Terjerat Gairah Sang Pembantu

Lucas tertawa karena ekspresi lucu dari Zoya, seperti orang yang tertangkap basah saja. “Ekspresimu menggemaskan,” puji Lucas sembari menarik gemas dagu Zoya. 

Tentu saja Zoya langsung ikut tertawa. “Mas tadi maksudnya bicara apa? Kenapa mengataiku kalau memiliki pria lain?” tanya Zoya sembari memukul dada bidang Lucas yang tentu saja pria itu tidak akan merasakan sakit. 

“Hanya bicara asal saja, sayang. Ayo kita segera pulang,” Ajak Lucas, ia membawa tangan Zoya menuju genggamannya. Disaat itulah Zoya berpikir dengan keras setiap hal ekspresi dari Lucas dan apa yang dikatakan. 

Zoya yakin kalau Lucas benar-benar hanya bicara asal saja, bukan karna tahu apa yang ia lakukan dengan Saka. Kalau Lucas tahu Zoya berselingkuh, sudah pasti pria itu tidak akan sudi mendekatinya lagi. Zoya tersenyum simpul kepada Lucas yang sedang memegang tangannya dengan tangan satu membawa koper. 

•Didalam Mobil

“Cani bekerja dengan baik tidak, Mas?” tanya Zoya sembari bergelayut manja di lengan Lucas yang sedang fokus menyetir. 

Mendengar Zoya bertanya soal Cani langsung sesekali melirik kearah sang istri. “Dia baik, giat dan tidak pernah aku lihat malas-malasan.” jawab Lucas yang sebenarnya memang itulah kenyataannya. 

“Bahkan karna terlalu rajin sampai hal-hal yang tidak perlu dilayani.. Pun dilayani,” gumam Lucas di dalam hati, membicarakan tentang Cani membuatnya lebih teringat dengan wanita itu. 

Baru sebentar saja tanpa melihat Cani sudah membuat Lucas menjadi rindu. Tapi, wanita itu lagi marah dan tidak mau bicara sedikitpun dengannya. Sebenarnya Lucas sudah berusaha merayu tapi Cani tetap tidak memaafkannya. 

“Bocah kalau marah susah juga dibujuk,” Tanpa sadar ucapan itu keluar dari mulut Lucas. 

Zoya tentu saja bingung, ia sampai melepaskan diri dari memeluk lengan Lucas. Ia menatap aneh Lucas yang sepertinya tersadar dengan apa yang ia katakan. 

“Mas? Bocah siapa yang merajuk,” tanya Zoya, tentu saja ia bertanya. 

Karna mereka tidak memiliki anak atau bahkan tidak ada keponakan yang lainnya. Lucas adalah anak satu-satunya begitu pula Zoya, tidak mungkin ada adik atau bahkan hal-hal lain yang bisa dikatakan bocah. 

“Aku tadi menonton film.. Lucu deh, ada bocah yang marah susah banget dibujuk mamanya.” Untung saja keluar ide itu dari Lucas. 

Zoya masih menatap Lucas penuh curiga. “Kenapa kau tidak percaya padaku?” tanya Lucas balik, biasanya Zoya sangat tidak suka dicurigai seperti ini. 

“Tidak, Mas. Hanya saja aku heran tiba-tiba aja nih Mas suka nonton film,” Apa yang Zoya katakan membuat Lucas tersenyum saja. 

Tanpa sadar mobil sudah memasuki perkarangan Mansion, mobil berhenti di area garasi. Disaat itulah Zoya melihat Cani yang duduk dibangku Taman sambil melihat bunga-bunga. 

“Mas..” Zoya memanggil hingga aktivitas Lucas yang ingin melepas seatbelt jadi terhenti. 

“Ada apa?” tanya Lucas, ia melihat kearah sang istri memandang. Terlihat dimata tajam Lucas sosok gadis kecil yang termenung, seperti memendam masalah yang sangat besar. 

“Cani terlihat sedih..” ucap Zoya, Lucas menaikkan bahu saja tidak perduli. 

Zoya dan Lucas turun dari mobil bersama-sama, disaat mata Lucas melihat kearah Cani lagi. Rupanya Cani sudah ditemani oleh security penjaga Mansion, mereka berbincang bersama-sama. Lucas melihat dengan jelas Cani yang tertawa lepas dengan Security itu. 

“Apaan si!” Lucas kesal sendiri jadinya. 

Zoya berjalan terlebih dahulu menuju taman, ia tersenyum manis melihat Cani yang terlihat akrab dengan Security. 

