Terlahir dari penjaja cinta satu malam membuat Eleanora Davidson menjadi sosok yang tidak mempercayai cinta.
Hidup karena pengasihan kakek Robert Birdie sesudah kematian misterius ibunya membuat Eleanora bertekad harus sukses demi misi menghukum ppembunuh ibunya dengan tangannya sendiri tapi dunianya seakan jungkir balik karena ONS yang menghasilkan benih-benih kehidupan dalam rahimnya sedangkan pria penanam benih ternyata anak penjahat yang selama ini dicarinya
Don't judge by the cover..
Jangan tertipu dengan sinopsis..
Let's check it out 😎
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Base Fams, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
LOST IN MISSION #15
Malam harinya, sesuai janjinya kepada bibi Estelle untuk memenuhi undangan dari wanita itu. Eleanora sudah bersiap, gadis itu memakai dress berwarna nude dengan model Turtleneck untuk menutupi jejak pria yang tidur bersamanya semalam, dan sekarang ia melangkah keluar dari rumah untuk menemui Zafer yang sudah datang menjemputnya. Pria itu menunggunya di depan pagar.
Eleanora melihat Zafer dari kejauhan, ia semakin mempercepat langkahnya. "Anda terlihat sibuk sekali dokter Zafer."
Zafer yang tengah fokus pada ponselnya, mengalihkan pandangannya dari benda pipih itu. Lalu, meluruskan pandangannya menatap Eleanora yang sudah berdiri di hadapannya.
Pria itu memamerkan gigi putihnya. "Maaf, aku telat menjemputmu, Elea. Tadi, aku mampir sebentar ke swalayan." Jelas Zafer memasukan kembali ponsel ke dalam saku celana.
"Tidak apa Zafer, sebaiknya kita jalan sekarang."
Zafer setuju, keduanya pun masuk ke dalam mobil dengan Eleanora duduk di bangku penumpang, di bagian depan. Kini, mobil yang di kendarai Zafer melesat melintasi jalan utama menuju kawasan pertokoan.
10 menit mereka terdiam, Zafer menoleh sebentar ke arah Eleanora lalu kembali memfokuskan pada kemudinya . "Elea- " panggil Zafer membuat Eleanora langsung menoleh ke arahnya. "Ya Zafer, " saut, gadis itu.
"Coba ceritakan tentang masa kecilmu. Aku sungguh penasaran." Ucap Zafer mencari bahan obrolan, sekaligus ia ingin mengetahui masa kecil dari gadis pujaannya itu. Bagaimana Eleanora tumbuh, lalu perjalanan hidupnya sampai bisa menjadi seorang dokter. Pasti sangat berkesan, pikir pria itu.
Eleanora tersenyum tipis. "Tidak ada yang menarik dari kehidupan kecil ku Zafer, terkecuali bersama mendiang ibuku." balas Eleanora dengan enggan. Sebab, ia tidak berkeinginan untuk membagi masa lalunya kepada orang lain. Menceritakan semua, seperti membuka luka lama. Ia tidak ingin menunjukkan kesedihannya, dan mendapatkan tatapan mengiba. Jujur, ia tidak menyukai akan hal itu.
Mendengar jawaban Eleanora, sontak membuat Zafer terdiam. Dari wajah yang ditunjukkan Eleanora membuat ia mengerti, jika Eleanora pernah mengalami kehidupan yang sangat pelik, sehingga membuat gadis itu memiliki sifat introvert di balik senyumannya yang kerap di tunjukkannya.
"Lalu, bagaimana denganmu?" Eleanora membalikkan pertanyaan Zafer untuk mengalihkan pembicaraan, dan syukurlah Zafer tidak memaksa untuknya bercerita. Pria itu benar-benar pengertian.
"Masa kecilku, hmm..." Zafer nampak berpikir sebelum ia membuka suaranya lagi. "aku sangat nakal, Elea." Lanjutnya.
Seketika, Eleanora membulatkan matanya. "Hah, benarkah??" tanya Eleanora tidak percaya. Ia memasang wajah antusias, mulai tertarik untuk mendengarkan cerita Zafer.
Kenakalan apa yang pernah dilakukannya??
Memandang wajah Eleanora yang di bingkai senyuman, semakin membuat seorang Zafer bersemangat. Ketahuilah, senyuman Eleanora seperti multivitamin setelah semalam ia dibuat bimbang karena panggilan teleponnya, tidak dijawab gadis itu. Sampai saat ini Zafer tidak menanyakan alasan mengapa Eleanora tidak menjawab panggilannya.
Zafer mengangguk cepat. "Iya... Saat di bangku sekolah, aku kerap mendapatkan hukuman, dan aku juga pernah di keluarkan dari sekolah."
"Oh astaga, memangnya kau melakukan kenakalan apa Zafer?" tanya Eleanora untuk kesekian kalinya.
Eleanora dibuat tercengang. Yang ia ketahui seorang Zafer Savas memiliki kecerdasan di atas rata-rata, dan pria itu menjadi lulusan mahasiswa terbaik di kampus.
Zafer tergelak, mengingat kembali ketika ia berusia 9 tahun saat mengerjai gurunya.Tentu aksi gilanya, membuat kehebohan satu sekolahan.
"Memasukkan anak tikus ke dalam tas guru ku, " jawabnya lempeng, dengan memasang wajah tidak berdosa. Persis ketika ia melakukannya pada saat itu.
