Sebenarnya Cinta

"Kamu...," suara Yuna bergetar. Tangan Leo berada dipipinya. Cupp... Leo mencium bibir Yuna lembut. Mata bulat Yuna semakin membulat karena ciuman tiba-tiba Leo. Dia merasa tidak bisa bernafas, jantungnya seperti genderang.

"Ini hukuman untuk mu karena masuk ke kamar ku," Leo melepaskan Yuna. "Jika kau ingin lebih dari ini, silahkan ulangi lagi lain waktu," Leo membalikkan badan dan bergegas masuk kekamar mandi, meninggalkan Yuna yang masih berdiri mematung.

"Astaga... dia menciumku??" Yuna memegang bibirnya. "Hukuman katanya?? hahh aku siap menerima hukuman seperti ini setiap hari pangeran...," Yuna melompat-lompat seperti anak kecil, tersenyum sambil terus memegangi bibirnya, itu adalah ciuman pertamanya.

Leo memperhatikan wajahnya di dalam cermin kamar mandi, mengusap bibirnya pelan. "Kenapa aku menciumnya?? Gila, seharusnya aku tidak melakukan itu, membuat dia salah paham saja."

***@***

Wajah Yuna langsung memerah ketika dia melihat Leo yang perlahan duduk di meja makan bersamanya. Yuna menundukkan kepalanya, menyembunyikan wajah merahnya.

Leo dengan santai mulai memakan sarapannya, dia cuek dan tidak berbicara apa-apa. Yuna melirik kearahnya...

'Ya ampun dia bahkan begitu santai setelah menciumku, dia ini apa-apaan. Aku sudah sangat salah tingkah dan dia begitu santai, apa dia pikir ciumannya hanya mimpi."

"Kapan kamu akan mulai sarapan?" suara Leo menyadarlannya.

"Aku... aku tidak lapar," jawab Yuna. Dia memperhatikan bibir Leo yang tengah mengigit roti lalu kemudian mengunyahnya dengan anggun dan pelan.

'Bibirnya seksi sekali, bahkan cara mengigit roti saja begitu menggoda.' batin Yuna.

"Kamu membuat selera makan ku hilang," Leo menaruh garpunya dan beranjak pergi.

"Eh.. eh...," Yuna segera mengejarnya dan berdiri didepannya. Tersenyum manis dan memamerkan giginya, dia sedang merayu saat ini. "Aku... sangat bosan di rumah, aku ingin ikut kamu ke kantor boleh?" ucap Yuna.

"Apa kau pikir kantor itu taman bermain?"

"Aku tidak akan mengganggumu, aku hanya...," Yuna menatap Leo dengan tatapan yang memelas, sepertinya ini akan berhasil karena tatapan mata leo seperti melunak. Leo menghela nafas.

"Ya baiklah, tapi tidak pagi ini. Siang nanti supir akan menjemputmu," Leo menyetujui.

"Tidak... tidak perlu di jemput supir, berikan aku alamat kantor mu saja," Yuna mengulurkan tangannya.

"Akan ku kirimkan alamatnya ke Hp mu," jawab Leo lalu segera berjalan keluar dan segera masuk ke mobilnya.

"Nona..," panggil salah satu pembantu Leo. Bi sri namanya. Yuna menoleh.

"Iya...,"

"Nona pasti perempuan yang spesial."

"Emm... maksudnya?" Yuna mengajak Bi sri duduk.

"Tuan muda sebelumnya tidak pernah sarapan dirumah dan setiap pagi hanya uring-uringan," Bi sri memulai ceritanya. Yuna memperhatikan dengan serius. Bi sri sudah ada di rumah ini sebelum kedatangannya, ia berpikir Bi sri pasti tahu bagaimana Leo.

"Apa yang membuatnya uring-uringan Bi? Apa Bi sri tahu?"

"Penyebab pastinya Bibi juga nggak tau Non, setau bibi setiap hari Tuan muda hanya melihat Hpnya saja, mengikuti sosial media Non Kiara lalu tiba-tiba marah-marah," Bi sri mencoba menceritakan apa yang dia tahu.

"Bi sri tahu Kiara?" Yuna merasa terkejut ketika Bi sri menyebut nama Kiara, Bi sri mengangguk. "Dia sering kesini?" Yuna bertanya lagi dan dijawab anggukan lagi oleh Bi sri. "Apa yang dia lakukan bi?" Yuna semakin pemasaran.

"Dia sering masak bareng Tuan muda di sini," jawab Bi sri. Yuna membulatkan matanya. Dia menggeleng.

'Masak bareng? Kiara masak dan Leo memperhatikannnya dengan penuh cinta, lalu Leo memeluknya dari belakang, Kiara menyambut Leo dengan senyuman manis namun nakal dan... dan kemudian mereka... ciuman.'

"Tidaaaakk... tidak boleh begitu," teriak Yuna tiba-tiba membuat Bi sri melonjak kaget. "Tidak boleh begitu. Bi sri... aku akan ke kantor Leo sekarang," Yuna bangkit dari duduknya.

"Semangat nona..." Bi sri berdiri dan memberi semangat pada Yoona.

***@***