Kalista langsung jatuh cinta pada pandangan pertama dengan Julio, kakak dari sahabatnya yang merupakan seorang CEO muda. Selain memiliki ketampanan dan kerupawanan, Julio juga memiliki karakter yang sangat baik, penyayang dan tidak suka memandang rendah seseorang. Kalista jatuh hati padanya, terutama pada ketampanannya, maka bagaimanapun jalan yang harus ditempuh, Kalista akan mengejar Julio.
Ketampanan dia tidak boleh disia-siakan!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Candradimuka, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
15
"Kamu kenapa manggil aku Pak terus? Aku setua itu?"
Soalnya lebih seksi saja. Kalista mau menjawab begitu tapi ingat kesalahannya. Kalau Kalista ganjen, bisa-bisa Julio mengatainya cuma tahu senyam-senyum tapi kerja enggak becus.
"Maaf, Pak. Eh, Kak." Kalista menyengir paksa. "Otak saya emang suka eror. Maaf."
Kalista tidak tahu bahwa Julio sedang menahan tawa.
Jika Kalista sungguhan karyawan, Julio pasti akan membencinya karena kinerja yang bodoh. Sebagai bos profesional, tentu saja Julio cuma suka pada karyawan berguna. Namun karena dia bukan karyawan sungguhan tapi lebih kepada adiknya, Julio terhibur dengan banyak kesalahan Kalista.
Julio melirik jam tangannya untuk memastikan sekarang memang waktunya karyawan pulang. Tapi Julio putuskan menahan Kalista biar dia tak berpapasan dengan siapa pun.
"Bikin kopi lagi."
"Kurang, Pak? Eh, Kak. Hehe, kok susah juga yah ngubah. Maaf, Kak."
Julio berdehem untuk meredam gatal mulutnya mau tertawa. "Buat kamu. Sana bikin."
"Siap ..., Kak."
Kalista terburu-buru pergi hingga ketukan sepatunya bergema. Saat dia sibuk membuat kopi untuk dirinya sendiri, Julio menatapnya. Bingung dengan pikiran tentang Kalista.
Gadis ini, apa dia sungguhan berpikir kalau dia magang maka Julio akan jatuh cinta balik padanya?
*
Kalista buru-buru kembali ke sisi Julio lepas es kopinya selesai dibuat. Saat duduk, Kalista masih cengengesan.
"Susunya saya abisin, Pak," katanya memberitahu, kalau-kalau nanti dia mencari siapa yang mencuri stok susu di sana.
Julio sudah tak bisa menahan tawanya. Pria itu tergelak kecil, membikin Kalista ketar-ketir oleh kegantengan.
Haduh, rahim gue bergetar, gumam Kalista pada dirinya, merasa tak waras akibat ketampanan Julio. Kalo gue dilecehin sekarang, gue ikhlas.
Lecehin aku, Pak.
"Kamu tuh mirip banget sama Om Rahadyan, serius." Julio baru berhenti tertawa setelah air matanya sedikit keluar. "Sama-sama eksentrik."
"Hehe, kalo Papa sih emang gila, Kak. Aku enggak."
"Aha." Julio mengangguk saja.
Daripada itu, untuk menghabiskan waktu setidaknya sampai semua pegawai lain pulang, Julio berpikir untuk jadi cupid bagi adiknya dan gadis ini.
Walau Julio sebenarnya tidak terlalu tertarik mengurusi urusan cinta orang, tapi anggap saja buat adiknya.
"So, Kalista," Julio menyandarkan punggungnya pada kursi, "karena kamu bilang suka sama aku, berarti sekarang kamu enggak punya pacar?"
Kalista tertawa malu-malu. "Saya jomblo seumur hidup, Kak. Kecuali nanti kalo udah nikah."
Semoga dia bisa sungguhan menikah, Julio akan berdoa untuk itu. Atau lebih tepatnya semoga ada laki-laki yang berani meminang dia dari Rahadyan.
"Ohya? Sebelum Sergio juga? Enggak ada yang lain?"
Ekspresi Kalista berubah mendadak. Tentu saja karena Julio melihatnya jadi ia tahu ada sesuatu.
"Sergio cerita ke aku soal kamu. Oke, jujur bukan Sergio doang. Banyak orang ngomong dan aku denger." Julio menyesap kopinya sembari mengamati wajah Kalista. "Sergio bilang kamu enggak pernah malu sama status Mama kamu."
Senyum Kalista sungguhan hilang. Julio sebenarnya agak merasa bersalah membahasnya, tapi ia mau membahasnya.
"Mama ya Mama buat aku," jawab Kalista mengangkat bahunya sebagai gestur acuh tak acuh tapi ragu.
"Aku bukan orang buta yang belain pencuri, Kak. Kayak, Mama nyuri terus aku bilang enggak, Mama berhak nyuri jadi dia bukan pencuri. Aku enggak kayak gitu."
