Disarankan untuk membaca ternyata aku Istri Kedua terlebih dahulu
"Aku benar-benar tidak bisa"
Pemuda itu segera berlari, menyambar apapun yang bisa digunakan menutup tubuhnya.
Sampai dikamar mandi Pemuda menguyur tubuh nya dengan air dingin.
Ini lali pertama mereka mencoba mendekat, mereka dua orang yang saling menyayangi tetapi dalam hal yang berbeda.
Si wanita dulunya adalah Kaka iparnya, mereka menikah demi dua anak yang sama-sama mereka sayangi.
" Aku merindukan mu Kak" Wanita itupun meremas selimut yang menutupi tubuhnya, belum terjadi apapun diantara mereka, bayangan masalalu tak bisa mereka tinggalkan begitu saja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muhammad Yunus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bersama
" Ansel____"
" Ya ____Sayang??"
Rinjani masih tetap berada di atas Ansel, Rinjani hanya ingi memastikan saja bahwa Ansel sedari tadi memanggilnya Sayang dan ternyata benar, itu sedikit membuat hati Rinjani menghangat.
Ansel hendak menarik miliknya, tetapi Rinjani menahannya, membuat Ansel mengulingkan tubuh mereka kesamping kini kembali Rinjani yang berada dalam kendali nya.
Ansel benar-benar seperti mengapai impian tertinggi nya, wanita yang sudah sekian lama ia inginkan sedang berbaring lembut di bawah naungan tubuh nya
" Sayang___" Ansel membelai lembut pipi Rinjani
" Rinjani mengangguk mengizinkan, bagaimanapun Rinjani harus bisa mengimbangi keinginan dan kebutuhan Ansel, seperti janjinya sebelum memberanikan diri menyerahkan seluruh hati dan tubuh nya pada pemuda yang sedang menaungi nya
Senyum Ansel terbit dengan sempurna, bagaimana pun Ansel ingin terus mengisi dan memenuhi bagian tubuh istrinya selagi di izinkan
Rinjani pun dengan sadar mengizinkan nya, membuat Ansel tak ingin membendung keinginannya, wanita yang dicintainya bersedia menampung hasrat yang ingin ia bagi sejak lama
" Oh, Ansel" Rinjani memekik karena Ansel terasa lebih keras dan sangat penuh.
" Apa sakit??" Ansel sama sekali belum bergerak, saat tiba-tiba Rinjani memanggil namanya.
" Aku hanya terkejut" Kilah Rinjani sedikit malu, pasalnya Ansel belum melakukan apa-apa, bahkan tadi dirinya yang melarang Ansel mengeluarkan milik nya.
Rinjani terus merintih dan menyebut berkali-kali nama Ansel, saat seperti ini Rinjani mencoba mengapai apapun yang bisa digapai tangan nya, rambut Ansel, punggung Ansel apapun itu bahkan Rinjani tak segan mengigit jari-jari Ansel untuk meredam suara nya, Ansel masih sangat muda sehingga staminanya juga masih sangat bugar, Rinjani terus di dera dari menjelang pagi sampai benderang.
Baru setelah itu Ansel melepaskan nya, Rinjani bahkan sampai merasa kebas dan kehabisan tenaga meski hanya untuk merintih.
Dulu bersama Nurry meski suaminya sedikit kasar, apalagi saat ada masalah Rinjani selalu jadi pelampiasan peredam rasa marah, tapi tak seperti ini rasanya, hanya perih dan panas, tetapi dengan Ansel yang lembut Rinjani bisa luar biasa terkuras tenaganya.
Rinjani seperti kain yang tersampir di bahu kokoh Ansel bahkan untuk merebahkan dirinya Rinjani sudah sangat lemas .
Ansel tak mengatakan apapun, pemuda itu mengendong tubuh polos Rinjani ke dalam kamar mandi, Rinjani tak ubahnya anak kecil sama sekali tak risi meski berada di dalam gendongan Ansel, tubuh mereka masih sama-sama polos, kemana perginya rasa malu Rinjani mungkin kah menguap tanpa sisa??
Ansel mengisi bathtub dengan air hangat dan menurunkan lembut tubuh istrinya.
" Berendam sebentar sayang, biar tubuh mu rileks" Ansel mengatakan itu dengan senyum lembut bahkan sebelum pergi Ansel mencium kening Rinjani sedikit lama.
Entah sudah berapa lama Rinjani tertidur, tetapi yang pasti saat mata bulat almond nya terbuka dirinya sudah berada di dalam kamar dan berbaring lembut di ranjang, keadaan di luar juga sudah terang bahkan sangat terang
Rinjani terkejut saat Ansel masuk kedalam kamar mereka dengan mengendong si kembar.
