Lost In Mission
Valencia, Spain. 23 December, 9.00pm
"Ya Tuhan... Sudah 15 menit, tidak ada satu pun taksi yang lewat." Keluh Carolina seraya menatap arlojinya.
Musim gugur di penghujung tahun dengan suhu kurang dari 15°C membuat kebanyakan orang lebih betah beraktivitas dalam bangunan, mengakibatkan sepanjang jalan kota Valencia nampak sepi. Tumpukan salju tampak mengganggu kelancaran lalu lintas sehingga menyulitkan kendaraan untuk bergerak.
Kembali Carolina mengeratkan mantel tebalnya untuk menghilangkan rasa dingin dari udara yang berhembus kencang.
Tidak lama kemudian...
"Ah, akhirnya." Ucap Carolina ketika manik hazelnya melihat taksi yang bergerak pelan ke arahnya. Segera ia melambaikan tangan, membuat transportasi roda empat itu berhenti di depannya.
"Hotel Vacia Center Sir, " ucap Carolina begitu ia masuk, dan mendaratkan bokongnya di jok penumpang.
"Baik nona, " balas sang sopir menginjak pedal kendaraannya membawa Carolina ke tempat tujuan.
Sepanjang perjalanan Carolina terdiam, memperhatikan sisi jalan yang ramai dengan hiasan ornamen natal. Tiba-tiba, ia teringat awal pertemuan dengan kekasihnya. 7 tahun yang lalu tepatnya tanggal 23 Desember, pertama kali mereka bertemu di restauran hotel ketika Carolina sedang menemui pelanggannya. Pertemuan singkat karena berpapasan membuat mereka saling jatuh cinta pada pandangan pertama.
Terdengar suara ponsel dari dalam tas, mengalihkan perhatiannya. Carolina segara mengeluarkan benda pipihnya lantas tersenyum sebelum ia memutuskan untuk menerima panggilan tersebut. My dear... Panjang umur.
"Ya halo, sayang." Sapa Carolina setelah ia menerima sambungan telepon dari kekasihnya.
"Apakah kau sudah sampai, Carolin?" Carolina semakin melebarkan senyumannya mendengar suara bariton yang di rindukannya. Sosok pria yang sangat ia cintai.
"Um... Sebentar lagi aku akan sampai sayang," balasnya bersemangat. Carolina menggigit bibir bawahnya, ia tidak sabar ingin bertemu dengan pria yang sudah menjadi kekasihnya selama enam tahun.
Namun, hubungan mereka terhalang restu orang tua dari sang kekasih yang merupakan orang terpandang di Valencia. Berbeda jauh dengan Carolina, yang hanya seorang anak yatim piatu, asal usulnya tidak jelas, dan ia juga mantan pekerja komeersial. Itulah yang menjadi penyebabnya.
Hubungan yang tidak direstui, membuat Carolina tidak pernah menuntut kekasihnya untuk menikahinya. Masih bisa berkomunikasi, dan bertemu, untuknya sudah lebih dari cukup.
Desaah napas terdengar dari seberang sana membuat Carolina sedikit takut. Carolina kembali membuka suaranya. "Ada apa? apakah kau tidak jadi menemui ku?" percayalah Carolina tidak tenang sama sekali. Selama sebulan, ia sangat menantikan hari ini.
"Tentu aku akan menemui mu sayang, hanya saja aku masih di perjalanan." jelasnya, melegakan perasaan Carolina. "Kau tidak keberatan jika harus menungguku?" tanyanya. "Mungkin sekitar 30 menit lagi aku akan sampai."
Kalimat dari kekasihnya, mengembalikan senyum Carolina. "No problem, aku akan menunggumu di kamar hotel." Semangatnya pun hadir lagi.
"By the way, ada sesuatu yang kau inginkan? mungkin saja kau lapar. Aku bisa mampir sebentar ke kedai membelikan sandwich untukmu."
"Tidak sayang," tolaknya. Carolina menjeda kalimatnya sebentar. "Umm, aku--- aku hanya menginginkan dirimu." Bisiknya yang nyaris tidak terdengar membuat pria yang sedang duduk di belakang stir mobil tertawa.
Hal yang paling disukai pria itu, mengenai Carolina Rachquel.
Bukan karena service yang Carolina berikan untuknya, bukan, melainkan kalimat-kalimat yang diucapkan wanita itu kerap mengundang tawa. Sedikit nakal, dan yaa dia sangat terhibur.
"Apakah kau sedang merayuku, Carolin?" tanya pria itu disela tawanya.
