Mohon untuk tidak membaca novel ini saat bulan puasa, terutama disiang hari. Malam hari, silahkan mampir jika berkenan.
Season1
Nadira Safitri Kasim. Siswi Kelas XII yang terjebak pernikahan dini. Pertemuan yang tak disengaja dan faktor ekonomi sehingga ia harus menikah di usia yang terbilang muda. Namun pernikahan itu hanyalah sebatas kontrak, yang di mana ia akan menyandang status janda apabila kekasih suaminya telah kembali. Saat kekasih suaminya telah kembali, Nadira sudah terlanjur jatuh cinta pada suaminya.
Apakah Nadira akan menjadi janda di usia mudahnya?
Apakah mereka akan hidup bersama?
Season 2
Tidak semua orang memiliki kepintaran atau pemahaman yang cepat, dan hal itu terjadi pada Marsya. Marsya selalu dikatai bodoh oleh teman dan guru-gurunya.
Deva, saudara kembar Marsya meminta ayah dan ibunya untuk membawa Marsya ke Jerman. Seminggu sebelum kepergian Marsya, Marsya mendapat masalah hingga membuatnya terjebak dalam pernikahan dini.
Mari simak ceritnya..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Asni J Kasim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Awal Tanpa Cinta. Episode 15
Terkadang kita akan merasa kehilangan saat orang yang kita cintai pergi meninggalkan kita. Terlebih lagi dengan perasaan yang baru disadari. Seperti kata pepata, penyesalan itu datang dari belakang. Namun sekalipun begitu kita sebagai manusia tidak ada yang tahu bagaimana dengan nasib kita di hari ini ataupun di hari yang akan datang.
---------
Rian nampak frustasi mencari istrinya. Pria itu sudah menghubungi adiknya, menanyakan keberadaan istrinya tapi jawaban adiknya membuat Rian seakan gila. "Kamu di mana, Nadira. Maafka aku" batin Rian.
Rian menambah kecepatan mobilnya menuju rumah Ayah dan Ibu mertuanya. Sekalipun ia tahu Ayah mertuanya sangat membenci Nadira, tapi hanya rumah itu yang akan dijadikan tempat kembali oleh Nadira. Dugaan Rian memang benar, rumah itu adalah tempat kembali. Tapi sayangnya Nadira tidak diterimah oleh sang Ayah.
Dalam perjalanan ke rumah mertuanya. Rian terus meruntuki kebodohannya. Dia merasa gagal menjadi suami yang baik untuk istrinya. Dua puluh menit kemudian, Rian sampai di depan rumah mertuanya. Ia bergegas ke luar dari mobil menghampiri Ibu mertuanya yang sedang menangis di depan rumah.
"Ibu" panggil Rian.
"Rian, apa Nadira bersamamu, Nak?" tanya Lestari sesegukan.
"Maafkan aku, Bu. Aku ke sini mau menanyakan keberadaan Nadira" balas Rian menatap sayu Ibu mertuanya.
Lestari semakin terisak saat mendengar jawaban menantunya. Dia takut anaknya kenapa-napa di jalan. "Ibu mohon sama kamu, Rian. Tolong cari Nadira. Ibu takut dia kenapa-napa di jalan, Na" pintah Lestari.
"Aku membuat kesalahan hingga dia pergi. Maafkan aku Bu. Maafkan aku yang gagal menjadi suami yang baik untuk putri Ibu" ungkap Rian. Benteng pertahannya kini runtuh hingga ia menangis bersimpuh di kaki Ibu mertuanya.
"Kamu tidak perlu mencarinya! Bahkan jika dia mati sekalipun aku tidak akan pernah rugi...!!" teriak Vano dari dalam rumah.
"Apa yang Ayah katakan! Dia anak kita bukan anak angkat. Tegah sekali Ayah menyumpahi anak sendiri!!" teriak Lestari dari luar. Wanita itu tidak sanggup lagi dengan sikap suaminya, yang selalu memperlakukan anaknya seperti bukan manusia.
Rian tidak ingin melihat perdebatan yang sedang berlangsung. Ia pun pamit pada Ibu mertuanya lalu pergi mencari istrinya. Dalam perjalanan, Rian terus menangis meratapi kebodohannya. Rian menepikan mobilnya lalu menghampiri wanita yang terlihat mirip dengan Nadira.
"Nadira!" panggil Rian menarik tangan wanita itu.
"Kamu siapa?" tanya wanita itu.
"Maaf, aku salah orang" kata Rian lalu pergi meninggalkan wanita yang mirip Nadira.
Rian bergegas masuk ke dalam mobil dan kembali melanjutkan perjalanannya mencari Nadira. "Apa mataku bermasalah? Kenapa orang lain aku anggap Nadira" gerutu Rian.
Diperjalanan, tiba-tiba Rian mengingat satu tempat. Tempat pertama kali dia bertemu dengan Nadira. Dengan cepat Rian memutar balik dan pergi menuju taman pertemuan mereka. Pertemuan yang tidak disengaja yang berakhir pada pernikahan.
