarganya sejak generasi kakeknya.

Di dalam ruang pendopo penuh dupa dan jimat tua, Suryati menceritakan semua kejadian aneh, serta kondisi terbaru ibunya.

“Dia bangun. Bahkan menyanyikan lagu Jawa kuno. Dan dia bilang, ‘dia sudah datang.’”

Kyai Jatmiko menatap kosong, lalu mengangguk perlahan. “Itu berarti tumbalnya sudah mendekat.”

Suryati menggenggam kedua tangannya. “Tolong, Guru. Saya ingin tahu siapa dia.”

Kyai Jatmiko menatap periuk berisi air kembang di hadapannya.

"Kita akan tahu setelah melakukan ritual," jawab Kyai Jatmiko

Malam itu, sebuah ritual dilakukan. Dalam lingkaran garam dan asap kemenyan, Kyai Jatmiko memanggil arwah penuntun. Doa-doa dilantunkan dalam bahasa Jawa kuno. Lilin bergoyang tanpa angin. Di tengah ritual itu, Kyai Jatmiko mendadak terdiam, matanya terpejam kencang.

“Ada seorang pria, dengan wajahnya keras. Ia bersama seorang wanita dan anak kecil mereka baru saja kehilangan tempat tinggal. Mereka sedang berjalan di bawah kolong jembatan,”

Suryati menahan napas. Kyai Jatmiko membuka matanya perlahan.

“Cari mereka, Bu Suryati. Karena kalau benar mereka adalah tumbal yang ditunjuk, maka rumah Ibu akan kembali penuh kehidupan. Nenek Mariani akan tetap muda dan kuat. Tapi satu syaratnya, jangan biarkan mereka pergi sampai semuanya selesai.”

Suryati mengangguk paham.

Esok harinya, Suryati mengutus orang-orangnya menyisir kawasan pinggir kota, terminal, dan kolong jembatan. Hingga akhirnya Mereka menemukan Prayitno dan keluarganya yang lelah, kelaparan, dan kehabisan harapan.

Di bawah pohon trembesi yang rimbun, Prayitno duduk termangu. Hujan baru saja reda ketika seorang wanita paruh baya, anggun dan berpenampilan nyentrik, mendekatinya.

"Kalian satu keluarga?" tanya Suryati sambil memandangi Danang yang tertidur di pangkuan Nurul.

"Iya, Bu," jawab Prayitno hati-hati.

Suryati menatap tumpukan barang-barang Prayit yang tertumpuk di belakangnya.

"Apa barang-barang itu punya kalian?"

Sekali lagi Prayit mengangguk, "Benar ibu,"

"Kalian tinggal di sini?" tanya Suryati berusaha menelisik lebih dalam

"Untuk sementara Bu, sampai kami mendapatkan tempat tinggal," jawab Prayit

"Memangnya tempat tinggal kalian kenapa??"

Kali ini Prayit tersenyum malu, ia berusaha menutupi kesedihannya.

"Kami baru saja di usir dari rumah kontrakan kami,"

Sebuah senyum tersirat di wajah ayu Suryati. Wanita itu tampak begitu senang saat tahu Pria di depannya adalah orang yang di orang yang ia cari.

"Tidak salah lagi, baru di usir dari rumah, butuh tempat tinggal dan di dekat kolong jembatan, dia pasti orangnya," gumamnya

“Kalau kalian butuh tempat tinggal, aku punya rumah kosong. Kalian boleh tinggal di sana. Gratis.”

Prayitno dan Nurul berpandangan. Tawaran itu terdengar seperti anugerah dari langit. Mereka mengangguk dengan penuh harap, tanpa tahu bahwa pintu rumah itu bukan membuka jalan ke kehidupan yang lebih baik melainkan ke lorong gelap penuh kematian.

Dan seperti yang telah ditakdirkan, tumbal itu pun dibawa pulang.

Rumah itu berdiri di tengah kawasan yang sepi, diapit pohon-pohon tua yang daunnya selalu berguguran meski tak sedang musim kemarau. Gerbang besi berkarat berderit pelan saat Nyonya Suryati membukanya.

“Rumah ini milik keluarga saya,” katanya datar. “Sudah lama tak dihuni. Tapi kalian boleh tinggal di sini sesukanya.”