Ya, tampak seperti itu. Dia mengakui pekerjaan ibunya tapi tidak sedikitpun membenarkannya.
Julio mendadak ingat akan kejadian kemarin. Bagaimana Kalista merasa dia pantas dihina karena dia anak dari orang hina.
Nampaknya malam ini Julio tidak bisa jadi cupid. Ia lebih penasaran dengan pemikiran Kalista itu.
"Kamu dewasa soal itu, yah." Julio mengetuk-ngetuk jemarinya di meja, mengalihkan gugup. "Maksud aku, kamu sayang sama Mama kamu tapi di sisi lain kamu juga berusaha menghargai sudut pandang orang lain soal Mama kamu, makanya kamu enggak marah dipanggil anak gundik atau apa pun itu."
Kalista mengangguk-angguk semangat. "Itu maksudnya, Kak. Aku tuh enggak mau maksa orang berubah pikiran soalnya yah Mama emang kayak gitu. Kalo aku maksa bilang Mama bener, itu sama aja bilang kalo kerjaan jadi selingkuhan suami orang ya halal. Tapi satu sisi, aku juga menghargai Mama yang usaha buat hidupin aku. Jadi ya gitu."
Intinya dia tidak peduli kata orang soal mamanya dan tidak meminta siapa pun menghormati beliau.
Aneh memang anak ini. Dia kekanakan tapi punya sisi dewasa di tempat yang sulit bahkan bagi Julio.
Mami banyak melakukan kesalahan. Sangat banyak malah. Tapi kalau ada yang menghinanya apalagi dengan sebutan gundik, Julio rela membunuh orang.
Julio mengerti Kalista sekarang. Sangat mengerti. Kalau Papi pernah berselingkuh dengan mamanya Juwita di masa lalu, Julio juga pasti akan menganggap wanita itu murahan. Tapi ....
"Kalista," Julio menatap mata gadis itu dalam-dalam, "jauh di hati kamu, kamu nganggep diri kamu sama kotornya kayak Mama kamu?"
Bukankah karena itu dia menerima hinaan anak gundik? Dia tidak melawan dari hinaan tapi diam saja, ya karena dia merasa dia sama kotornya.
Dia bilang tidak ada yang perlu disangkal. Dia menjijikan karena ibunya menjijikan. Itu yang anak ini pikirkan.
Dan memang benar sebab Kalista mengangguk.
"Mama sama aku beda, Kak. Aku enggak pernah ngelacur. Aku masih perawan sampe sekarang, percaya enggak? Kayak, cewek kota yang dikatain murahan ternyata masih perawan. Aku aja enggak pernah ciuman."
Kalista menggaruk kepalanya canggung.
"Tapi," ucapnya lagi dengan nada mendung, "ada juga yang diwarisin Mama ke aku. Itu bukan soal sifat murahan Mama nurun ke aku, bukan. Atau gelar gundik Mama itu diwarisin ke aku. Bukan kayak gitu."
Kalista meremas tangannya satu sama lain, kini tak bisa lagi tersenyum.
"Tapi ... aku anak Mama."
Kalista anak Sukma Dewi. Itulah yang terwariskan. Garis keturunan. Fakta bahwa ia keluar dari perut Sukma Dewi dan Sukma Dewi adalah gundik.
Hanya sesederhana itu.
*
Sergio mendorong pintu ruangan kakaknya dan disambut oleh pemandangan aneh.
"What's going on in here?" tanyanya melihat Kalista dan Julio duduk diam satu sama lain.
Suasana di antara mereka terlihat aneh, apalagi melihat Kalista malah tidak senyam-senyum padahal duduk di dekat Julio.
Gadis itu langsung beranjak begitu Sergio masuk. "Enggak ada," jawab dia sambil lalu. "Kak Julio, aku pulang dulu, yah? Papa nyuruh pulang cepet soalnya mau beli pizza."
"Oke. Hati-hati."
Sergio menatap punggung Kalista sampai dia menghilang dari pintu. Setelah itu, Sergio langsung menatap kakaknya, menuntut penjelasan.
"Kita ngomongin mamanya," gumam Julio. "Lebih tepatnya aku yang nanya, sih."
Sergio mengambil tempat Kalista duduk tadi. Tangannya terlipat di atas sandaran kursi, pertanda ia siap mendengar rincian. Mau tak mau Julio menjelaskan lagi, termasuk soal kejadian di pesta, tentang Kalista yang menganggap dirinya pantas.
"Enggak ada orang yang pantes dihina, Kak."
*
aaaahhhh sedihnya akuu
knpa harus yg terakhir ini😥😥😪😪
gmna nanti klanjutannya
ganas juga julio kalau dikasurrrr ya
biar uppp😊😃😁😂
plissssss up lagiiii
gmna reaksi sergiooooo😭😭😭😢