NovelToon NovelToon
Bangkitnya Sang Putra Ketiga

Bangkitnya Sang Putra Ketiga

Status: sedang berlangsung
Genre:Kelahiran kembali menjadi kuat
Popularitas:13.5k
Nilai: 5
Nama Author: Irawan Hadi Mm

Waren Wiratama, 25 tahun adalah seorang pencuri profesional di kehidupan modern. Dia dikhianati sahabatnya Reza, ketika mencuri berlian di sebuah museum langka. Ketika dia di habisi, ledakan itu memicu reaksi sebuah batu permata langka. Yang melemparkannya ke 1000 tahun sebelumnya. Kerajaan Suranegara. Waren berpindah ke tubuh seorang pemuda bodoh berusia 18 tahun. Bernama Wiratama, yang seluruh keluarganya dihabisi oleh kerajaan karena dituduh berkhianat.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irawan Hadi Mm, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB. 15

Embun pagi masih melekat di ujung-ujung daun, membuatnya berkilau bagaikan mutiara kecil saat tersentuh sinar matahari pertama yang menembus celah pepohonan raksasa. Pohon-pohon tinggi menjulang dengan batang besar berlumut hijau, akar-akarnya melingkar dan mencengkeram tanah, seakan menjaga rahasia bumi sejak ratusan tahun. Udara begitu segar, lembap, dan bercampur aroma tanah basah, dedaunan yang gugur, serta bunga liar yang bermekaran di sela rimbunan.

Suara kicau burung bersahut-sahutan dari dahan ke dahan, diiringi riang serangga hutan yang mulai aktif. Sesekali terdengar suara monyet ekor panjang berteriak dari kejauhan, melompat lincah dari pohon ke pohon. Suara gemericik sungai kecil menambah harmoni, alirannya jernih dan dingin, mengalir di antara bebatuan hitam yang licin berlumut.

Nyonya Wulandari dan keluarganya sedang menyiapkan diri mereka untuk kembali melakukan perjalanan.

"Menurut peta ini, di depan akan ada desa. Kalian bisa bersih-bersih dan membeli pakai baru!" kata kepala prajurit Arga pada Warren dan ibunya.

Santi dan Badrun yang menyiapkan Cikar melihat dari jarak yang tidak terlalu jauh.

"Heh, Badrun. Menurutmu kepala prajurit Arga ini kenapa ya? bukannya dia itu orangnya biasanya tidak perduli pada orang lain. Kenapa dia perduli sekali pada para tahanan pengasingan ini?" tanya Santo.

Badrun yang ada di sebelahnya. Hanya menggelengkan kepalanya.

"Mana ku tahu. Aku saja baru sekali ini jadi anak buahnya. Selama ini aku hanya pekerja di kandang kuda kerajaan. Prajurit penjaga kandang" kata Badrun jujur.

"Benarkah? aku kira kamu prajuritnya kepala prajurit Arga"

"Tidak! aku juga heran. Kenapa tidak ada satupun prajurit bawahannya yang ikut mengawal. Lagipula aku dengar, Simin juga cuka penjaga di dapur kerajaan!" kata Badrun lagi.

Santo terdiam sejenak.

"Kenapa yang diperintahkan mengawal tahanan pengasingan malah prajurit level rendah seperti kita ya?" tanya Santo.

"Mungkin karena mereka hanya wanita. Jadi tidak mungkin kabur! tidak butuh prajurit level 3 seperti biasanya" jawab Badrun seadanya, seperti apa yang ada di pikirannya saja.

Santo mengangguk setuju. Dia tidak terlalu pintar, dia tidak tahu alasan yang sebenarnya. Padahal, semua itu dilakukan, supaya para tahanan pengasingan ini tidak akan pernah sampai ke desa Pacang Jati.

Setelah beberapa lama berjalan tanpa ada aral halangan yang berarti. Mereka sampai di sebuah desa.

Di bawah teriknya matahari siang yang menggantung di langit biru tanpa banyak awan, sebuah desa yang tampak hidup dengan kesederhanaan dan kehangatan khas pedesaan. Jalan-jalan desa tidak terbuat dari batu atau semen, melainkan berupa tanah padat yang mengeras karena sering dilalui kaki manusia dan hewan ternak.

Beberapa jalur utama cukup lebar untuk gerobak kayu beroda besar yang ditarik sapi atau kerbau, sedangkan jalan-jalan kecil berliku menghubungkan rumah-rumah warga. Di kiri kanan jalan, rerumputan tumbuh liar, berpadu dengan rumpun bambu dan pohon pisang yang memberikan keteduhan.

