NovelToon NovelToon
PEDANG GENI

PEDANG GENI

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Balas Dendam / Persahabatan / Raja Tentara/Dewa Perang / Pusaka Ajaib / Ilmu Kanuragan
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: Fikri Anja

PEDANG GENI. seorang pemuda yang bernama Ranu baya ingin membasmi iblis di muka bumi ini.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fikri Anja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 12

Ayah arika yang baru saja pulang setelah bepergian cukup lama, masih belum tahu tentang ramuan dedaunan yang diberikan kepada Mahesa. Dia pun akhirnya bertanya kepada putrinya tersebut.

"Ramuan apa yang kau berikan kepada Mahesa, Putriku?"

"Ramuan biasa untuk mengeringkan luka luar, dan juga benalu yang tumbuh di pohon pinus untuk luka dalamnya," jawab Atika.

Tiba-tiba saja ayahnya Arika tertawa lepas, "Hahaha, siapa yang memberitahu tentang masalah itu, Mahesa? Tentang efek ramuan itu, maksudnya."

"Ranu yang memberitahuku, Paman. Dia bilang kalau Arika yang sudah memberitahunya tentang efek ramuan itu!" jawab Mahesa.

"Aku tidak pernah memberitahu Ranu tentang itu.

Apalagi membahas masalah sensitif seperti itu!" sahut Arika.

Mukanya jadi memerah karena malu.

"Berarti ... dasar kadal gunung! Dia hampir saja membuatku patah semangat menjadi seorang lelaki sejati," dengus Mahesa.

Ayah Arika yang sudah paham jika Mahesa digoda oleh temannya, tidak bisa berhenti untuk tertawa. Sedangkan muka Mahesa pun ikut merah karena terlanjur malu.

"Kenapa kau melamun?"

Mahesa tergagap ketika Arika menepuk pundaknya pelan, "Anu ... aku hanya ingat Ranu saja!" kelitnya.

"Sudah, kau tunggu di sini saja sampai Ranu kembali. Selamanya di sini pun tidak apa-apa!" Arika tersenyum hangat.

"Benarkah? Apakah aku akan menjadi suamimu jika Ranu tidak kembali?"

"Bukan seperti itu. Maksudku agar kau bisa menggantikanku mencari dedaunan untuk ramuan obat," sahut Arika tertawa kecil, sebelum berdiri lalu berjalan masuk ke dalam.

Mahesa tersenyum kecut mendengar jawaban Arika.Setelah sampai di kaki gunung Soputan, Ranu memutuskan untuk menuju desa yang beberapa hari lalu dia bertemu lelaki tua misterius di sebuah tempat makan.

Setelah sampai di tempat makan tersebut, Ranu segera bertanya kepada pemilik tempat makan itu tentang lelaki tua yang sempat makan satu meja dengannya.

"Maaf, Anak Muda. Aku pun tidak tahu siapa lelaki tua itu. Dia juga pendatang sepertimu," jawab pemilik tempat makan yang ternyata masih mengenali wajah Ranu.

Ranu seketika lemas dan duduk di sebuah kursi.Rencananya dia mau bertanya kepada lelaki tua itu tentang kota Wentira.

Dia kembali bertanya kepada pemilik tempat makan tentang Kota Wentira. Namun jawaban yang dia dapatkan ternyata tidak sesuai dengan harapannya, dan tidak bisa memuaskan kebingungannya. Pemilik tempat makan itu bahkan tidak tahu apapun tentang kota Wentira yang ditanyakan Ranu.

Setelah selesai makan, Ranu memutuskan untuk menuju rumah Arika yang berjarak sekitar dua jam dari tempat makan itu.

Sengaja Ranu memacu kudanya dengan pelan. Dia berharap bisa bertemu dengan lelaki tua yang dicarinya itu di jalanan. Tatapan matanya menyapu setiap lelaki tua yang ditemuinya selama perjalanan menuju rumah Atika.

"Apakah itu kakek yang aku temui waktu itu?" tanya Ranu dalam hati ketika melihat dari belakang, seorang lelaki tua yang berjalan memakai tongkat di sebuah hutan.

Ranu memacu kudanya lebih cepat. Sebelum sampai menyalip lelaki tua yang dilihatnya itu, kuping Ranu yang tajam mendengar suara seorang lelaki yang meminta pertolongan.

"Siapa itu yang meminta pertolongan?" Ranu menghentikan laju kudanya dan menajamkan pendengarannya.

"Tolooong!"

Suara lelaki itu kembali terdengar. Kali ini Ranu bisa memastikan jika sumber suaranya berasal dari dalam hutan.

Dia dibuat bingung dengan situasi yang dialaminya saat itu. Jika dia membantu suara lelaki yang meminta pertolongan, dia bisa kehilangan lelaki tua itu. Namun jika dia mendahulukan menemui lelaki tua yang dicarinya itu, bisa jadi suara lelaki yang meminta pertolongan akan mendapat musibah, meski dia tidak tahu situasinya seperti apa.

Jiwa sosial Ranu akhirnya lebih memilih kepentingan orang lain dari pada kepentingannya sendiri. Dia memutar tali kekang kudanya dan menggebahnya masuk ke dalam hutan.

Suara lelaki yang meminta pertolongan semakin keras terdengar ketika Ranu sudah tidak jauh dari sumbernya. Segera dia melompat dan berlari melesat ke arah sumber suara.

Ranu dibuat mati kutu sejenak ketika melihat dua harimau yang cukup besar, sedang menunggui seorang lelaki yang tampak ketakutan di atas pohon.

"Bagaimana cara menyelamatkan lelaki itu?" tanya Ranu dalam hati. Dia yang tidak punya pengalaman sama sekali melawan hewan buas, sedikit dibuat bingung.

"Tolong, Kisanak!" teriak lelaki yang berada di atas pohon ketika melihat Ranu.

Ranu mengangguk kemudian berjalan mendekati dua harimau yang sedang mencakar-cakar batang pohon.

Kedua harimau itu menoleh ketika merasakan bau daging mendekati mereka.

Grrrrrrrgggh!

Fokus kedua harimau itupun teralihkan kepada Ranu yang sudah ada di dekatnya. Dengan air liur menetes di mulutnya, mereka hendak bergerak menerkam Ranu.

Tidak mau menjadi santapan dua harimau yang sedang kelaparan, Ranu mengeluarkan aura pembunuh yang begitu pekat.

1
Elisabeth Ratna Susanti
like plus subscribe 👍
Was pray
ya jelas dicurigai kan kamu dan suropati jelas2 orang asing
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!