“Wah.. Kalian terlihat cocok loh,” Ucap Zoya kepada dua insan manusia. 

Mendapati majikan menyapa tentu saja Cani dan Feri yang merupakan security itu langsung bangkit dan menunduk hormat. 

“Sudah tidak apa, lanjutkan bicara kalian. Aku hanya menyapa saja..” ucap Zoya dengan sangat ramahnya. 

Disaat Cani mendongakkan kepalanya, ia bertemu dengan tatapan tajam dari Lucas. Tidak timbul apapun di hati Cani kecuali perasaan kesal, ia membalas tatapan tajam Lucas dengan sangat tenang. 

“Mas, mereka kelihatan serasikan?” Tanya Zoya kepada sang suami tercinta. 

Lucas menjawab dengan anggukkan kepala saja, tidak akan mengeluarkan kata apapun. Sikap Lucas yang seperti itu membuat Cani semakin kesal, ia tahu seperti apa hubungan ini sebenarnya dihati Lucas. 

“Pilihanku tidak salah untuk tidak melanjutkan apa yang aku katakan kemarin malam,” gumam Cani di dalam hati sambil tersenyum kepada Zoya yang tertawa lepas. 

Sebenarnya Cani heran melihat mood Zoya yang bagus sekali hari ini, terus tertawa lepas terlihat sangat bahagia. “Pasti dia mendapatkan kebahagiaan dari Lucas, dasar!” Cani jadi kesal sendiri jadinya. 

“Kalau begitu lanjutkan..” Zoya berlalu pergi sambil menarik tangan Lucas agar mengikuti. 

Dan itu masih dilihat oleh Cani, ia memalingkan wajah karena merasakan sakit yang teramat melihat kemesraan itu. Lucas juga sesekali melirik kearah Cani, karna Feri masih berada di sampingnya. 

“Oh iya, Cani. Kalau malam kamu nggak ada kerjaan lagikan?” tanya Feri. 

Karena perasaan hati yang tidak enak Cani menjawab dengan gelengan kepala saja. “Bagus, aku ingin mengajakmu jalan-jalan mengelilingi kota Jakarta. Gimana?” Tawaran Feri membuat kedua mata indah Cani seakan berbinar. 

Diajak jalan-jalan disaat hati sedang tidak mood membuat perasaan Cani menjadi sangat bahagia. 

“Aku mau, Feri. Tapi, aku pamit dulu ya sama Nyonya..”

“Iya, kalau bisa nanti kabari lewat whatsapp. Aku tunggu di depan pagar,” ucap Feri sembari mengusap gemas pucuk kepala Cani. 

Diperlakukan seperti itu membuat Cani sangat senang, ia terus tersenyum sembari menatap kepergian Feri. Sungguh Cani tidak sabar dengan aktivitas nanti malam, tidak pernah ia melihat gedung tinggi itu disaat malam hari. 

“Pasti sangat indah..” Cani menjadi senang sendiri, bergegas ia masuk untuk membuatkan minum. 

~

Cani menghampiri Zoya yang sedang bersantai disofa ruang tengah dengan membawa nampan berisi jus jeruk. Terlihat Zoya sedang membaca majalah dengan sangat serius. 

“Ini minumnya, Nyonya..” Dengan penuh hati-hati Cani meletakkan gelas jus itu. 

Zoya mengangguk saja sambil tersenyum kepada Cani yang juga sama tersenyum. “Kamu buatkan kopi pahit juga untuk Lucas, dia sepertinya ada diruangan Olahraga.” Pinta Zoya yang Cani angguki. 

Tapi, baru mau Cani melangkah untuk melakukan tugasnya ia teringat dengan janji malam ini dengan Feri. 

“Nyonya.. Saya mau izin boleh?”

Seketika Zoya langsung menutup majalahnya, menatap serius Cani. “Izin apa?”

“Saya mau pergi bersama Feri, kata dia mau berkeliling kota jakarta malam ini. Bolehkan nyonya?” tanya Cani dengan penuh hati-hati. 

“Boleh, Cani. Yang terpenting jangan pulang larut malam,” Apa yang dikatakan Zoya membuat Cani sangat senang. 

Tapi senyuman dari Cani langsung memudar disaat melihat Lucas berdiri dianak tangga terakhir. Menatapnya sangat tajam seakan busur panah yang siap melesat. Tapi, Cani tetap tenang pergi menuju dapur untuk membuat kopi.