Kematian Winarsih sungguh sangat tragis, siapa sebenarnya dalang di balik pembunuhan wanita itu?
Gas baca!
Jangan lupa follow Mak Othor, biar tak ketinggalan updatenya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cucu@suliani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MKW Bab 14
Dia puluh enam tahun yang lalu.
Seorang wanita berparas cantik yang merupakan kembang desa berusia empat belas tahun sedang mengayuh sepedanya, walaupun usianya masih sangat muda tetapi banyak pria yang menyukai wanita itu.
Tuti namanya, walaupun dia terlahir dari keluarga miskin, tetapi wanita itu merupakan wanita yang cantik dan juga sangat rajin dalam belajar dan juga bekerja. Di sekolahnya merupakan anak yang lumayan pandai, selalu masuk rangking sepuluh besar sejak duduk di bangku SD.
"Tuti!"
Tuti yang sedang mengayuh sepeda langsung menghentikan aktivitasnya, kemudian wanita itu menolehkan wajahnya ke arah suara.
"Eh? Pak Bisma, sedang apa di sini?"
Tuti bisa melihat kalau tidak jauh dari dirinya ada Bisma, pria itu merupakan seorang pengajar di sekolah tempat Tuti menimba ilmu. Pria itu sedang duduk di atas tanah sambil memegangi kedua kakinya, di sampingnya ada motor tua yang terbalik.
Tuti jadi berpikir kalau pria itu baru saja mengalami kecelakaan, dengan cepat Tuti menghampiri pria itu.
"Ada apa sih, Pak? Apa Bapak jatuh?"
"Iya, Bapak jatuh. Bisa bantu Bapak buat duduk di sana?" tanya Bisma sambil menunjuk ke arah saung yang tidak jauh dari sana.
Tuti merasa ragu mendengar permintaan dari pria itu, karena Bisma merupakan pria yang bertubuh tinggi besar. Sedangkan dirinya hanya anak berusia empat belas tahun, badannya juga kecil dan tinggi badannya hanya semeter setengah.
"Kok malah diem aja? Gak mau bantu ya?"
Tuti menolehkan wajahnya ke kanan dan juga ke kiri, tempat itu terasa begitu sepi sekali. Hanya ada pohon pinus di sepanjang mata memandang, agak takut juga, tetapi tak enak hati kalau tak menolong.
"Mau, Pak. Mau kok," ujar Tuti yang merasa tidak enak hati terhadap gurunya tersebut.
"Anak pintar," ujar Bisma sambil mengulurkan kedua tangannya.
Tuti menerima uluran tangan Bisma, lalu dia membantu Bisma untuk duduk di saung yang tidak jauh dari sana. Wanita itu sampai berkeringat membantu pria bertubuh tinggi besar itu.
"Makasih ya, Tuti?"
"Iya, Pak. Sama-sama, saya permisi pulang."
Tuti hendak melangkahkan kakinya untuk pergi dari sana, tetapi langkahnya terhenti karena pergelangan tangan Tuti dicekal oleh Bisma.
"Ada apa ya, Pak?"
"Kaki saya sakit, kayaknya terkilir. Bisa tolong saya untuk pijatkan?"
"Tapi, Pak. Ini sudah sangat siang, saya harus segera pulang karena ingin membantu ibu jualan."
"Kaki saya sakit banget ini, mau minta tolong tapi nggak ada orang lagi. Kalau saya terus kesakitan seperti ini, kapan saya bisa pulang ke rumah?"
Tuti merasa dilema mendengar apa yang dikatakan oleh Bisma, jika dia pulang takutnya disangka tidak memiliki hati dan juga perasaan. Namun, jika tidak segera pulang takutnya ibunya akan marah karena dia harus segera pulang dan berjualan gorengan.
"Kenapa? Gak mau ya?"
"Mau, Pak. Iya, Tuti pijitin biar Bapak cepat sembuh."
