Lady Seraphine Valmont adalah gadis paling mempesona di Kekaisaran, tapi di kehidupan pertamanya, kecantikannya justru menjadi kutukan. Ia dijodohkan dengan Pangeran Pertama, hanya untuk dikhianati oleh orang terdekatnya, dituduh berkhianat pada Kekaisaran, keluarganya dihancurkan sampai ke akar, dan ia dieksekusi di hadapan seluruh rakyat.
Namun, ketika membuka mata, ia terbangun ke 5 tahun sebelum kematiannya, tepat sehari sebelum pesta debutnya sebagai bangsawan akan digelar. Saat dirinya diberikan kesempatan hidup kembali oleh Tuhan, mampukah Seraphine mengubah masa depannya yang kelam?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Celestyola, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Penampakan Clarisse
...**✿❀♛❀✿**...
"Yang Mulia, Kita perlu mengambil tindakan," celetuk Duke Armand dengan nada setengah mendesak.
Kini, ia tengah berada di ruang pribadi sang Putra Mahkota. Akhir-akhir ini situasi yang tidak menguntungkan pihak mereka terus terjadi, hal ini membuatnya jadi khawatir.
Meski kini Wilhelm adalah Putra Mahkota yang sah dan diakui, Kaisar tetap lebih mencintai Putra dari Permaisuri pertamanya. Jika sewaktu-waktu Pria itu berubah pikiran dan memilih Frederick sebagai Pewaris Kekaisaran, maka tamatlah sudah, sia-sia semua usaha mereka selama bertahun-tahun.
Karena awalnya Wilhelm hanyalah anak dari selir, dan mereka telah melakukan banyak hal agar permaisuri saat ini bisa menjadi seorang permaisuri. Karena itulah, mereka harus menyingkirkan setiap halangan, meski harus mengotori tangan dengan darah.
"Menurut Anda apa yang harus Kita lakukan, Paman?" tanya Wilhelm dingin. Kepalanya sakit mendengar Pria itu terus mendesaknya untuk melakukan sesuatu terkait nama baiknya yang telah ternoda.
"Apalagi? Tentu saja Anda harus kembali mengambil hati rakyat, Yang Mulia. Segera hentikan penyetopan gandum lalu perintahkan para pedagang yang dekat dengan Kita untuk kembali menjual stok gandum yang mereka timbun," saran Duke Armand, matanya berkilat tajam.
Putra Mahkota terkekeh, seolah ucapan Pria paruh baya itu adalah lelucon baginya. "Lalu? setelah itu apa? bukankah dengan begitu, secara tidak langsung Aku malah mengakui kalau kelangkaan gandum memang didalangi olehku?"
"Anda pikir, Rakyat akan menjadi penurut setelah perut mereka kembali terisi?" tanyanya tajam.
"Tidak! justru mereka akan makin menggila. Dengan rasa takut, barulah kita bisa mengontrol mereka!"
Duke Armand memijat dahi, pemikiran Pria ini sungguh aneh. Kadang ia tak mengerti kenapa pemikiran Putra Mahkota begitu dangkal, dengan kemampuan memimpin yang seperti inilah, Wilhelm kalah jauh dari Frederick.
Bukannya ia membandingkan, tapi kenyataannya memang seperti itu, dan Kaisar pun menyadarinya. Hal inilah yang membuat ia khawatir jika suatu hari nanti tahta Kekaisaran malah jatuh ke tangan Frederick.
"Yang Mulia, tolong pertimbangkan saran dari Pamanmu ini. Karena setelah situasi membaik nanti, Saya dan Permaisuri berencana untuk mengatur perjodohan Anda dengan Putri Duke Hawthorne," pintanya dengan lembut.
Wilhelm mengernyitkan dahi, "Maksud Paman si Beatrice itu? Anda serius ingin menjodohkanku dengan Lady seperti dia? "
Pria paruh baya itu kembali menghela napas.
"Tentu saja, Yang Mulia. Ini juga keputusan dari Permaisuri, karena meski Lady Hawthorne memiliki banyak kekurangan, Keluarganya mempunyai kekuasaan besar yang akan menguntungkan Anda dalam mengamankan tahta," jelas Duke Armand panjang lebar, berharap Pria di depannya ini akan mengerti dan menyetujui keinginan mereka.
Wilhelm terdiam. Raut wajahnya yang datar membuat Duke Armand sedikit was-was.
"Yah, baiklah," ucapnya pada akhirnya.
"Sungguh disayangkan Aku malah dipasangkan dengannya, karena Aku sendiri sempat berharap bahwa Lady Valmont lah yang akan menjadi pasanganku." Wilhelm berkata dengan nada sedikit kecewa.
Karena ia tahu, bahwa Lady Valmont itu lebih baik dari Lady mana pun saat ini. Meski kelas bangsawannya cukup rendah, tapi hal itu tidak akan menjadi masalah, sebab Lady Valmont memiliki kecerdasan yang luar biasa.
Kecerdasan inilah yang akan sangat membantunya dalam mengamankan tahta.
Selain itu, wajahnya pun sungguh mempesona, hingga ia pun terpana ketika pertama kali melihatnya. Sayang sekali, gadis yang begitu sempurna itu malah jatuh ke tangan Frederick.
......................
Seraphine merasa bulu kuduknya meremang. Ia mengusap pelan tengkuknya berharap dapat menghilangkan rasa merinding yang tiba-tiba datang.
