Arlena dan Dominus telah menikah lebih dari enam tahun. Tahun-tahun penuh kerja keras dan perjuangan untuk membangun usaha yang dirintis bersama. Ketika sudah berada di puncak kesuksesan dan memiliki segalanya, mereka menyadari ada yang belum dimiliki, yaitu seorang anak.
Walau anak bukan prioritas dan tidak mengurangi kadar cinta, mereka mulai merencanakan punya anak untuk melengkapi kebahagian. Mereka mulai memeriksakan kesehatan tubuh dan alat reproduksi ke dokter ahli yang terkenal. Berbagai cara medis ditempuh, hingga proses bayi tabung.
Namun ketika proses berhasil positif, Dominus berubah pikiran atas kesepakatan mereka. Dia menolak dan tidak menerima calon bayi yang dikandung Arlena.
》Apa yang terjadi dengan Arlena dan calon bayinya?
》Ikuti kisahnya di Novel ini: "Kualitas Mantan."
Karya ini didedikasikan untuk yang selalu mendukungku berkarya. Tetaplah sehat dan bahagia di mana pun berada. ❤️ U 🤗
Selamat Membaca
❤️🙏🏻💚
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sopaatta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26. Kualitas Mantan 5.
...~°Happy Reading°~...
Selina langsung berlari masuk ke ruang kerja untuk mengambil tas kerja lalu mengunci pintu. Jantungnya berdegup kencang melihat wajah Dominus yang tidak bisa ditebak. Dia segera masuk lift khusus menuju tempat parkir mobil Dominus.
Ketika tiba di tempat parkir, dia melihat Dominus panik dan tidak sabar menunggu. Sehingga Selina berjalan cepat tanpa banyak gaya, langsung naik mobil.
"Mau ke mana, Mas?" Tanya Selina sambil pakai sabuk pengaman.
"Ke rumah..." Jawab Dominus singkat, lalu menjalankan mobil.
"Oh, dia sudah keluar?" Selina jadi tenang dan senang, tapi dia heran dengan sikap dan wajah Dominus seperti mendung menggantung dan petir serta kilat siap menyambar.
"Sudah. Jangan tanya dulu. Aku perlu konsen dengan jalanan."
"Baik." Selina mengusap bahu Dominus untuk menenangkan.
Dominus tetap gelisah mengingat yang dikatakan Tari juga tangisannya. 'Apa yang terjadi?' Pertanyaan itu terus menganggu pikirannya sejak selesai telpon.
Setelah jalanan mulai normal, Dominus menambah kecepatan mobil, agar bisa lekas tiba di rumah. Sedangkan Selina yang duduk di samping, tubuhnya bisa diam, tapi pikirannya terus bergerak ke berbagai arah dan bercampur dengan berbagai rasa.
~*
Saat tiba di rumah, Dominus heran melihat pintu gerbang tidak bisa dibuka secara otomatis walau sudah dicoba berkali-kali. Dia segera telpon sopir Arlena.
"Mengapa gerbang tidak bisa dibuka? Cepat buka...!" Dominus membentak sopir Arlena. Selina hanya diam, tidak berani bertanya walau mulutnya sudah gatal mengomel.
Tidak lama kemudian, pintu gerbang dibuka oleh sopir Arlena dan tukang taman secara manual. "Mengapa tidak bisa otomatis? Password diganti?" Dominus menurunkan kaca lalu berteriak kepada sopir Arlena, tapi tidak berhenti.
"Tidak tahu, Pak." Sopir Arlena menjawab, sambil menyilangkan tangan sebagai tanda tidak tahu, lalu segera menutup gerbang.
Selina yang tadinya heran, tapi merasa girang saat melihat mobil sedan mewah berwarna biru dongker mengkilap sedang parkir di halaman. 'Ternyata dia benar-benar nurut sama Mas Domi, meninggalkan mobil tanpa protes.' Selina membatin dengan hati girang.
"Ada apa? Mengapa gerbang tidak bisa dibuka otomatis?" Dominus kembali bertanya kepada sopir Arlena yang berlari mendekat.
"Tidak tahu, Pak. Kami pulang, gerbang tidak dikunci. Jadi kami tidak tahu..." Sopir menjelaskan.
"Kau juga ikut libur?"
"Iya, Pak. Kami semua diijinkan libur dan diminta pergi jalan-jalan." Sopir menjelaskan tanpa curiga.
Dominus hanya bisa mendengus, kesal lalu segera masuk ke dalam rumah. "Tariii, ada a p a...?" Teriakan Dominus berganti terpata-pata melihat kondisi ruang tamu.
Kursi kayu ruang tamu mewah dan antik tidak berbentuk lagi. Semua kaki kursi dipotong tidak beraturan. Ada yang miring ke kiri, ke kanan, ke belakang, ke depan, atau ke tengah saling mencium. Isi bantalan duduk dan sandaran kursi sudah terburai mengotori lantai ruang tamu.
"Iya, Pak. Maaf, tadi saya di belakang dan tidak tahu bapak sudah datang." Tari yang mendengar suara Dominus memanggil namanya, segera berlari ke ruang tamu, lalu menjelaskan. Tetapi Dominus tidak mendengarkan yang dia katakan.
