Demi bisa mendekati cinta sejatinya yang bereinkarnasi menjadi gadis SMA. Albert Stuart rela bertransmigrasi ke tubuh remaja SMA yang nakal juga playboy yang bernama Darrel Washington.
Namun usaha mendekati gadis itu terhalang masa lalu Darrel yang memiliki banyak pacar. Gadis itu bernama Nilam Renjana (Nilam), gadis berparas cantik dan beraroma melati juga rempah. Albert kerap mendapati Nilam diikuti dua sosok aneh yang menjadi penjaga juga penghalang baginya.
Siapakah Nilam yang sebenarnya, siapa yang menjaga Nilam dengan begitu ketat?
Apakah di kehidupannya yang sekarang Albert bisa bersatu dengan Cinta sejatinya. ikuti kisah Darrel dan Nilam Renjana terus ya...
Novel ini mengandung unsur mitos, komedi dan obrolan dewasa (Dimohon untuk bijak dalam membaca)
Cerita di novel ini hanya fiksi jika ada kesamaan nama dan tempat, murni dari kreativitas penulis.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aksara_dee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8 : Dalam Perlindungan
...Happy Reading 🩷🫶...
PEMAKAMAN KEDUA
Sekuat hati Nilam meyakini Ranti adalah ibu yang melahirkannya, namun airmata tidak juga keluar untuk menangisi kepergian Ranti untuk selamanya. Mata itu kering, hatinya mati rasa, tidak merasakan kesedihan apalagi merasakan kehilangan. Karena Ranti tidak pernah sekalipun menghargainya sebagai manusia.
Di sisi lain, Rose menangis tersedu-sedu di nisan kayu yang bertuliskan nama ibunya. Nilam bergeming, ia hanya menunduk menunggu para petugas makam mengubur Ranti. Pemakaman itu sepi, tidak ada pelayat yang hadir untuk membacakan doa-doa.
Semua berakhir, makian dan hinaan yang setiap hari menjadi makanan sehari-hari kini terkubur di dalam tanah. Nilam menyalami para petugas makam, lalu memberikan mereka upah dari hasil penjualan kalung satu-satunya peninggalan dari papanya, Rangga.
Nilam menoleh sebentar, menatap rose dengan malas. "Rose kamu mau pulang, gak?!" tanya Nilam dengan nada datar.
Rose berdiri perlahan, lalu berpamitan dengan nada sendu. "Mama aku pulang, aku akan hidup sendirian, mama... "
Nilam tetap melangkah tanpa menghiraukan kesedihan Rose, Nilam sudah berada di atas motor pinjaman dari Mariana menunggu Rose menghampiri dan naik di belakang boncengannya.
Sepanjang perjalanan, mereka tidak saling bicara sibuk dengan pikirannya masing-masing. Pikiran Nilam terus berputar bagaimana caranya mereka bertahan hidup ke depannya dan tetap bisa bersekolah. Orangtua mereka tidak meninggalkan barang berharga apapun yang bisa dijadikan modal untuk bertahan hidup.
Hingga motor yang Nilam kendarai sampai di sebuah warung nasi sederhana di pojokan gang rumah mereka. "Kamu mau makan apa?!" tanya Nilam ketus.
Rose hanya melirik sinis, "Apa-apaan kamu nawarin makanan di warung jorok ini. Aku mau makan mekdi!" jawab Rose dengan memberengut.
"Beli sendiri! Ra urus!" ketus Nilam seraya berjalan cepat untuk menaiki motor.
"Heh! Anak sundel, jangan tinggalin gue!" teriak Rose. Nilam menjulurkan lidahnya meledek Rose.
Aroma nasi rames membuat liur Nilam nyaris jatuh karena perutnya terlalu lapar. Dengan penuh rasa syukur ia menikmati makanannya. Tiba-tiba Rose masuk rumah dengan menghentakkan kakinya dengan kasar dan mengebrak pintu, Nilam nyaris melompat dari kursi makannya karena suara pintu begitu nyaring.
