NovelToon NovelToon
From Hell To Absolute

From Hell To Absolute

Status: sedang berlangsung
Genre:Crazy Rich/Konglomerat / Epik Petualangan / Perperangan
Popularitas:1k
Nilai: 5
Nama Author: Radapedaxa

Ia dulu adalah Hunter Rank-S terkuat Korea, pemimpin guild legendaris yang menaklukkan raid paling berbahaya, Ter Chaos. Mereka berhasil membantai seluruh Demon Lord, tapi gate keluar tak pernah muncul—ditutup oleh pengkhianatan dari luar.

Terkurung di neraka asing ribuan tahun, satu per satu rekannya gugur. Kini, hanya dia yang kembali… membawa kekuatan yang lahir dari kegelapan dan cahaya.

Dunia mengira ia sudah mati. Namun kembalinya Sang Hunter hanya berarti satu hal: bangkitnya kekuatan absolut.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Radapedaxa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 18

Suasana di rumah sakit kawasan kumuh itu kacau balau. Bau darah bercampur dengan aroma obat-obatan menyengat di udara, bercampur dengan teriakan orang-orang yang panik. Lampu-lampu lorong berkelip-kelip, seakan siap padam kapan saja, dan di antara kekacauan itu, pertarungan mematikan tengah berlangsung.

Di ujung lorong yang remang, tiga Hunter—Mark, Daniel, dan Chris—berdiri dengan napas terengah-engah. Tubuh mereka penuh luka. Darah menetes dari pelipis, dada, dan lengan mereka, membasahi lantai putih yang kini sudah berubah merah.

Di belakang mereka, seorang gadis kecil berdiri sambil menangis ketakutan. Tubuhnya kurus dan tampak lemah, jelas sekali bahwa penyakit telah menggerogotinya. Dialah adik Ethan, target yang ingin direbut oleh para bajingan itu. Gadis itu terus memeluk dadanya, memanggil nama kakaknya dengan suara lirih dan putus asa.

“Kakak… aku takut… Kak Ethan… tolong aku…”

Mark memuntahkan darah, lututnya hampir goyah, namun ia memaksa tubuhnya tetap berdiri.

“Jangan menyerah!” raungnya, suara penuh tekad meski tubuhnya hampir mencapai batas.

“Kita harus melindungi adik Ethan bagaimanapun caranya!”

Daniel dan Chris, meski sama-sama di ambang kematian, mengangguk tegas. Mata mereka dipenuhi api semangat.

Di hadapan mereka, dua sosok berdiri seperti iblis yang turun dari neraka: Bulldog dengan tubuh raksasa dan otot yang menonjol, serta Crane, wanita licik dengan senyum penuh ejekan.

Crane tertawa pelan, suaranya mengiris udara seperti bilah pisau.

“Kenapa kalian bersusah payah seperti ini?” katanya sambil berjalan santai, tangannya memutar sebuah jarum tipis berkilau.

“Padahal kami sudah meminta dengan baik-baik, tapi kalian malah mencoba membawa lari anak itu dan melawan kami? Untuk apa?”

Mark mengangkat perisainya yang sudah penuh retakan, menatap Crane dengan mata penuh kemarahan.

“Karena kami adalah teman baik!” teriaknya.

“Ethan adalah sahabat kami, dan kami akan melakukan apa pun untuk membantu dan melindunginya… meskipun maut yang harus kami hadapi!”

Crane berhenti, senyumnya perlahan memudar. Namun Bulldog yang mendengarnya justru meledak marah.

“CECUNGUK!!” raungnya, suaranya seperti guntur yang mengguncang dinding lorong.

“Kalian cuma anjing rendahan yang seharusnya tetap diam dan melayani tuan kalian! Semua usaha kalian… tidak ada gunanya!”

Aura mengerikan meledak dari tubuh Bulldog, membuat lantai bergetar hebat. Lampu-lampu lorong pecah satu per satu, meninggalkan mereka dalam bayangan yang semakin gelap. Dalam sekejap, Bulldog melesat maju dengan kecepatan yang tidak sesuai dengan tubuh besarnya.

Mark menggertakkan gigi, lalu maju untuk memblokir serangan itu.

“HAAARGH!”