Carolina pun ikut tertawa. "Bukankah itu yang kau sukai, tuan? hmm."
"Oh astaga sayang, aku tidak sabar ingin bertemu denganmu."
"Aku juga, " balas Carolina seraya mengedarkan pandangannya, kendaraan yang di tumpanginya sudah berada di area hotel.
"Sayang aku sudah sampai." Carolina menyematkan tas di bahunya. "Aku tutup sambungan teleponnya. Ingat, berhati-hatilah berkendara. See u honey," ucapnya di akhiri kecupan jauh, lalu ia memasukkan kembali ponselnya ke dalam tas.
Carolina pun turun di depan lobi hotel setelah ia membayar tarif taksi. Segera ia menaiki anak tangga. Melewati pintu utama hotel, kedua kaki jenjangnya mendekati meja resepsionis untuk meminta kunci kamar yang di reservasi kekasihnya.
"Vvip 709 nona. Ini kuncinya." Ucap wanita berseragam hitam seraya memberikan kunci kepada Carolina.
Carolina meraih kunci tersebut. "Terimakasih, " jawabnya dengan mengembangkan senyumannya. Ia pun melanjutkan langkahnya menuju lift.
Kini Carolina sudah berada di lantai 7. Ia melintasi lorong yang hanya ada barisan pintu di satu sisi. Kaki jenjangnya melangkah anggun, ia pun berhenti di depan pintu yang terdapat papan berbentuk unik bertuliskan angka 709. "Akhirnya sampai juga, " ucap Carolina seraya membuka pintu.
Tepat pintu terbuka, ia melangkah masuk ke ruangan yang besarnya melebihi besar kamarnya. Carolina menyapu pandangan ke setiap sudut kamar yang di dominasi putih itu, di dapatinya tempat tidur super king size terletak di tengah ruangan, juga terdapat dua buah sofa di dekat jendela. Bahkan di dalam kamar yang akan di tempati bersama kekasihnya, hanya dalam beberapa jam ke depan, terdapat home teater, dan ada mesin pemanas juga.
Carolina hanya bisa menggelengkan kepalanya. Kekasihnya sang pengusaha itu terlalu berlebihan, menurutnya.
Ia melepas mantel, dan syal yang melingkar di lehernya, lalu di letakkan kedua benda itu diatas sofa, kemudian ia mendekati jendela besar yang sejak tadi menjadi atensinya. Ia menyingkap tirai berwarna putih yang menjuntai, manik indahnya di suguhkan pemandangan indah kota Valencia saat malam hari.
Hingga suara bel berbunyi membuat Carolina berbalik untuk menuju pintu. "Dia sudah datang, " yakinnya jika yang datang adalah kekasihnya. Ia merasakan detak jantungnya memompa lebih cepat.
Carolina berlari kecil dengan senyuman kembali terukir. Segera Ia menarik handle pintu, sehingga pintu terbuka. "Sayang," Carolina terdiam karena tidak ada seseorang di depannya. Ia maju dua langkah, lalu menoleh kanan kiri. "Astaga, pasti orang jahil." Carolina membalikkan tubuhnya bermaksud menutup kembali pintu kamar. Tiba-tiba...
Hump.....
Carolina meronta di saat ada seorang yang membekap mulutnya dari belakang, dan mengunci tangannya di sisi tubuhnya.
Pria itu memaksa masuk membawa tubuh Carolina. Lantas, ia menutup pintu menggunakan kakinya.
Carolina masih berusaha memberontak, menggunakan siku tangannya untuk melakukan perlawan. "Kau diamlah sayang, agar ini tidak terlalu sakit." Perintahnya seraya menekan pisau pada sisi kiri tubuh wanita yang ia cintai.
"Umm..." Carolina menggeleng kepala, ketakutan. Air mata mengalir membasahi pipinya. Ia merasakan kesakitan luar biasa ketika benda tajam meenusuk pinggangnya semakin lama semakin dalam.
"Ucapkan selamat tinggal padaku sayang, dan berbahagialah dalam keabadian. " Bisiknya penuh penekanan serta seringai yang tersungging di bibirnya.
Perlahan tubuh Carolina melemah, dan darah segar pun keluar dari tubuhnya.
Zrakk.. Argh....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 154 Episodes
Comments
Bundanya Pandu Pharamadina
like
favorit
👍❤
2024-10-14
0
Griselda Nirbita
hihihi siapa kah dia?? mungkinkah penyusup atau malah kekasih nya???
2024-09-29
0
Bakulgeblek
wah, hla y gmn y jd ortu 😅
dilema...
2024-07-07
0