NovelToon NovelToon
Umbral

Umbral

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor
Popularitas:412
Nilai: 5
Nama Author: Rudi Setyawan

Davin menemukan catatan rahasia ayahnya, Dr. Adrian Hermawan, di attic yang merupakan "museum pribadi' Adrian. Dia bukan tak sengaja menemukan buku itu. Namun dia "dituntun" untuk menguak rahasia Umbral.
Pada halaman terakhir, di bagian bawah, ada semacam catatan kaki Adrian. Peringatan keras.
“Aku telah menemukan faktanya. Umbral memang eksis. Tapi dia tetap harus terkurung di dimensinya. Tak boleh diusik oleh siapa pun. Atau kiamat datang lebih awal di muka bumi ini.”
Davin merinding.
Dia tidak tahu bagaimana cara membuka portal Umbral. Ketika entitas nonmanusia itu keluar dari portalnya, bencana pun tak terhindarkan. Umbral menciptakan halusinasi (distorsi persepsi akut) terhadap para korbannya.
Mampukah Adrian dan Davin mengembalikan Umbral ke dimensinya—atau bahkan menghancurkan entitas tersebut?.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rudi Setyawan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 16 — Mereka “Aman”

DAVIN akhirnya memutuskan untuk menyudahi kegiatan syuting mereka di kolam renang angker itu. Dia melihat Sasha, Naya dan Elisa sudah hampir sampai di titik nadir karena menyaksikan rangkaian kejadian ganjil yang seolah tiada henti. Aura negatif di lokasi itu bukan hanya menakutkan. Tapi juga seperti menyimpan bahaya. Aksi gila Rayan juga tanpa dinyana seperti menjadi adegan penutup yang dramatis.

Dia benar-benar tidak mengerti kenapa suhu di situ bisa drop sampai sembilan belas derajat Celsius. Biasanya turun hanya tiga-empat derajat. Tapi sekarang nyaris menyentuh titik ekstrem. Anehnya lagi, perubahan suhunya bertahan lama.

Dengan tergesa dia merapikan semua peralatan. Tari dan Naya menyalakan senter LED—dan menyorotkan cahayanya kian-kemari seakan waspada. Sasha dan Elisa juga memegang senter kecil.

“Moga-moga nggak ada yang ngikutin kita,” gumam Naya. Entah mengapa, dia merasa seperti ada sesuatu yang menghalangi mereka untuk pergi.

“Please deh, Nay,” ujar Elisa dengan nada setengah menggerutu. “Gue udah agak tenang. Tolong jangan bikin drama lagi, oke?”

Mereka melangkah cepat menuju gerbang besi yang terbuka lebar. Padahal tadi jelas sekali terdengar pintu utama seperti ditutup dari dalam. Tapi posisinya ternyata tetap terbuka seperti semula. Davin dan Rayan membiarkan Sasha, Naya dan Elisa melangkah duluan ke mobil. Tari terus menempel di sisi Davin sambil mengawasi layar detektor EMF di tangannya. Sesekali grafik medan elektromagnetik masih berfluktuasi. Tapi tidak ada lagi lonjakan angka seperti sebelumnya.

Begitu melewati gerbang besi, udara malam di luar tidak lebih ringan. Radius perubahan suhunya ternyata sangat luas.

“Di sini juga sangat dingin, Dev,” ujar Tari. “Karena pengaruh suhu di dalam kolam?”

“Aku bisa jawab itu,” sahut Davin tenang. “Tapi nggak sekarang.”

“Oke.”

Sejenak Davin mengedarkan pandangannya ke sekitar halaman yang gelap. Sederet pertanyaan tentang Umbral terus berseliweran di kepalanya. Tapi dia tak mungkin bisa menemukan jawabannya tanpa data yang lengkap. Dan satu-satunya ruang data untuk mengungkap rahasia Umbral hanya di buku catatan rahasia ayahnya.

Mereka masuk ke mobil papa Sasha. Kursi empuk dan aroma pengharum kabin yang biasa menenangkan kini nyaris tidak memberi efek apa pun.

Rayan duduk di belakang setir—dan langsung meluncur tenang meninggalkan area kolam renang. Begitu duduk di jok penumpang, Davin juga cepat membuka tabletnya. SRD dan detektor EMF tetap diaktifkan.

Selama beberapa saat tidak ada yang bicara—seakan ancaman di kolam renang masih belum reda. Elisa duduk di kursi belakang sambil memeluk lututnya. Dia sudah merasa aman. Tapi perasaannya tetap tidak enak.

Davin menarik napas panjang ketika melihat layar tablet kini stabil. Semua grafik telah tenang. Tapi perasaan di dadanya tidak ikut tenang.

