Mencintai Kakak Angkat
Pagi itu, Nirmala berangkat sekolah dengan semangat. Dia tidak sabar untuk bertemu temannya. Dia ingin segera bercerita dengannya. Nirmala berlari menuju ke kelasnya, dia langsung mendekati teman sebangkunya yang duduk di pojok depan kiri ruang kelas itu.
"Ros! Kamu tau nggak?" Nirmala meletakkan kedua tangannya di atas meja Rosa dengan kuat, lebih mirip menggebrak, mengagetkan Rosa yang asyik membaca novel.
"Astaga! Nirmala! Bikin kaget aja, sih? Dateng-dateng langsung gebrak-gebrak meja gitu!" Rosa ngomel-ngomel nggak jelas.
"Hehe, maaf deh, maaf. Nggak sengaja. Habisnya aku semangat banget! Aku punya berita bagus!" Nirmala tersenyum sumringah, tanpa merasa bersalah. Memang, Nirmala punya perawakan tinggi gagah, karena dia salah satu atlet basket di sekolahnya. Meskipun penampilannya tomboy, dia tetap cantik dan manis. Banyak teman-teman cowok yang suka padanya, meskipun belum ada yang berani menyatakannya secara langsung.
"Berita apaan?" Rosa menutup novel remaja yang dia pinjam dari perpus kemarin. Tak lupa menandai halaman terakhir dia membaca.
"Di rumahku ada cowok ganteng banget! Dia bakal tinggal di rumahku!" Nirmala bercerita dengan penuh semangat.
"Maksudnya gimana sih? Aku nggak paham. Ada anak KKN, nginep di rumahmu? Apa gimana? Coba cerita yang jelas! Jangan setengah-setengah gitu!" Rosa mendengus kesal.
"Bukan anak KKN! Tapi salah satu anak buahnya ayahku. Jadi gini, ayahku punya anak buah kan, dia datang dari luar kota. Trus di sini itu awalnya kos, tapi di kos itu sering sakit dan nggak ada yang ngurusin. Sampai badannya kurus banget. Nah, ayahku nggak tega. Jadi dia menawarkan cowok ganteng itu tinggal di rumahku. Di rumahku kan ada satu kamar kosong, jadi dia tidur di sana." Nirmala menceritakan kronologi kedatangan cowok ganteng yang menarik perhatiannya itu.
"Oh, jadi dia bakal tinggal di rumahmu, selama dia masih kerja di dealer tempat kerja ayahmu itu?" Rosa memastikan, dia tidak salah tanggap dengan cerita Nirmala.
"Iya, ya pokoknya semaunya dia. Tapi kalau aku jadi dia sih mendingan dia tinggal di rumahku. Gratis, nggak perlu bayar sepeserpun. Makan juga tinggal makan apa yang dimasak ibuku sih. Apalagi ayah dan ibuku sudah menganggap dia seperti anak sendiri. Meskipun tanpa dokumen resmi, jadilah dia kakak angkatku. Kemarin aku denger percakapan ayah ibuku sama dia."
"Wah. Apa nggak canggung? Tiba-tiba ada kakak cowok di rumah?" Rosa nampak berpikir.
"Nah itu dia, aku rasanya jadi aneh. Tapi suka sih, soalnya jadi bisa cuci mata tiap hari." Nirmala terkikik.
"Aku juga lihat, ayahku sayang banget sama dia, seperti sayang sama anaknya sendiri gitu. Padahal sama aku yang anak kandungnya aja nggak kaya gitu, loh." Nirmala duduk di tempat duduknya, di samping Rosa. Dia kembali mengingat nasib buruknya. Selama ini dia haus kasih sayang seorang ayah, meskipun secara materi, dia berkecukupan.
"Dia udah lama kerja jadi anak buah ayahmu?" Rosa bertanya lebih lanjut.
"Sekitar enam bulan mungkin, selama itu juga, ayahku selalu menceritakan anak buahnya yang katanya hebat inilah, itulah. Jujur aja, dulu aku iri sama orang yang selalu dibanggakan sama ayahku itu. Sampai aku punya keinginan ambil jurusan bengkel aja, biar bisa seprofesi sama ayahku. Jadi dia bisa membanggakan aku di depan teman-temannya. Nggak seperti saat ini." Nirmala kembali meratapi nasibnya.
"Mungkin ayahmu itu sebenarnya pengen anak cowok, La. Makanya dia menuntut kamu dan adik kamu untuk jadi seperti cowok. Makanya kalian berdua sama-sama tomboy." Rosa yang merupakan teman dekat Nirmala sejak kecil, tahu betul bagaimana sifat Ayah Nirmala. Memang, Rosa mengakui bahwa Ayah Nirmala adalah orang yang tegas, keras, juga tidak banyak bicara. Bahkan tersenyum pun sangat jarang.