Rumah-rumah penduduk berdiri sederhana, terbuat dari anyaman bambu dan kayu jati yang dipasang rapi, dengan atap rumbia atau daun kelapa yang dianyam.

Bentuknya tidak terlalu besar, biasanya berupa rumah panggung rendah atau gubuk beratap tinggi dengan tiang penyangga kokoh. Di bagian depan rumah, terdapat lincak atau dipan bambu tempat warga duduk bercengkerama sambil menunggu keluarga pulang dari sawah.

Beberapa rumah lebih besar, dimiliki oleh tetua desa atau keluarga yang cukup berada, dengan halaman luas dan pagar kayu rendah sebagai pembatas.

Di dekat sungai yang mengalir jernih, para perempuan desa mencuci pakaian sambil saling berbincang hangat, tertawa kecil sambil sesekali mengguyur kain ke batu besar sebagai alat pencuci. Tak jauh dari sana, beberapa anak kecil mandi dan bermain air, wajah mereka ceria tanpa beban, riangnya memecah keheningan siang.

Di tengah desa, suasana lebih ramai. Ada beberapa lelaki sedang memperbaiki gerobak kayu, mengikat tali, atau menajamkan sabit di bawah teduh pohon beringin besar yang dianggap sakral.

Sementara itu, aroma harum kayu bakar tercium dari dapur rumah, tempat para ibu menyiapkan makanan siang dengan periuk tanah liat dan tungku sederhana. Ada juga penjual keliling dari desa sebelah yang datang membawa keranjang berisi buah pisang, tebu, atau rempah-rempah, disambut hangat oleh warga yang gemar bertegur sapa.

Warren melihat ke sekeliling. Tempat yang cukup damai. Mungkin karena jauh dari kerajaan.

Kepala prajurit Arga menghampiri salah satu penduduk desa. Bertanya dimana mereka bisa menginap, mandi dan mendapatkan pakaian.

Penduduk desa itu segera membawa kepala prajurit Arga ke salah satu rumah tetua desa.

Disana semua di sambut dengan baik. Meski mereka adalah tahanan pengasingan.

"Desa kami ini desa kecil di pinggiran hutan. Jarang ada prajurit atau petugas dari kerajaan yang datang. Mungkin sudah terlupakan!" kata tetua itu.

Tapi menurut Warren hal itu juga lebih baik. Karena saat ini raja yang berkuasa sangat kejam dan serakah. Desa yang memiliki sumber daya baik, malah di jadikan seperti desa jajahan kerajaan sendiri.

"Kalian istirahatlah. Istriku dan para tetangga sedang memasak untuk kalian. Nanti kalau sudah matang, aku akan panggil kalian" kata tetua itu dengan ramah.

"Aku senang, masih ada desa yang seperti ini. Tenang" kata Ken Sulastri.

"Iya, karena mereka hidup mengandalkan hasil hutan dan sungai. Coba ada sawah atau perkebunan yang luas. Pasti sudah jadi incaran raja zalim itu" celetuk Dewi Lestari.

Meski mendengar semua itu, kepala prajurit Arga juga tidak bisa berkata-kata. Karena memang benar. Dia saja bisa merasakannya. Perbedaan, ketika raja yang lama dan raja baru berkuasa.

***

Bersambung...

1
Nudu
semangat terus kak
hamba allah
di tunggu up nya thor
Leslie Cheung
maju terus thor
Leslie Cheung
up terus donk thor
Saputra
lanjutkan up nya thor
Uswatun Chasanah
semangat terus thor
Erlina Vikha
jangan lupa up nya thor
Gerry
lanjutkan thor up berikut nya
Uswatun Chasanah
buruan up donk thor
Erlina Vikha
di tunggu up thor
Uswatun Chasanah
sangat keren
Erlina Vikha
lanjutkan thor
Abdulah FC
sedikit ada adegan hottt nya donk thor
My love
up nya jangan lama" thor
My love
semangat thor
My love
pokok'e the best
astutiq
semangat thor
lanjutkan di tunggu up berikut nya
Arman Sadikin
Semangat
Henry
Bagus, Gak bertele-tele
Rizky Fathur
cepat Buat mcnya bikin kerajaan terkuat bikin mcnya kuat Dan bantai raja itu dengan kejam Thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!