Nirmala, gadis 14 tahun, tiba-tiba harus tinggal satu atap dengan Dimas, pemuda yang berusia delapan tahun lebih tua darinya. Sejak pertama kehadiran Dimas di rumahnya, Nirmala langsung naksir, ditambah dia mendapat tantangan dari sahabatnya untuk mendapatkan hati Dimas, membuatnya benar-benar mencintai dan menginginkan untuk bersama selamanya dengan pemuda yang sudah dianggap seperti anak sendiri oleh orang tua Nirmala. Jadi, Nirmala berniat untuk menjadi istri dari kakak angkatnya itu, terlebih karena dia merasa mendapat balasan cinta darinya. Membuat Nirmala semakin yakin untuk menjadi istri Dimas. Meskipun Nirmala tidak pernah mengatakan pada kedua orang tuanya, tentang perasaannya itu.
Namun ternyata, diam-diam kakak angkatnya menikah dengan perempuan lain. Nirmala mendapat kabar dari kedua orang tuanya yang tiba-tiba pergi ke luar kota untuk menghadiri pernikahan Dimas. Tapi anehnya, meskipun tahu kebenarannya, Nirmala tetap menutup mata. Dia tetap mencintai, dan terus
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KidOO, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15
Setelah keadaannya sedikit tenang, Nirmala mengirimkan pesan pada Rosa.
[Ros, malam ini nginep sini, ya! Temani aku di rumah. Aku di rumah sendirian. Mau ke rumah kamu, malu sama orang tuamu. Mataku bengkak gede banget. Wkwk]
Tak lama kemudian, Rosa sudah membalas pesan Nirmala.
[Oke. Tunggu ya! Btw, matamu kenapa? Habis ditonjok orang? Kok bisa bengkak?]
[Hatiku yang tertonjok-tonjok. Pujaan hatiku pergi! Nanti aja aku cerita kalau kamu udah di sini.]
[Oke. Aku siap-siap dulu.]
[Oke. Jangan lama-lama, ya!]
Rosa sudah tidak membalas lagi. Nirmala memainkan ponselnya, mencoba mencari hiburan. Hatinya terasa hampa. Pada akhirnya dia memilih untuk melihat foto-fotonya bersama Dimas. Meskipun ternyata justru membuat air matanya kembali mengalir deras.
***
"La! Nirmala!" Rosa memanggil-manggil Nirmala dari bawah. Dia mendongakkan kepalanya, melihat ke kamar Nirmala.
"Lala! La!" Rosa mengulangi panggilannya lagi, kali ini lebih keras.
"Eh, ya! Bentar! Aku bukain pintu!" Nirmala melongok ke bawah.
"Jangan lama-lama!"
Nirmala segera turun, membukakan kunci pintu garasi. Berhubung kamar Nirmala ada di atas garasi, jadi akses keluar masuk lebih cepat lewat pintu garasi, daripada lewat pintu ruang tamu.
"Asataga naga! Emang bener sih, matamu udah kaya habis kena sengat lebah!" Rosa tertawa melihat wajah sahabatnya yang benar-benar kacau itu.
"Jahat banget kamu! Aku lagi sedih banget ini! Jangan diketawain, dong! Hibur aku apa gimana, kek! Ini malah ngeledek!" Nirmala bersungut kesal, temannya bener-bener ngeselin.
Rosa tertawa semakin keras, "Ya ini caraku buat hibur kamu, La! Biar kamu ikutan ketawa."
"Udah ah! Nggak lucu! Ayo, buruan ke atas!" Nirmala masih tetap memanyunkan bibirnya.
"Haha, iya deh, iya. Sorry ya, La! Emangnya kamu kenapa sih, nangis sampai segitunya?"
"Kak Dimas udah nggak tinggal di sini lagi, Ros!"
"Jadi dia udah pindah tempat kerja?" Rosa memastikan, Nirmala pernah bercerita tentang ini sebelumnya.
Nirmala mengangguk.
Rosa dan Nirmala masuk ke dalam garasi, Nirmala mengunci kembali pintu garasi, kemudian berjalan menaiki tangga, menuju ke kamar Nirmala.
"Ya ampun, Ros. Kamu nggak tau gimana rasanya jadi aku. Ditinggal pergi pas lagi sayang-sayangnya. Pas baru tau kalau kami punya rasa yang sama. Mungkin ini yang namanya sakit tak berdarah, Ros." Nirmala menceritakan apa yang dia rasakan.
"Tapi hubungan kalian baik-baik aja, kan?"
"Iya, hubungan kami baik-baik aja. Meskipun cuma HTS-an, tapi nggak papa lah, yang penting Kak Dimas udah bilang kalau suka sama aku." Nirmala tersenyum kecut, mengingat semua kenangan dengan Dimas, beberapa hari terakhir.
"Ya udah nggak papa, kamu tenang aja! Kalau kamu sama Kak Dimas berjodoh, pasti bisa bersatu. Makanya kamu cepet lulus, biar bisa sama-sama Kak Dimas lagi." Rosa menenangkan pikiran Nirmala, dia tidak sejahil tadi saat baru saja sampai.
"Caranya gimana biar bisa sama-sama Kak Dimas lagi? Menikah sama dia? Aku sih mau banget! Tapi, masih terlalu lama. Aku juga belum selesai SMP!"