Bisma tersenyum senang, lalu dia mengeluarkan minyak kayu putih dan memberikannya kepada Tuti. Tuti yang paham langsung memijat kaki Bisma, pria itu sempat kesakitan. Namun, lama kelamaan sembuh juga.
"Tuti pulang ya, Pak. Udah lama banget Tuti di sini," ujar Tuti.
Tuti turun dari saung itu, tetapi lagi-lagi langkahnya terhenti ketika tangan Bisma mencekal pergelangan tangan Tuti.
"Kenapa lagi, Pak?"
Bisma tidak menjawab pertanyaan dari Tuti, pria itu malah menatap Tuti dari atas kepala sampai ujung kaki. Walaupun usia wanita itu masih sangat muda, tetapi Bisma malah menatap lapar ke arah dada Tuti yang lumayan besar.
"Ehm! Kamu seksi juga ternyata, dada kamu sangat berisi."
"Eh? Maksudnya?" tanya Tuti yang memang masih polos.
Bisma menuntun Tuti untuk duduk kembali di dalam saung, lalu dia mengelus kedua lengan Tuti dengan lembut. Tuti menepis tangan Bisma, dia tiba-tiba saja merasa ketakutan.
"Bapak mau apa?"
"Saya kan' masih bujang, kamu mau gak jadi pacar saya?"
Tuti kaget sekali mendengar tawaran dari Bisma, pria yang ada di hadapannya itu memang masih lajang. Namun, rasanya Dia belum pantas berpacaran karena usianya masih sangat muda.
"Nggak ah, Tuti lagi serius belajar. Pengen dapat beasiswa biar bisa sekolah di kota, biar bisa jadi kebanggaan ibu bapak."
Bisma tak hilang akal, dia tahu kalau Tuti itu merupakan wanita yang sangat polos. Pria itu tersenyum menyeringai lalu mulai kembali bersuara.
"Pacaran itu menyenangkan loh, akan ada yang memperhatikan kamu. Akan ada yang menyayangi kamu, akan ada yang membantu kamu dalam masalah belajar."
"Maksudnya?" tanya Tuti.
"Kalau kamu mau menjadi pacar saya, itu akan mempermudah kamu untuk mendapatkan beasiswa sekolah di kota. Dengan seperti itu, Kamu tidak usah belajar terlalu keras."
Tuti mulai terpikat dengan omongan pria itu, Bisma nampak senang karena pikiran wanita itu mulai goyah.
"Kalau misalkan Tuti jadi pacarnya Bapak, berarti Tuti nggak usah capek-capek dong ngerjain tugas? Kan' dapet contekan dari Bapak?"
"Boleh, boleh banget. Nanti kamu akan dapet contekan, tapi harus jadi pacar Bapak."
"Oke, Tuti mau."
**
Baru sempat up, Mamak Othor lagi pulang kampung. Kakak lagi hajatan, semoga besok masih sempat up. Sayang kalian banyak-banyak 🥰
wis kapok mu kapan bjo gaib mu wis modyarrr
hadiahnua bisa diambil dirumah kk othor ya...😂😂😂
Bu Tuti syok berat ini.. udah beli segala macam perlengkapan pemujaan lagi.. /Facepalm//Facepalm/
secara suami gaib nya musnah tp apakh nnti akan menuntut blas yg lebih kejam lagi ga yaaa /Smug//Smug//Smug//Smug/
trus kalau bi Tuti pulang nanti bagaimana ya....
Bagas kok masih bisa menahan emosinya saat melihat bi Tuti... keren banget kamu bagas
setanya marah yaaa tp.klo marah masa iya g bisa sih dinlwan dgn doa
minta sm yg esa gtu 🤔
dan si tuti dpt karmanya
undg pak uztad ngajiin biar keluar tuhh mahkluk gaib biar aman rumah
Halah... paling geh nanti Bagas juga suka sendiri sama Wati. 🤭