🏆 Novel Lomba Anak Genius 2023 🏆
Kisah seorang anak genius bernama Aaron Lee yang piatu sejak bayinya.
Dia dibesarkan dalam keluarga kaya yang memiliki tambang minyak, ayahnya yang bernama Lee Ryder adalah pria tertampan yang termasuk dari sembilan pria terkaya didunia.
Aaron Lee besar bersama seorang pengasuh yang masih muda bernama Margot Evans, gadis yatim-piatu yang diambil oleh keluarga Lee Ryder dari panti asuhan saat dia masih anak-anak.
Margot Evans menjadi bagian keluarga Lee Ryder yang diberi tugas kepercayaan untuk menemani Aaron Lee.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reny Rizky Aryati, SE., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15
Lee Ryder menyetujui tawaran pemilik toko Gangjeong yang menawarkan bantuannya untuk menghubungi derek mobil.
Pemilik toko Gangjeong menghubungi jasa derek mobil yang dia kenal.
Di samping itu Lee Ryder juga menerima tawaran pemilik toko Gangjeong untuk menginap selama semalam di toko.
"Dimana kami harus menginap ? Apa di ruangan ini ?", tanya Lee Ryder.
"Oh, tidak, kalian menginap di kamar yang ada di toko Gangjeong ini", sahut pemilik toko Gangjeong.
"Apa anda sengaja membuat kamar tamu ? Dan menawarkan pelanggan anda untuk menginap jika mereka kemalaman di sini ?", kata Lee Ryder.
"Bukan demikian situasinya yang sebenarnya, dan bukan seperti itu yang terjadi ketika saya menyiapkan kamar tamu", sahut pemilik toko Gangjeong.
"Ada alasan lainnya yang mendasarinya ?", tanya Lee Ryder.
"Saya membuat kamar tamu untuk saudara saya yang bermalam jika dia datang ke Amerika dari Seoul", sahut pemilik toko Gangjeong.
"Oh, ternyata anda mempunyai seorang saudara, pak", kata Lee Ryder.
"Benar, kami tinggal terpisah sejak saya merantau kemari untuk membuka toko Gangjeong karena saya pikir bahwa disini sangat langka toko yang menjual makanan khas tradisional Korea", jawab pemilik toko Gangjeong.
"Mindset anda sangatlah cerdas dan penuh akurasi yang tepat dalam membaca celah yang ada", kata Lee Ryder.
"Namun, saya pribadi harus banting setir keras sana-sini untuk mewujudkan impian saya memiliki toko kue tradisional Gangjeong ini", sahut pria berkacamata itu.
"Sebelumnya anda bekerja di mana ?", tanya Lee Ryder.
"Saya adalah koki kapal pesiar mewah yang menghabiskan waktu saya di laut", sahut pria berkacamata itu.
"Wah ! Anda seorang koki, ini kebetulan sekali karena saya sedang mencari seorang juru masak setidaknya guru kuliner yang berpengalaman di kapal pesiar", kata Lee Ryder.
"Apa anda mencari koki ?", tanya pria berkacamata itu.
"Benar, saya mencari koki untuk memasak di rumah pribadi saya", sahut Lee Ryder.
"Wah ! Wah ! Anda rupanya bukan orang biasa karena hanya orang dari kalangan atas yang mempekerjakan seorang koki di rumah pribadinya", kata pria pemilik toko Gangjeong.
""Tidak juga, saya hanya malas berurusan dengan makanan dari luar rumah", sahut Lee Ryder.
"Bagaimana dengan istri muda anda itu ? Bukankah memasak adalah tugas seorang istri setelah berumahtangga ?", tanya pemilik toko Gangjeong.
"I--istri muda !?", sahut Lee Ryder.
Pemilik toko Gangjeong menoleh ke arah Lee Ryder kemudian mengalihkan pandangannya kepada Margot Evans.
"Nona yang bersama mu, bukankah dia istri muda anda !? Mengapa tidak nona ini saja yang memasak secara khusus untuk anda !?", kata pria berkacamata itu.
"Siapa ??? Dia ???", tanya Lee Ryder.
Lee Ryder langsung menoleh ke arah Margot Evans yang berdiri di belakangnya.
"Benar, nona cantik ini lebih pantas sebagai istri anda...", sahut pemilik toko Gangjeong.
Lee Ryder tertawa keras saat melihat ke arah Margot Evans yang hanya tertunduk malu dengan wajah merah padam.
Tawa Lee Ryder terdengar sangat keras hingga menggema di seluruh ruangan.
"Anda sedang bercanda, pak ?", kata Lee Ryder masih tertawa keras.
"Ada apa dengan anda ?", sahut pria berkacamata itu heran.
"Dia ??? Dia ??? Setelah pernikahanku dengan kelelawar kandas maka saya akan mengikat janji dengan nona besar ini, pak !", kata Lee Ryder.
Lee Ryder tidak mampu menahan tertawanya bahkan dia tidak henti-hentinya tertawa.
"Apa yang lucu dari pertanyaan saya kepada anda ?", tanya pria berkacamata itu.
Lee Ryder lalu menghentikan tawanya dan bersikap penuh wibawa lagi.
"Tidak ada yang lucu sebenarnya hanya saja anda keliru jika mengira kami memiliki hubungan khusus, pak", sahut Lee Ryder.