Dada Dominus meletup seperti soup panas di atas kompor menyala dan matanya tertuju ke kursi ruang tamu dengan meja panjang dan sudut sudah terbelah empat. Kaki meja juga dipotong asal sebagaimana kaki kursi, sehingga semuanya seakan sedang berangkulan di lantai.
Sedangkan Selina hanya berdiri diam terpaku melihat ruang tamu sudah seperti kapal pecah. Rasa girangnya berganti dengan emosi yang tidak bisa dibendung melihat kursi dan meja ruang tamu yang disukainya tidak lagi berbentuk kursi dan meja.
"Apa hanya di sini?" Tanya Dominus yang berusaha mengendalikan emosinya.
"Tidak, Pak. Hampir di semua ruangan seperti ini." Jawab Tari.
"Apa? Ada yang begini lagi?" Dominus langsung berjalan cepat masuk untuk periksa diikuti oleh Tari.
Tidak lama kemudian, Selina yang masih diam di ruang tamu terkejut mendengar suara teriakan Dominus memanggil nama Arlena yang menggelegar dari dalam. Dia langsung berlari, begitu juga dengan sopir dan tukang taman di luar ikut berlari masuk ke dalam rumah.
"Apa yang dia lakukan ini?" Teriak Dominus yang tidak bisa kendalikan amarahnya saat melihat bufet yang berjejer di ruang keluarga disayat dari atas ke bawah juga ke samping, tapi tidak putus.
Sehingga hanya terlihat seakan mulut terbuka, menganga tanpa menjatuhkan barang yang ada di dalamnya. Tetapi orang yang mengerti, kalau membuka pintu lemari, semua isinya akan jatuh ke lantai.
Ketika Dominus melihat TV layar lebar kesayangannya pecah dan bolong tengah, tangannya mengepal untuk menyalurkan emosinya yang siap meledak.
Ditambah lagi melihat sofa kulit warna hitam mewah sudah terbuka di berbagai tempat dan isinya keluar dan mengotori lantai. Tangannya makin mengepal disertai dengan wajah yang memerah, marah.
Para pelayan perlahan mengundurkan diri, menjauh saat mendengar teriakan Dominus dan Amarahnya. Mereka tidak mau menjadi sasaran amarah Dominus kalau melihat kerusakan lain lagi.
Kemarahan Dominus menguasai hatinya, sehingga dia tidak melihat wajah Selina yang berubah warna dan juga marah, melihat ruang keluarga lebih hancur dari ruang tamu. Ada banyak yang berserahkan di lantai.
Dominus keluar dari ruang keluarga untuk memeriksa ruangan lain yang ada di lantai itu. Maka saat itu, hanya terdengar suara teriakan Dominus di setiap ruangan yang dia masuki di lantai bawah.
Namun saat dia masuk ke ruang makan, Dominus tidak bisa berteriak lagi. Dia mencengkram rambutnya dengan kedua tangan, ketika melihat hal yang sama dilakukan oleh Arlena bahkan lebih.
Meja makan kayu panjang dipotong seperti bolu dipotong enam. Dua kaki meja dipotong pendek dari dua kaki yang lain, sehingga bentuk meja makan tidak beraturan. Ruang makan porak poranda berlatang belakang bufet yang dipotong seperti yang lain, tanpa tahu keadaan isinya. Selina tidak merani berkomentar melihat kemarahan Dominus.
Para pelayan mulai mengerti yang terjadi saat melihat majikan mereka terus berteriak memanggil nama Arlena. "Berarti ini hasil kemarahan Ibu." Ucap salah satu pelayan.
"Sssstttt.... mulut diplester, kalau ngga mau diobras sama 'ntuuu..." Para pelayan saling berbisik dan mengingatkan sambil menunjuk ke arah Selina dengan wajah.
Menyadari kerusakan di lantai bawah, Dominus segera berlari naik tangga. "Arlenaaa..." Dominus kembali teriak memanggil nama Arlena saat mau naik tangga dan melihat pegangan kayu bergelantungan, sehingga tidak bisa dipegang untuk naik tangga.
Tanpa berpegangan pada pagar tangga, Donimus terus berlari naik tangga menuju kamar utama. Dia jadi khawatir terjadi sesuatu di dalam kamar utama, karena Arlena lebih banyak menghabiskan waktu di sana.
Sedangkan Selina naik tangga perlahan mengikuti dari belakang, karena khawatir terluka atau jatuh ke lantai bawah.
Saat membuka pintu kamar, jantung Dominus seakan berhenti berdenyut melihat isi kamar yang berantakan. Terutama tulisan di dinding yang sangat menyolok dengan pilox hitam. 'Tuhan akan menghukummu!' Wajah Dominus memutih, tanpa bisa bergerak.
...~*~...
...~▪︎○♡○▪︎~...
hadeh ketemu si dom" lagi jangan bilang tuh ada ulet bulu bisa" ada perang apa lagi papanya Ar juga datang 🤣wah di tunggu dom" ketemu papanya arlena