"Aku harap kamu di sana, Nadira. Aku rindu padamu. Aku tidak ingin kamu pergi secepat ini dan bahkan aku tidak akan membiarkanmu pergi meninggalkan aku" gumam Rian.
Dua puluh menit telah berlalu. Itulah waktu yang dibutuhkan Rian ke taman. Dengan segera ia bergegas turun dari mobil mencari istrinya. Semua tempat ia datangi tapi lagi-lagi Nadira tidak ada di sana. "Kamu di mana, Nadira. Maafkan aku" guma Rian bersimpuh di taman.
---------
Senja mulai menampakan pemandangannya yang indah. Membuat momen tersebut kerap ditunggu banyak orang. Salah satu orang itu adalah Nadira. Nadira berdiri di Millenium Bridge, jembatan terkenal di London.
"Sejak aku kecil, Ayah sering menyiksaku hingga kini, umurku sudah 17 tahun. Kenapa kehadiranku tidak diingikan oleh Ayah. Dan apa salahnya aku terlahir sebagai anak perempuan"
"Dan di saat ada orang lain datang membawaku pergi. Aku bahagia bahkan sangat bahagia. Dan kini aku kembali terluka karena kehadiranku hanya dibutuhkan sesaat saja"
Nadira berkelut dengan pikirannya. Tersenyum memandang jauh senja yang sebentar lagi akan menghilang. "Aku kuat, aku hebat. Itulah sebabnya aku bisa bertahan sampai sejauh ini" gumam Nadira menguatkan dirinya.
"Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya seorang pria yang tiba-tiba menghampiri Nadira.
"Kakak, apa yang kakak lakukan di sini?" tanya Nadira tanpa menjawab pertanyaan Kak Arga.
"Aku yang harusnya bertanya. Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Arga lagi.
"Aku sedang memandangi senja. Bagaimana dengan kakak. Apa yang kakak lakukan di sini?" balas Nadira lalu kembali bertanya.
"Jalan-jalan" balas Arga. "Dek. Kenapa kamu berkeliaran dengan berpakaian seragam?" tanya Arga menatap Nadira dari ujung kaki hingga ujung rambut.
"Aku mau pulang tapi tidak tahu ke mana"
ungkap Nadira.
"Ayo ikut aku" kata Arga tersenyum.
--------
Pukul 19:02 PM
Nadira sedang berada di dalam rumah yang cukup luas. Interior dari bangunan itu sangat indah dan terlihat megah. Siapa sangkah, rumah itu adalah rumah Tante Sanika. Ibunya Dimas.
Hampir tiga tahun bersahabat dengan Dimas. Nadira tidak pernah berkunjung ke rumah sahabatnya itu. Wanita itu terlalu sibuk mencari pekerjaan paru waktu. Sekali berkunjung, matanya terbelalak mengetahui kekayaan orang tua sahabatnya. Penampilan Tante Sanika membuat Nadira tak sadar, bahwa bosnya itu adalah Nyonya yang memiliki kekayaan berlimpah.
"Nadira, sekarang kamu ke kamar lalu mandi. Setelah itu kamu turun makan. Kamu pakai saja baju yang ada di dalam lemari. Tante rasa baju di sana pas denganmu. Dimas, antar Nadira ke kamarnya" kata Tante Sanika.
"Baik Ibu" balas Dimas. "Nadira, ayo ikut aku" kata Dimas yang dibalas anggukan oleh Nadira.
Nadira mengikuti langkah kaki sahabatnya. Keduanya naik ke lantai dua lalu berhenti di salah satu kamar. "Dim, kenapa kamu berpura-pura miskin selama ini?" tanya Nadira sebelum masuk ke dalam kamar.
"Karena aku mencari sahabat yang menerimaku dengan apa adanya. Bukan ada apanya. Dan itu kamu, kamu sahabat terbaik yang aku kenal. Jangan menjauhiku, aku akan membencimu jika kamu menjauhiku" jelas Dimas. Lalu mengancam sahabatnya.
"Hahahaha. Aku tidak akan menjauhimu, tapi aku tidak mau ditraktir olehmu lagi" ujar Nadira tersenyum.
"Aku akan menarikmu sampai kamu mau" ledek Dimas. "Sekarang kamu masuk mandi setelah itu makan. Aku tahu kamu belum makan" kata Dimas. Dimas kembali menghampiri Ibu dan kakaknya di ruang keluarga. Mereka kembali berbincang-bincang hingga terdengar tawa yang menggelegar.
Dilantai dua, tepatnya di dalam kamar mandi. Nadira membiarkan air mengguyur tubuhnya di bawah pancuran sower. Merasakan sensasi air dingin membasuh seluruh tubuhnya. Dalam diam, air mata Nadira bercampur dengan air.
"Kenapa kebaradaanku begitu tak diharapakan oleh mereka" batin Nadira sembari memejamkan mata.
Modus Lu Yan