"Ya, kan bisa kerja di tempat Kak Dimas kerja, atau kuliah di dekat tempat kerja Kak Dimas, terus kos di dekat dia."
"Iya juga, ya!" Nirmala tersenyum, dia seperti mendapat cahaya terang.
"Nah iya, makanya, kamu harus belajar yang rajin, yang pinter. Biar bisa diterima kuliah atau kerja di tempat yang kamu pilih. Nggak ditolak sana-sini!" Rosa memberikan masukan yang masuk akal.
"Oke! Aku harus belajar giat! Makasih banyak ya, Ros! Kamu udah membuat pandanganku jadi sedikit terbuka. Stop galau-galau. Kak Dimas cuma jauh di mata, tapi tetap dekat di hatiku!" Nirmala memeluk Rosa yang duduk di sampingnya.
"Sama-sama. Tanpa Kak Dimas di sini, kamu jadi bisa lebih fokus untuk belajar. Nggak dikit-dikit main, nggak banyak ngobrol!" Rosa membalas pelukan dari Nirmala.
Nirmala mengangguk.
"Aku mau cuci muka dulu lah, biar seger mata dan pikiranku." Nirmala melepaskan pelukannya.
"Yaudah sana! Jadi bisa belajar lagi."
"Kamu pengen makan atau minum apa? Aku ambilin di kulkas sekalian." Nirmala berdiri dari duduknya.
"Apa aja yang ada, deh. Ntar aku minta yang nggak ada, malah kamu repot harus cariin dulu. Hehe."
"Oke, deh."
Nirmala pergi ke bawah, kemudian kembali lagi. Ia dan Rosa belajar bersama sambil menikmati makanan ringan, sampai akhirnya tertidur karena kelelahan belajar. Terlebih Nirmala yang matanya terasa berat, karena menangis terlalu lama.
***
Malam hari berikutnya, orang tua Nirmala baru pulang ke rumah. Ayah Nirmala membunyikan klakson beberapa kali.
"La! Bukain pintu garasi!" Sukma berteriak dari bawah, ia mendongak ke atas, melihat ke kamar Nirmala.
"Ya, Bu!" Nirmala menyahuti dari atas. Dia segera turun untuk membukakan pintu garasi.
"Ya ampun, La! Mata kamu kenapa jadi sipit gitu?" Sukma mengomentari mata Nirmala yang belum begitu pulih dari bengkaknya.
"Iya itu, Tan, si Nirmala kemarin kan nangis lama banget ditinggal... Aduh! Sakit, La!" Rosa menyahuti, namun kakinya diinjak oleh Nirmala, membuatnya tidak jadi melanjutkan ucapannya.
"Lah? Cuma ditinggal sehari aja, nangisnya sampe segitunya. Kaya nggak biasa di rumah sendiri, aja!"
"Hehe, iya, Bu. Soalnya takut kalau di jalan ada apa-apa!" Nirmala bernafas lega, ibunya tidak paham yang dimaksud Rosa.
"Ish, kamu ini. Makanya berdoa yang baik, jangan suka berpikiran buruk!" Sukma masuk ke dalam rumah.
"Hehe, iya, Bu." Nirmala nyengir.
"Ayo, Ros! Kita makan dulu. Makasih ya, udah nemeni Lala."
"Sama-sama, Tan." Rosa mengikuti belakang, bersama Nirmala.
"Kamu dikasih makan apa sama Lala? Jangan bilang cuma dibuatin mie instant!" Sukma membongkar oleh-olehnya, meletakkan di meja makan.
"Enggak kok, Tan. Kita pergi beli makan di luar, hehe."
"Yaudah kalau gitu, nggak papa. Daripada cuma makan mie instant."
"Claudia mana, Tante? Kok belum keliatan?"
"Tidur dia, biar nanti ayahnya Nirmala yang gendong. Kita makan aja! Kalian cuci tangan dulu sana!" Sukma memberi perintah pada Rosa dan Nirmala, sedangkan dirinya membersihkan diri dan berganti pakaian.
Setelah cuci tangan, Nirmala dan Rosa mengambil masing-masing satu bungkus nasi goreng. Mereka menyantapnya di ruang tengah, sambil menonton TV. Tak lama kemudian, ayah dan ibunya Nirmala ikut bergabung juga, makan bersama Nirmala dan Rosa.
"Kak Dimas tidur di mana, Bu?" Nirmala bertanya langsung pada ibunya.
"Dia sewa rumah kecil, kontrakan gitu. Tapi cuma ditinggali sendiri." Sukma menjawab, sembari mengunyah nasi gorengnya.
"Lah, kalau dia sakit lagi gimana, Bu? Seperti sebelum pindah ke rumah ini, kan Kak Dimas sering sakit? Nggak ada yang merawat dia, dong? Nggak ada yang perhatiin pola makannya juga." Nirmala mengkhawatirkan Dimas.
"Iya, Ibu juga takutnya gitu. Makanya Ibu nyuruh dia, biar cepet menikah aja. Toh dia umurnya udah cukup, kerjaan juga udah mapan. Mau nunggu apa lagi, coba?"
Nirmala menghentikan kunyahannya.
"Aduh, Bu! Kok sarannya gitu, sih? Kalau dia nikah sama perempuan lain gimana? Gimana nasib perasaan anakmu ini?" Nirmala hanya bisa membatin.
alurnya bagus
jadi sayang kalo GK mampir baca cerita ini:)
up terus yaaaa...