Ia mengangkat perisainya setinggi dada, memusatkan seluruh kekuatan terakhir yang ia miliki.

BOOOM!!!

Benturan dahsyat terjadi. Dinding-dinding rumah sakit runtuh sebagian, udara meledak seperti gelombang kejut. Namun perisai Mark tak mampu menahan kekuatan itu. Dalam sekejap, perisai itu pecah berkeping-keping, dan tubuh Mark terhempas jauh, menghantam dinding hingga meninggalkan retakan besar.

“MARK!” teriak Daniel dan Chris bersamaan.

Gadis kecil di belakang mereka berteriak ketakutan, air mata membanjiri wajahnya yang pucat.

“Kakak! Kak Ethan! Aku takut!” tangisnya histeris.

Chris, meskipun tubuhnya penuh luka, segera meraih pundak gadis itu dan menenangkannya.

“Jangan menangis, Lily,” ucap Chris lembut sambil tersenyum, meski darah terus menetes dari sudut bibirnya.

“Semuanya akan baik-baik saja… Aku yakin kakakmu dalam perjalanan ke sini untuk menjemputmu.”

Crane mendengar itu dan tertawa keras, suaranya bergema seperti suara setan yang mengejek mereka.

“Kakaknya akan datang?” katanya sinis.

“Hahaha! Bahkan aku tidak yakin dia masih bernapas sekarang.”

Mata Daniel dan Chris langsung dipenuhi amarah.

“Dasar monster biadab!” teriak Daniel.

Tanpa pikir panjang, mereka berdua melesat maju dengan pedang terangkat, menyerang Crane dengan niat membunuh.

Namun Crane hanya tersenyum dingin. Dengan gerakan yang hampir tak terlihat, ia melemparkan jarum psikisnya.

Jarum itu menembus udara, mengeluarkan suara berdesing yang mematikan, lalu menembus tepat di tubuh Daniel dan Chris.

Dalam sekejap, kedua Hunter itu terhenti. Tubuh mereka terjatuh ke lantai, otot-otot mereka tak lagi merespons.

“Sialan… aku… tidak bisa bergerak!” teriak Chris, panik.

“Aku juga!” Daniel berteriak, mencoba meronta sia-sia.

Crane berjalan perlahan ke arah mereka sambil terkekeh.

“Kalian sungguh menyedihkan,” ucapnya sinis.

Lalu matanya beralih ke arah Lily yang ketakutan dan memeluk dirinya sendiri di sudut ruangan.

“Kemarilah, gadis kecil.” Senyumnya melebar seperti ular yang hendak menelan mangsanya.

“Aku akan mengantarmu ke kakak kesayanganmu.”

Lily gemetar hebat, air matanya semakin deras.

“T-tidak… jangan dekati aku!”

Namun sebelum Crane bisa meraih Lily, sebuah pecahan perisai terbang dan menghantam tangannya, membuatnya mundur selangkah.

“Pergi dari sini!” raung suara berat dari belakang.

Mark, dengan tubuh penuh darah dan mata yang hampir tak terlihat karena bengkak, menerjang Crane dengan seluruh tenaga yang tersisa.

“Cepat lari, Lily!”

Lily terdiam sesaat, namun saat melihat wajah Mark yang penuh luka dan tekad, ia menggigit bibirnya dan mulai berlari sekuat tenaga, meskipun tubuhnya lemah dan setiap langkah terasa menyakitkan.

Crane mendesis marah.

“Beraninya kau, sampah!”

Namun saat Mark hendak menghajar Crane, Bulldog tiba-tiba menghalangi Mark.

“Berhenti, cecunguk!”

Bulldog menghantam Mark dengan pukulan keras, menciptakan ledakan kecil yang menghancurkan lantai di bawah mereka. Tubuh Mark terhempas seperti boneka, dan matanya memutih tak sadarkan diri.

Crane mendengus jijik, lalu menghancurkan pecahan perisai Mark di tangannya.

“Benar-benar mengganggu. Aku akan membunuh mereka nanti, setelah gadis itu berada di tanganku.”