"Heh! Makin berani kamu sekarang ya! Kamu pikir siapa kamu, kamu hanya anak pungut yang diambil papa dari hutan Cifor! Kalau bukan orangtuaku yang mengadopsimu, kamu sudah jadi anak sundel!" Rose mendorong kepala Nilam dengan kasar.
Nilam tetap fokus dengan makanannya hingga Rose menyiram nasi rames nya dengan air yang ada di dalam gelas.
Bruaakk!!
Nilam mengebrak meja makan lalu mendorong kursi dengan kaki belakangnya.
"Mau kamu apa sih! Ganggu orang makan!" bentak Nilam dengan suara keras. Ia melangkah maju mendesak tubuh Rose hingga gadis itu harus melangkah mundur dua langkah. "Kalau aku anak sundel, kamu mau apa? Kamu masih dibiarkan hidup karena leluhurku ingin memberimu kesempatan untuk membalaskan dendamku padamu!"
Nilam menyeringai dengan mata yang berkilat merah, "Aku akan buat hidupmu seperti neraka mulai sekarang, bersiaplah! Neraka sebentar lagi akan menghampirimu, Rose. Tidak ada yang gratis di dunia ini, kalian sudah lama menikmati kemewahan yang leluhurku berikan."
Rose menggigil ketakutan, sosok yang dihadapannya bukan Nilam yang selama ini mereka kenal, sosok lemah yang selalu pasrah dibawah hinaan, kini berubah menyeramkan dengan seringai yang sangat menakutkan.
Nilam melemparkan paperbag tepat di wajah Rose. "Pakai ini cepat! Sebentar lagi ada orang yang akan menjemputmu, kita butuh makan dan bayar hutang orangtuamu."
Nilam duduk di teras rumah menunggu seseorang yang akan menjemput Rose. Tidak berapa lama, sebuah mobil Innova putih masuk ke halaman rumah mereka yang kini tidak terurus.
"Selamat datang madam, apakah sudah deal mengenai harga yang aku tawarkan?" tanya Nilam.
"Kenapa mahal sekali sayang, tidak bisakah beri madam keuntungan sedikit saja." pinta madam Susi dengan lemah lembut.
"Hutang orangtua kami terlalu banyak madam, aku tidak bisa menurunkan harga lagi." keluh Nilam dengan wajah sedih.
"Kamu bisa jamin dia bisa bekerja dengan baik?" tanya madam Susi.
"Aku kurang yakin, tapi madam bisa menghukumnya tidak usah memberinya makan." saran Nilam.
"Baiklah mana dia, sebentar lagi acaranya akan di mulai." Madam Susi sudah tidak sabaran.
"Rose!! Cepat keluar!" teriak Nilam.
Madam Susi menunjukkan bukti transferan ke depan wajah Nilam. Mata Nilam berbinar dengan senyum simpul yang manis. "Terima kasih Madam, terima kasih... "
Rose keluar dengan memakai kostum maskot sebuah minuman beralkohol yang berbentuk gelas berwarna hitam, minuman bermerk yang memiliki logo burung Toucan.
"Nilam ini berat banget, gerah Nil." keluh Rose di dalam baju maskot.
"Apa? Kamu ngomong apa, aku gak denger!" teriak Nilam menggoda Rose.
"Ini kerjaan paling mudah untukmu anak manja! Aku sudah menandatangani kontrak pada madam Susi untuk membayar uang sekolah kamu juga cicilan iPhone kamu. Jangan ngeluh ya... !" teriak Nilam dari balik baju maskot berbentuk gelas itu.
Madam Susi memberi dua jempolnya pada Nilam. "Pinter kamu kasih dia pelajaran." puji madam Susi.
*
*
Hanya deru napasnya sendiri yang terdengar kasar dan memburu saat ia pulang berjalan kaki dari bekerja paruh waktu di sebuah restoran cepat saji. Udara malam itu terasa aneh... berbeda.
Nila melewati lorong sempit menuju rumahnya, karena ia mengambil jalan pintas agar tidak terlalu jauh berjalan kaki. Suara degup jantung terdengar begitu banyak, sementara di lorong itu ia hanya sendirian. Setiap getaran bisa Nilam rasakan dengan kejernihan pendengar yang terasa asing.