Eleanora membuka mulutnya membentuk huruf a. "Seriously??" Zafer mengangguk cepat "kau benar-benar melakukannya?" Eleanora memekik, heboh.
"Iya, kau bisa bertanya kepada ibu- ku. Suatu saat aku akan mengajak mu ke rumah. Ibu pasti dengan senang hati menceritakan kenakalanku."
Eleanora masih menatap Zafer, tidak percaya. "Atas dasar apa kau melakukannya? pasti kau melakukannya karena ada sebabnya." sungguh Eleanora ingin mengetahui kelanjutan cerita masa kecil dari seorang Zafer Savas. Terlalu menarik, dan ia tidak ingin melewatkannya.
"Wanita itu, maksudku-- guruku kerap menghubungi ayah." Jelas Zafer dengan ekspresi ketidaksukaan pada mantan gurunya. Padahal, kejadian itu sudah lewat 21 tahun yang lalu.
Lampu rambu lalu lintas berubah menjadi merah, Zafer pun memberhentikan kendaraannya, dan sedikit memiringkan tubuhnya menghadap ke arah Eleanora.
"Apa wanita itu menyukai ayahmu?" tebakan Eleanora, hampir benar.
"Tepatnya, masih menyimpan perasaan pada ayahku. Mereka sempat menjalin hubungan, lalu kandas karena wanita itu berselingkuh, yang berujung penyesalan."
"Ck, penyesalan selalu datang terlambat. " Eleanora menimpali. "Tapi, apa yang telah kau lakukan dahulu sudah benar Zafer." Eleanora dengan sengaja menggantung kalimatnya sebentar, lalu kemudian ia melanjutkan lagi ucapannya. "Jika, aku jadi kau. Aku juga akan melakukan hal yang sama. Mungkin caranya saja yang berbeda."
Zafer melebarkan senyumannya. Baru kali ini, perbuatan tercelanya dibenarkan. Sedangkan pada saat itu, ia diberhentikan sekolah dan mendapatkan hukuman dari kedua orangtuanya. Zafer rasa, jika ia tumbuh besar bersama Eleanora, Eleanora akan menjadi garda terdepan yang mendukungnya.
"Lalu, apa yang terjadi selanjutnya?" tanya Eleanora bersemangat, bahkan tubuhnya bergerak menghadap Zafer.
Pembicaraan mereka semakin seru, dan sungguh Zafer tidak menyesali membicarakan kenakalannya kepada Eleanora. Sebab, ia bisa melihat ekspresi Eleanora yang kerap berubah untuk merespon ucapannya. Wajahnya antusiasnya, keterkejutannya, dan senyumannya membuat Zafer bersemangat.
Zafer kembali tergelak. "Wanita itu memekik ketakutan, Elea. Dia bahkan melompat setelah melihat tikus di dalam tasnya, lalu berlari terbirit-birit." Zafer tergelak bersama Eleanora. Bahkan Eleanora, menunduk seraya memegangi perutnya.
"Pasti setelahnya, wajah wanita itu memerah karena marah, dan mengeluarkan dua tanduk diatas kepalanya. Lalu, dia berteriak ZAFER HENTIKAN KENAKALAN MU!" Eleanora kembali tertawa seraya mengusap air matanya. Ini hiburan, dan Zafer sudah berhasil membuat Eleanora terhibur.
Tiba-tiba Zafer terdiam, fokusnya terpaku menatap Eleanora dengan sangat lekat, seraya mengalunkan pujian didalam hatinya.
Merasa diperhatikan, Eleanora meredakan tawanya selaras membuang wajahnya ke samping, untuk menghindari tatapan Zafer. Ah suasana ramai, berubah menjadi canggung. Ya Eleanora merasa canggung diperhatikan seperti itu. Ia melihat ke sisi jalan, lampu rambu lalu lintas berubah menjadi berwarna hijau. Kembali ia menghadap Zafer.
"Zafer, " pekik Eleanora mengibaskan tangannya. Bersamaan suara klakson kendaraan yang berada di belakang berbunyi, berhasil menyadarkan Zafer. Segera, pria itu mengendalikan kendaraan roda empat miliknya
Tidak ada lagi percakapan setelahnya. Sejak tadi Zafer berusaha menetralisir degup jantungnya. Sesekali ia melirik ke arah Eleanora yang kini sibuk bermain dengan ponselnya.
Kini mobil Zafer sudah berhenti di depan rumah bibi Estelle yang terletak di belakang toko bunga. "Ayo kita turun Zafer. Bibi Estelle pasti sudah menunggu." Eleanora melepas sabuk pengamannya.
"Kau turunlah terlebih dahulu, nanti aku akan menyusul."
"Baiklah, Zafer. "
gw nunggu bomnya nih...
hebat tp Angela mau berbesar hati memaafkan dan menemui ibunya walau ibunya udh jahat
kmna pikiranmu saat lg asyik2 sama calon mertuamu sendiri
kok Fabio mau aja sama emak2..apa lebh pengalaman lbh aduhai kahh
Milih kok sama yg emak2..apa krn yg pengalaman lebih aduhai kah..wkwkw
pacar anaknya main embat kayak ga ada laki2 lain😱🤦♀️
Fabio mauu aja lagi..
anak angkatnya Robert yg sdh sangat dipercaya ternyata anak dr pmbunuh kekasihnya...
tp bukan salah William kann..semoga saja mereka mengerti walau Will pasti merasa bersalah