Sementara itu, Lily berhasil keluar dari rumah sakit. Nafasnya tersengal, kakinya hampir tak mampu lagi melangkah. Ia menoleh ke kiri dan kanan, mencari pertolongan. Namun area sekitar rumah sakit itu kosong, sunyi seperti kota mati.

“Tolong! Siapa saja!” teriaknya, suaranya parau karena tangisan dan kelelahan.

“Aku mohon, tolong aku!”

Namun tak ada jawaban.

Kemudian, suara yang dingin dan penuh ejekan terdengar dari belakangnya.

“Apakah kau sudah selesai berlari, anjing kecil?”

Lily membeku. Tubuhnya gemetar hebat. Ia berbalik perlahan dan melihat Crane berdiri di ujung lorong, senyumnya lebar dan mengerikan, seperti iblis yang baru saja mencium bau darah segar.

“T-tidak…” Lily tersengal, melangkah mundur dengan tubuh yang sudah tak kuat lagi.

Setiap langkah mundur terasa seperti berjalan di tepi jurang kematian.

“Jangan dekati aku!”

Crane berjalan maju perlahan, menikmati rasa takutnya.

“Oh, aku akan mendekat…” ucapnya lembut namun penuh ancaman.

“Dan setelah itu, aku akan membawa pulang hadiahku.”

Lily terus melangkah mundur, sampai punggungnya menabrak sesuatu yang keras. Seperti tembok yang tiba-tiba muncul di belakangnya.

“Eh…?” Lily berbalik dengan kebingungan—dan membeku.

Di hadapannya berdiri seorang pria tampan, dengan mata yang bersinar lembut dan senyum hangat yang langsung menusuk ke dalam hatinya. Sosok itu terasa asing namun juga… seperti pelindung yang ia tunggu selama ini.

“Apakah kau… adik Ethan?” tanya pria itu dengan suara tenang.

Lily hanya bisa mengangguk cepat, air mata kembali mengalir di pipinya.

“Ka-kakakku… dia… mereka ingin—”

Jinwoo—karena pria itu adalah dia—berlutut sedikit agar sejajar dengan Lily. Saat melihat luka-luka gores di tubuh gadis kecil itu, senyumnya perlahan memudar.

Ia berdiri kembali, lalu menoleh ke arah Crane.

Mata Jinwoo berubah dingin.

Tatapan itu begitu mencekam hingga Crane refleks mundur satu langkah, keringat dingin muncul di pelipisnya.

“Ap… apa ini…” gumam Crane, jantungnya berdegup kencang. “Apa dia… manusia?”

Jinwoo lalu kembali menatap Lily, senyum hangat kembali muncul di wajahnya. Dari sakunya, ia mengeluarkan sebuah lolipop berwarna cerah.

“Kau suka lolipop?” tanyanya lembut.

“Kalau suka, ambillah.” Ia memberikan lolipop itu ke tangan kecil Lily.

Lily menatap lolipop itu dengan bingung, lalu menatap Jinwoo.

“Aku… suka…” gumamnya.

“Bagus.” Jinwoo mengusap kepalanya pelan.

“Pergilah ke taman kecil di sana, dan nikmati itu… tenang saja, ini cuma sebentar.”

Lily tertegun, namun aura hangat dari Jinwoo membuat ketakutannya mereda sedikit. Ia menggenggam lolipop itu erat, lalu mengangguk pelan.

Saat Lily mulai berjalan menjauh, Jinwoo mengangkat kepalanya kembali.

Senyum hangatnya lenyap, digantikan oleh ekspresi sedingin es.

Aura hitam mulai merembes dari tubuhnya, membungkus udara di sekitarnya dengan tekanan yang begitu besar hingga Crane hampir tak bisa bernapas.

Di detik itu, Crane akhirnya sadar.

Dia bukan lagi pemburu. Dia adalah mangsa.

1
Rudik Irawan
nanggung banget
RDXA: hehe/Blackmoon/
total 1 replies
Rudik Irawan
up terus Thor
Ilham bayu Saputr
mantap
Ilham bayu Saputr
crazy up thor
RDXA: insyaallah, terimakasih atas dukungannya 💪
total 1 replies
Rudik Irawan
sangat menarik
Rudik Irawan
lanjutan
mxxc
lanjut bg
Rudik Irawan
lanjutkan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!