Setiap kedipan matanya terasa aneh, ada kilau dari benda berwarna perak membuat matanya perih saat berkedip. Nilam mempercepat langkahnya agar segera sampai di rumah.
Kini tidak hanya telinga dan mata yang merasakan sensitivitas, bulu-bulu halus di belakang leher dan tangannya mulai berdiri, gerakan kakinya terasa berat seperti ada tali yang mengikat dengan sebuah bola besi.
"Nilaamm... Renjanaaa..."suara panggilan itu lembut dan halus tapi masuk teramat dalam ke pendengaran hingga menusuk jantungnya.
Nilam berhenti melangkah.
Kabut tipis menggulung tubuhnya perlahan, hawa dingin kian menusuk hingga ke tulang belulang. Pandangannya gelap tertutup kabut yang semakin tebal. Aroma melati dan bunga kemuning terendus, kini hadir aroma anyir dari darah segar yang seakan mengalir dari kepalanya hingga ke menyentuh bibir.
Nilam memejamkan matanya perlahan, merasakan sentuhan dingin merayap di seluruh permukaan wajahnya.
"Nilaamm... " suara itu memanggil lagi lebih dekat hingga degup jantung makhluk tidak kasat mata itu terasa di dekat bibirnya.
"Apa yang kamu inginkan... " tanya Nilam dengan kaki yang bergetar, bibirnya pun mulai bergetar kedinginan.
"Diam sebentar di sini, dalam pelukanku. Musuh-musuhku sedang mengejar mu. Aku akan terus menjagamu, Nilam... " bisik Albert yang kini sudah berlumuran darah.
"Hihihi... Hihihi" suara nyaring nyonya Kunti begitu memekakkan telinga diiringi suara kelebat sebuah energi yang terbang di atas kepalanya.
"hhmm... ggrrrkkk." suara erangan begitu berat dan mengerikan dari makhluk bertubuh kera dengan mata pekat penuh dendam.
Kini suara dentingan pedang beradu dengan begitu nyaring terdengar, semua terdengar begitu gemuruh dan cepat, hingga sulit Nilam meraba ada berapa energi yang sedang bertarung di sana.
"Kekasihmu mengusik wilayah kami... " bisikan halus mempengaruhi Nilam dengan suara rintihan dan gesekan kaki di aspal.
Sayup-sayup terdengar suara gemerincing lonceng delman dan roda karet menggerus jalanan, suara itu semakin mendekat... Lebih dekat.
Hingga sebuah energi mengangkat tubuh Nilam naik ke atasnya.
"jangan hiraukan mereka yang selalu berebut kekuasaan , cahayukuu... aku akan selalu melindungi mu, nduk." suara lembut nan halus, yang teramat sangat Nilam rindukan kini hadir lagi... ada di dekatnya. Seakan suara halus dan lembut perempuan itu memeluk jiwa kosong Nilam.
Putaran roda delman terhenti, Nilam terpaku menatap rumahnya yang kini terasa dingin dan mencekam. Nilam enggan beranjak dari duduknya yang hangat di samping perempuan yang baru saja menjamin keselamatannya.
Hingga suara lain membuatnya terperanjat...
Tiinnn!!
Suara klakson motor memekakkan telinga disertai Omelan Mariana membuyarkan semua kejadian yang baru saja ia alami.
"Mau sampe kapan kamu duduk di motorku, kita udah sampai dari tadi Nilam." omel Nana dengan wajah ketus.
"Eh... Iya Na. Sorry... Aku kira masih di atas delman." lirih Nilam
Mariana menggelengkan kepalanya dengan lembut, "udah jangan banyak ngelamun, besok pagi aku jemput di rumahmu. Bye... Bye." Mariana langsung tancap gas menjauhi Nilam yang masih terkesima di depan rumahnya.
B e r s a m b u n g...
Mohon dukungannya ya gaes... 💝🙏
aku yang polos ini... pengen ngintip dikit 🙈🤭
malah nyanyi... gw 🙈
😵