Prayitno terpana saat pertama kali melangkah masuk. Lantai marmer berdebu, langit-langit tinggi dengan lampu gantung kuno tergantung kaku. Ada lukisan-lukisan tua di dinding, semua menggambarkan wajah-wajah yang menatap tajam.

Nurul menggenggam tangan Prayit erat. “Rumah sebesar ini, kita benar-benar boleh tinggal di sini, gratis?” wajah Nurul masih tak percaya

Suryati tersenyum tipis. “Asal kalian menjaga kebersihannya. Dan satu hal jangan pernah masuk ke kamar paling ujung di lantai atas.”

Prayitno mengangguk, meski dalam hatinya timbul tanya.

Setelah Suryati pergi, mereka mulai membersihkan rumah itu. Meski terasa sunyi dan sedikit menyeramkan, mereka bersyukur punya tempat berteduh. Danang pun terlihat senang bisa tidur di kasur empuk.

"Alhamdulillah, akhirnya Gusti Allah mendengar doa-doa kita Mas," ucap Nurul penuh syukur

"Iya dek, semoga besok Mas bisa dapat pekerjaan biar kita bisa hidup enak kaya orang-orang," sahut Prayit

Nurul kemudian menghampiri Danang yang tengah melompat-lompat di atas kasur.

"Kamu mau tidur di sini bareng Ibu, atau di kamar sebelah??" tanya Nurul

Danang berhenti melompat, "Di sini saja sam Ibu,"

"Iya, Kamu itu kan penakut mana mungkin berani tidur sendirian," goda Nurul

Wanita itu kemudian memeluk Danang erat dan mengajaknya tidur.

Nurul dan Danang pun langsung terlelap. Sementara Prayit, ia justru masih terjaga.

Malam itu Angin sering berembus dingin dari arah loteng, meski semua jendela tertutup membuat Prayit merasa ada sesuatu yang janggal.

Namun ia menepis semuanya dan membaringkan tubuhnya di samping Nurul.

Tiba-tiba saat ia mulai memejamkan matanya terdengar suara seolah Langit-langit kamar berderit membuat ia kembali terjaga. Matanya menerawang ke atas saat terdengar langkah kaki dari langit-langit kamarnya.

Langkahnya begitu tegas membuat Prayit yakin ada seseorang di atas atap rumahnya.

"Apa ada maling??" pikirnya

Ia segera bangun dan mengambil lampu senter untuk mengecek ke luar. Namun sayangnya tidak ada apapun saat ia melihat ke luar rumah.

“Ah, mungkin cuma tikus,” gumam Prayitno mencoba menenangkan diri sendiri.

Ia kemudian kembali ke kamarnya dan tertidur. Baru sebentar ia terlelap tiba-tiba ia terbangun karena mendengar suara Nurul membangunkannya.

"Mas, bangun Mas," ucap Nurul sambil mengguncang tubuhnya

"Hmm, ada apa??"

"Ada suara perempuan menangis, apa kamu gak dengar??" jawab Nurul

Prayit menggeleng.

"Suaranya jelas banget Mas, sepertinya ada di ruang sebelah, coba kamu cek??"

Prayit segera bangun dan menuju kamar sebelah, saat ia membuka kamar tersebut tak ada siapa pun.

"Gak ada siapa-siapa dek," ucap Prayit saat kembali ke kamar tidurnya

"Aneh, jelas-jelas tadi aku dengar suara orang nangis mas,"

"Mungkin kamu mimpi, sudahlah ayo tidur lagi, aku ngantuk banget,"

Prayit langsung memeluk wanita itu.

Keanehan yang terjadi di malam pertama berlanjut ke malam-malam berikutnya, dimana keanehan demi keanehan terjadi di rumah tua itu.

Dimulai dari Danang yang mendadak demam tanpa sebab. Tubuhnya menggigil setiap pukul dua malam. Dan setiap kali ia menggigil, ia memeluk ibunya erat-erat sambil berkata,

“Ibu, ada nenek seram, nenek itu duduk di pojok kamar,"

Nurul terdiam. Tak ada siapa-siapa di kamar. Tapi setiap kali melihat sudut ruangan itu, ia merasa udara menjadi lebih dingin.