“Dialah yang ingin kamu ada di sana, Dev,” ujar Tari tiba-tiba memecah keheningan. “Aku nggak tau kenapa. Tapi kayak ada koneksi di antara kalian.”

“Apa maksud lo ada koneksi antara Prof dan Umbral?” tanya Rayan dengan nada skeptis.

“Aku nggak tahu.”

“Apa... dia ngikutin kita, Ri?” bisik Elisa seolah takut Umbral ada di dekatnya.

Sejenak Davin menoleh ke belakang. “Dia terkurung di dimensinya, Lis. Dia nggak mungkin bisa keluar, kecuali dikeluarin.”

Sasha menatapnya dengan lekat. “Dev, tadi kamu bilang kamu nggak tau makhluk apa itu.”

"Memang. Aku nggak tau dia makhluk apa. Tapi dia entitas yang hidup—sama seperti kita. Hanya saja, dia hidup di dimensi lain."

“Well, itu kabar baik, menurut gue,” ujar Rayan enteng. “Umbral—atau apa pun namanya—nggak ada urusan di bumi ini. Anggap aja kita tadi jalan-jalan ke bonbin dino. Dan kebetulan ada makhluk yang sedikit lebih serem dari T-rex. Tapi dia dalam kandang. Ini cuma urusan uji mental. Bukan urusan hidup dan mati.”

“Tapi demi Tuhan, gue tetap nggak bakalan bisa tidur malam ini!” keluh Elisa setengah mewek. “Aduh, padahal besok ada pelajaran Pak Johan. Moga-moga aja dia besok mendadak sakit—atau istrinya mau melahirkan lagi.”

Dalam keadaan biasa, mereka pasti tertawa gelak ketika mendengar keluhan Elisa yang mirip seperti bocah cilik yang manja. Tapi sekarang tak terdengar tawa apa pun. Tersenyum geli saja tidak.

Hening panjang memenuhi kabin mobil. Suara mesin mobil papa Sasha terdengar halus. Tapi tidak ada yang merasa nyaman. Lampu jalan yang berderet di luar kaca hanya memberi cahaya sesaat seperti kedipan mata yang cepat.

--

Sekitar satu jam kemudian mereka akhinya tiba di rumah Rayan yang terasa hanya seperti Safe Point. Waktu sekarang sudah menunjukkan pukul 21.55 WIB. Sasha dan Elisa langsung meluncur pulang karena merasa capek, lapar, ngantuk plus “stres.” Naya harus menunggu jemputan ayahnya yang baru bisa datang setengah jam lagi. Tari masih bisa santai sebentar. Dia nanti bisa pulang pakai taksi online—atau menebeng di mobil ayah Naya—atau diantar oleh Rayan.

“Videonya kita upload malam ini, Prof,” putus Rayan sambil menghempaskan tubuh di sofa. “Gue pikir videonya bagus. Banyak sesi creepy-nya.”

“Kelewat banyak,” gumam Naya. “Hmm, sosok lelaki tua itu… kerekam juga, kan?”

Rayan menyeringai miring. “Jangan tanya. Lo nanti nggak bakalan bisa tidur.”

Tari menatapnya sebentar, lalu tanpa bersuara apa-apa dia melangkah ke dapur untuk membuat minuman hangat. Perutnya juga terasa lapar karena belum sempat makan malam. Seharusnya tadi Rayan singgah di warung makan. Tapi suara mereka tidak bulat karena Sasha dan Elisa ingin buru-buru tiba di rumah.

Naya diam-diam mengikuti Tari ke dapur. Mau tak mau pengalaman di kolam renang angker tadi mempengaruhi dirinya. Rumah Rayan yang terang benderang biasanya terasa nyaman dan aman. Tapi sekarang rasanya seperti menyimpan bayangan rasa takut.

“Apa maksud Rayan tadi, Ri?” tanyanya dengan suara setengah berbisik.

“Sosok lelaki itu nggak bisa ketangkap kamera,” sahut Tari apa adanya.

“Oh?”

“Tadi aku juga takut. Tapi sekarang nggak lagi.”

“Good for you. Tapi rasanya bad banget buatku. Harusnya tadi aku nggak nanya,” keluh Naya.

Tari hanya tersenyum tipis, sambil terus menyeduh dua gelas teh hangat. Dia tak merasa terganggu oleh kejadian-kejadian ganjil di kolam renang. Namun pikiran tentang Umbral tak mau hilang di kepalanya. Suara-suaranya masih terngiang di telinganya. “Eksistensi” entitas astral itu bahkan membuat dia merasa seperti terancam.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!