"Akan sangat tidak baik membawa seorang gadis kemana-mana apalagi kalian belum menikah, itu tidak dibenarkan", kata pemilik toko Gangjeong.
"Yah..., tapi keadaan yang memaksa kami harus selalu bersama meski kami bukan pasangan resmi, pak", sahut Lee Ryder.
"Seharusnya anda mengembalikannya kepada kedua orang tuanya...", kata pemilik toko Gangjeong.
Lee Ryder melirik ke arah Margot Evans yang terus terdiam tanpa menjawab ucapan pria berkacamata itu.
Dia tidak tahu harus berkata apalagi kepada pemilik toko Gangjeong tentang hubungannya dengan Margot Evans yang sesungguhnya.
"Silahkan masuk ke kamar ini !", kata pemilik toko Gangjeong.
Ketika sampai di sebuah kamar yang terletak di lorong sempit dari bagian bangunan toko kuenya.
"Memang kecil untuk kalian berdua tapi saya jamin kamar ini sangat nyaman untuk kalian tinggali", ucap pria berkacamata itu.
Pemilik toko Gangjeong membuka pintu kamar lalu mempersilahkan Lee Ryder dan Margot Evans masuk.
"Karena hanya satu malam, bukan kendala bagi kalian untuk menginap barang semalam, kamar ini cukup nyaman", kata pemilik toko Gangjeong.
"Kamar ini hangat sekali, pak", kata Lee Ryder.
"Lalu kamar untukku dimana ?", tanya Margot Evans.
Pemilik toko Gangjeong menoleh ke arah Margot Evans.
"Maaf, hanya ada satu kamar tidur saja di toko Gangjeong ini sedangkan satu kamar tidur lainnya adalah kamar tidur pribadi saya", sahut pemilik toko Gangjeong.
"A--pa aku harus satu kamar dengannya ?", tanya Margot Evans panik.
"Maaf untuk hal itu, dan memang keadaannya seperti demikian, nona muda", sahut pemilik toko Gangjeong.
"Apa pendapatmu tentang ini ?", kata Margot Evans kepada Lee Ryder cemas.
Lee Ryder hanya diam membisu.
"Baiklah, saya pamit dulu karena harus menutup toko Gangjeong, hari sudah larut malam...", ucap pemilik toko Gangjeong.
"Tetapi, pak..." kata Margot bingung.
"Permisi...", pamit pemilik toko Gangjeong pergi meninggalkan kamar tamu.
"B--bagaimana ini bisa terjadi, Lee Ryder ? Dan kenapa kamu diam saja ???", tanya Margot Evans.
Lee Ryder hanya menghela nafas panjang lalu duduk di atas tatami tanpa bersuara.
"Lee Ryder ???", panggil Margot Evans.
Lee Ryder mengambil kasur lipat yang ada di atas lemari lalu menggelarnya.
Dia merebahkan tubuhnya di atas kasur busa seraya memejamkan kedua matanya.
"Dia malah tidur ??? Bukannya mencari cara lainnya !?", ucap Margot Evans.
"Hmmm...", gumam Lee Ryder.
"Ayolah, Lee Ryder ! Jangan hanya diam saja !", kata Margot Evans.
"Lalu apa yang harus aku katakan, nona besar ?", jawab Lee Ryder.
"Lakukanlah sesuatu untuk kita !", kata Margot Evans.
"Apa ??", tanya Lee Ryder masih terpejam.
"Aku harus tidur dimana ?", kata Margot Evans.
Gadis berparas cantik itu berdiri dengan sikap kebingungan.
Menoleh ke sana kemari melihat seluruh ruangan kamar yang tidak tersedia apa-apa, hanya ada satu kasur lipat yang kini dipakai oleh Lee Ryder.
Bagaimana dia bisa tidur satu kamar dengan Lee Ryder saat ini sedangkan mereka bukan pasangan resmi.
"Tidurlah di sampingku !", jawab Lee Ryder dengan santainya.
Lee Ryder menepuk lembut sisi kasur yang masih kosong.
"Maksudmu ? Aku harus tidur bersamamu di kasur yang sama denganmu ???", kata Margot Evans.
"Lalu kamu ingin tidur di mana, nona besar ? Di atas tubuhku ? Aku tidak masalah jika kamu menginginkannya tapi aku takutnya kamu tidak bisa tidur sama sekali..." sahut Lee Ryder.
"Apa !?", ucap Margot tersentak kaget.
Margot terdiam lalu duduk bersila di pojok ruangan kamar tidur dengan kedua mata terap terbuka lebar.
Lee Ryder membuka salah satu matanya dan melihat ke arah Margot Evans.
Sudut bibir Lee Ryder membentuk sebuah senyuman ketika dia diam-diam memperhatikan gadis cantik itu.
Sayangnya hanya ada satu kamar tidur yang tersedia di toko sedangkan pemilik toko Gangjeong tidur di kamar lainnya yang terpisah jauh dari toko serta tempat Margot Evans dan Lee Ryder menginap.
Keduanya terpaksa harus berbagi satu kamar tidur serta satu kasur lipat.
Margot Evans menolaknya dan memutuskan tidur di lantai beralas selimut sedangkan Lee Ryder tidur di atas kasur lipat.
Akhirnya mereka tidur setelah berjalan kaki sepanjang jalan yang sangat jauh.
Tanpa Margot Evans sadari, dia tidur sambil berpelukan erat dengan Lee Ryder.