Suatu malam, Nurul melihat bayangan samar di cermin kamar. Sosok perempuan tua, membungkuk, rambut panjang menutupi wajah. Ketika ia menoleh ke belakang, tak ada siapa pun.

Ketika pagi tiba, Danang tak bisa bangun dari tidurnya. Nafasnya lemah. Tubuhnya pucat.

“Mas ini bukan sakit biasa,” bisik Nurul panik. “Kita harus keluar dari rumah ini.”

Tapi saat mereka hendak pergi, gerbang rumah tiba-tiba terkunci rapat. Gemboknya berubah. Kunci yang diberikan Suryati tidak lagi bisa membukanya.

Rumah itu, kini terasa seperti jebakan.

1
Zuhril Witanto
bagus
Zuhril Witanto
lanjut
Zuhril Witanto
para pencari wangsit
Zuhril Witanto
apa Prayitno benar2 dah meninggal sekarang
Zuhril Witanto
makin seru
⸙ᵍᵏTitian 𝐙⃝🦜pirman🦈
tetep aja pasti akan ada orang yang kepo dengan mistik keluarga Suryati
⸙ᵍᵏTitian 𝐙⃝🦜pirman🦈
akhirnya jiwa Prayitno gak penasaran lagi setelah kutukan di hancurkan
Zuhril Witanto
ternyata Prayit belum sepenuhnya meninggal
🥑⃟𝚜𝚌𝚑𝚊𝚝𝚣𝚒🦊⃫⃟⃤ₕᵢₐₜ
pasti ada bekasnya walaupun tempat itu udh hilang
🥑⃟𝚜𝚌𝚑𝚊𝚝𝚣𝚒🦊⃫⃟⃤ₕᵢₐₜ
apakah tugas Prayit sudah selesai lantas kemana kah Rika akan pergi
🍵𝒚𝒂𝒚𝒖𝒌 𝒋ᷟ𝒖ⷽ𝒐ᷟ𝒔ⷽ𝒔๎🦈
selesai sudah tugas prayitno yaaa dan rika juga tp kemana aryo
🍵𝒚𝒂𝒚𝒖𝒌 𝒋ᷟ𝒖ⷽ𝒐ᷟ𝒔ⷽ𝒔๎🦈
wahhh gtu yaa jd krn raga prayitno udh g ada jd dia kek roh gtu yaa
🍵𝒚𝒂𝒚𝒖𝒌 𝒋ᷟ𝒖ⷽ𝒐ᷟ𝒔ⷽ𝒔๎🦈: holow man
Ai Emy Ningrum: samar bayangan...👀
total 2 replies
🥑⃟𝚜𝚌𝚑𝚊𝚝𝚣𝚒🦊⃫⃟⃤ₕᵢₐₜ
kalian kerja sama aja biar gak ada korban lagi
⸙ᵍᵏTitian 𝐙⃝🦜pirman🦈
ini ceritanya cashback ya bunga
🍵𝒚𝒂𝒚𝒖𝒌 𝒋ᷟ𝒖ⷽ𝒐ᷟ𝒔ⷽ𝒔๎🦈
wahhh pnjg juga prjlanan pesugihan ya
jd ngeri
🥑⃟𝚜𝚌𝚑𝚊𝚝𝚣𝚒🦊⃫⃟⃤ₕᵢₐₜ
apa bnr Maria bakalan hidup lagi
⸙ᵍᵏTitian 𝐙⃝🦜pirman🦈
Prayitno masih hidup🤔
🍵𝒚𝒂𝒚𝒖𝒌 𝒋ᷟ𝒖ⷽ𝒐ᷟ𝒔ⷽ𝒔๎🦈
jd aryo yg harus memutus kan itu yaa
🍵𝒚𝒂𝒚𝒖𝒌 𝒋ᷟ𝒖ⷽ𝒐ᷟ𝒔ⷽ𝒔๎🦈
hahhhh ternyata masih lnjut
🥑⃟𝚜𝚌𝚑𝚊𝚝𝚣𝚒🦊⃫⃟⃤ₕᵢₐₜ
km harus bisa aryo buat membasi mereka
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!