Netranya kemudian terhenti pada sebuah hiasan gantung sederhana di salah satu kios kayu di pasar. Hiasan itu berwarna putih gading dengan anyaman halus dan bulu-bulu putih tergantung di ujungnya.
Penjual mengatakan bahwa benda itu berfungsi sebagai pengusir mimpi buruk. Seraphine menatapnya lama.
Mimpi buruk…
Sesuatu yang beberapa waktu ini hampir setiap malam menghantuinya.
Ia meraih hiasan itu, berpura-pura sebagai seorang gadis biasa yang tengah menawar barang. Penampilannya hari ini memang sangat berbeda, gaun sederhananya berwarna krem, rambutnya dikepang rapi dan sebagian disembunyikan dalam tudung kain.
Ia menanggalkan segala perhiasan, tak ada lagi kilauan mutiara atau emas yang biasa melekat pada seorang Lady Valmont.
Seraphine sengaja menyamar. Tujuannya jelas—ia ingin mendengar sendiri bisik-bisik rakyat dan rumor-rumor apa saja yang kini beredar.
Karena terkadang, informasi yang berharga justru tak sampai ke telinga bangsawan, namun dengan mudahnya bergulir di tengah kerumunan pasar.
“Katanya, pasokan gandum di utara semakin langka.”
“Benarkah itu? Lalu bagaimana ya dengan anak-anak di sana? Kasihan sekali kalau mereka bahkan tak dapat makan roti karena kelangkaan gandum.”
"Katanya ini ulah Putra Mahkota? Ada yang menyebutkan bahwa dia ingin menimbun kekayaan untuk dirinya sendiri."
“Aih, siapa lagi kalau bukan dia? Aku bahkan akan bersyukur jika Pangeran kedua melakukan kudeta! jelas pangeran kedua lebih mampu memimpin Kekaisaran!”
"Kalian! jangan berbicara seperti itu, tahukah kalian jikalau akhir-akhir ini banyak orang hilang? kabarnya, sebelum mereka menghilang, mereka membicarakan hal-hal buruk tentang Putra Mahkota, bahkan sampai sekarang mereka yang hilang itu tak pernah kembali lagi. Jadi, lebih baik jaga ucapan kalian!"
Seraphine terdiam mendengar potongan percakapan itu. Jantungnya berdetak cepat. Meski ia tahu bahwa Wilhelm memang kejam, ia tak menyangka bahwa sosok itu bahkan bisa sekejam ini. Menculik orang-orang? Hah! sungguh tidak manusiawi!
Pikirannya pun otomatis mengarah pada malam di mana ia kembali dari acara amal. Mungkinkah bayangan kuda yang mengikutinya waktu itu adalah orang yang dikirim oleh Putra Mahkota?
Mungkin untuk menculiknya juga? Bisa jadi kan?
Gadis itupun berbalik meninggalkan sekelompok orang yang tadi asik bergosip. Lalu, ia kembali melangkah di jalanan pasar.
Namun, langkahnya seketika terhenti mendadak. Dari ujung lorong pasar, ia melihat sosok yang amat dikenalnya. Rambut cokelat yang digelung sederhana, dengan langkahnya yang ringan, dan wajah yang begitu ia kenal—Clarisse.
Seraphine membeku. Sejenak, pikirannya dipenuhi oleh kenangan pahit. Clarisse yang dulu menjadi pelayan pribadinya, Clarisse yang tersenyum ramah di depan dirinya dan di mata semua orang, namun malah diam-diam menusuknya dari belakang dengan pengkhianatan.
Tanpa pikir panjang, Seraphine merapatkan tudungnya dan mulai bergerak cepat. Langkahnya lincah menyusuri keramaian, menjaga jarak agar Clarisse tak sadar tengah diikuti.
Gadis itu menembus lorong-lorong pasar yang lebih sepi, sementara Seraphine berusaha keras agar tak kehilangan jejak.
Namun, keramaian pasar menjadi musuh terbesarnya. Sesekali ia terdorong oleh bahu orang lain, terhalang oleh pedagang yang mengangkat keranjang yang penuh dengan apel, atau terhenti karena seekor kuda menarik gerobak berhenti tepat di jalannya.
“Sial,” bisiknya geram, tangannya mengepal di balik kain gaunnya.
Sosok itu berbelok ke sebuah gang sempit di antara kios rempah. Seraphine mempercepat langkahnya, jantungnya berdegup kencang. Ia hanya butuh satu kesempatan untuk memastikan bahwa itu memang betul-betul Clarisse yang tiba-tiba menghilang dari penjara.
Namun, saat ia tiba di gang itu—kosong.
Tak ada siapa pun di sana, hanya dinding bata kusam dan beberapa peti kayu berdebu. Nafas Seraphine tersengal. Ia melangkah maju, menelusuri setiap sudut, tetapi yang ada hanyalah keheningan.
Clarisse lenyap, seolah hilang ditelan udara.
“Sial, Aku kehilangan jejaknya," bisiknya semakin geram.
Meski begitu, ia kini tahu bahwa gadis itu masih berkeliaran di ibu kota Kekaisaran dan wilayah-wilayah di sekitarnya. Itu sudah cukup untuk kembali menangkapnya di kemudian hari.
...**✿❀♛❀✿**...
...TBC...
bikin dadas dikit thur creakter ceweknya biar semangat bacanya
ya sampah
bisa buat sedikit badas biar semangat bacanya😂😅