"Mungkin iya, soalnya di rumah jadi nggak punya teman ngobrol, karena cowok sendiri di rumah. Beda banget sama saat ini, ayahku jadi punya teman ngobrol. Mereka berdua terlihat nyambung banget. Aku jadi kepikiran buat jadiin dia bener-bener anaknya ayah deh." Nirmala tersenyum penuh arti.
"Maksudmu, anak angkatnya ayahmu? Jadi kakak angkatmu gitu? Kan emang udah dianggap anak sendiri sama ayahmu?" Rosa pura-pura bodoh.
"Bukan! Bukan jadi kakak angkat, tapi mau aku jadiin suami! Kan nanti jadi anak mantunya ayahku, gitu." Nirmala kembali tersenyum. Kali ini lebih lebar.
"Hidiiih! PD banget kamu! Emangnya dia mau sama kamu?" Rosa meledek sahabatnya itu.
"Pasti mau lah! Aku kan cantik dan menarik. Buktinya aja banyak yang suka sama aku!" Nirmala melenggak-lenggokkan tubuhnya, sok jadi cewek centil yang nggak pas banget dengan dandanannya yang tomboy.
"Tapi sampai sekarang masih jomblo aja? Wek!" Rosa menjulurkan lidahnya, mengejek Nirmala lagi.
"Ya itu sih pilihanku. Inget ya, jomblo bukan berarti nggak laku! Wek!" Nirmala nggak mau kalah, dia membalas menjulurkan lidah pada Rosa.
"Iya, iya! Nona Nirmala yang cantik jelita tiada tara sejagad raya!" Rosa hiperbol.
"Apaan sih, ya nggak segitunya juga kali!" Nirmala tertawa, mendengar ucapan Rosa yang berlebihan.
"Habisnya kamu, sih! Eh, ngomong-ngomong, siapa nama kakak angkat kamu itu?" Rosa kembali ke topik pembicaraan awal.
"Kak Dimas, bagus kan? Seperti parasnya yang juga tampan." Nirmala kembali tersenyum-senyum sendiri, mengingat wajah Dimas, kakak ketemu gede. Bisa juga dianggap sebagai kakak angkat, meskipun tanpa dokumen pengangkatan. Hanya rasa dan tindakan orang tua Nirmala saja yang menyatakan seperti itu. Menganggap Dimas seperti anak sendiri.
"Eleh! Kalau tampan, nggak mungkin nggak punya pacar! Jadi, mending kamu nggak usah banyak berharap deh!" Rosa kembali mengingatkan.
"Nggak janji, ya! Hati nggak ada yang tau. Nggak masalah kalau dia punya pacar, yang penting, dia tetap serumah sama aku. Jadi aku punya banyak waktu untuk menggaet hatinya." Nirmala kembali tertawa.
"Astaga! Bocah ini, udah mulai gila kayaknya ya!" Rosa memegang dahi sahabatnya itu, mengecek apakah suhu badannya tidak normal. Nirmala menerima saja perlakuan konyol sahabatnya itu.
"Pantes agak gesreh! Panas banget!" Rosa mengibas-ngibaskan tangannya, pura-pura kepanasan.
"Biarin!" Nirmala cuek saja.
"Gimana kalau kita taruhan!" Tiba-tiba saja Rosa jadi punya ide gila.
"Taruhan apaan?" Nirmala tertarik dengan tawaran Rosa.
"Kalau dalam waktu satu minggu, eh, satu bulan aja deh, biar agak lama dikit. Kalau dalam waktu satu bulan, kamu bisa mendapatkan hatinya Kak Dimas, aku bakalan nraktir kamu bakso Mamang di depan sekolah selama seminggu. Tapi kalau kamu nggak berhasil mendapatkan hati Kak Dimas dalam waktu satu bulan, berarti kamu yang nraktir aku bakso Mamang selama satu minggu. Gimana?" Rosa menaik turunkan alisnya. Menantang Nirmala dengan idenya.
Nirmala berpikir sejenak. Saat ini memang dia belum terlalu mengenal Kak Dimas. Tapi dalam waktu satu bulan, dan berada dalam satu atap, bukan hal yang nggak mungkin, kan? Bisa tumbuh cinta di hati Kak Dimas?
"Oke, aku terima tantangan kamu!" Nirmala berkata dengan mantap.
Rosa terenyum bahagia. Dia yakin kalau Nirmala tidak akan bisa mendapatkan hati kakak angkatnya itu, apalagi kalau ternyata memang dia sudah punya pacar. Jadi, Rosa yakin bakalan makan bakso gratis selama seminggu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
Wiek Soen
lanjut thor
2023-03-31
0