" Kau sudah bangun?? sayang aku sudah membelikan makan untuk mu, makanlah, anak-anak sudah makan semua"
Pipi Rinjani bersemu merah saat melihat jam di dinding kamarnya.
Rinjani menatap suaminya yang terlihat begitu tampan hari ini, meskipun hanya memakai baju santai
" Ansel jadi aku ngak sholat subuh??"
" Sayang sepertinya tadi kamu pingsan" jawab pemuda itu meringis.
" Tidak separah itu Ansel"
" Tapi sudah ku bangunkan berkali-kali kamu tetap tertidur nyenyak di dalam bathtub"
Rinjani menatap tubuhnya yang terbalut selimut dan baju lengkap bahkan baju dalam pun dirinya pakai, apa Ansel mengurus nya sampai segitunya?
" Bi Mary sudah pulang??"
" Ya' beliau sangat menghawatirkan keadaan mu , Sayang makan lah, dan minum vitamin di samping sarapan mu, maafkan aku yang terlalu berlebihan"
Hampir saja Ansel akan mencium kening Rinjani, andai saja suara si kembar tak menyadarkan nya.
" Daddy tulun, aku mau cium mommy!" Ivan dan Ivander segera turun dari gendongan Ansel dan berlari untuk naik ke atas tempat tidur.
Rinjani tersenyum, bahkan si kembar sudah berkeringat, tanda bahwa mereka sudah melewati hari yang panjang, sedangkan dirinya sendiri baru saja bangun.
" Kalian mandi sama Oma??"
" No mom, mandi sama Daddy" Ivan menunjuk Ansel
" Tadi aku yang menjemput mereka, sekalian mencarikan mu makan dan vitamin, Maafkan aku, karena kemampuan memasak ku sangat buruk" Ansel mengaruk tengkuknya yang tidak gatal
" Kata Bi Mary kau sering memasak sendiri??"
Pemuda itu tertawa " Iya untuk diriku"
" Nah itu bisa, lain kali aku ingin coba"
Kali ini tawa Ansel lebih nyaring.
" Bi Mary sudah membohongi mu , jika untuk ku aku hanya memakan kentang rebus apa susah nya"
Rinjani mencibir tetapi tidak mendebat pemuda itu, karena Rinjani kembali fokus pada kedua putranya
" Kita turun Boy! Biar Mommy makan dan minum obat agar lekas sembuh, nanti kita bisa liburan lagi oke??"
Ansel merentangkan kedua tangannya, kedua anak laki-laki itu langsung melompat ke dekapan Ansel, padahal Ivan dan Ivander cukup berat tetapi Ansel masih suka mengendong mereka bahkan bersamaan seperti ini.
" Aku turun dulu, makanlah"
Rinjani tersenyum dan mengangguk. Namun Rinjani kembali bertanya
" Ansel, kemana Rania??"
" Tidur siang, dia sangat mencemaskan mu, lekas sembuh sayang , makan dan cepat minum obat dan vitamin mu, aku akan segera kembali" Pemuda itu turun membawa kedua putra Rinjani menyisakan Rinjani yang menatap punggung Ansel dengan pandangan tersentuh.
Rinjani meraba dadanya, di sana tidak ada rasa bersalah ataupun cemas yang berarti, apakah Nurry ikut bahagia??
Rinjani meremas gumpalan selimut yang menutupi tubuhnya.
'Kak aku sudah mengikhlaskan kepergian mu, semoga kamu bahagia di sana, Restui hubungan kami, doakan aku bisa menjadi istri yang baik untuk adik mu'
Memang harus seperti ini
Satu hal yang perlu di sadari bahwa Rinjani selayaknya bersyukur atas kehidupan yang masih bisa ia rasakan. Meski ditinggalkan orang tersayang, bukan berarti dunia runtuh dan kehidupan berakhir begitu saja, Mencoba untuk memandang jauh ke depan dan kembali perjuangkan hidupnya. Rinjani harus tetap berdiri tegak, demi ketiga anaknya dan tak akan mem biarkan kesedihan menguasai dan membuatnya hancur, terlebih kini ada Pemuda yang mencintai nya luar biasa.
Rinjani meraih makanan yang sudah dibelikan untuk nya oleh Ansel, memakannya dengan lahap dan segera meminum vitamin dan obat yang juga disediakan oleh suaminya.
Sebenarnya memang Rinjani sangat lapar, jadi mudah baginya untuk menghabiskan satu porsi makanan itu dengan cepat.
Tepat saat selesai dengan makan nya Ansel masuk.
Ansel ikut bergabung bersama Rinjani dan membungkuk di hadapan istrinya.
" Aku sama sekali tak berniat menyakiti mu" Ansel menyapu kening Rinjani lembut.
" Aku terlalu bahagia bisa memilikimu seutuhnya, sampai aku mengabaikan perasaan mu"
Sebenarnya tidak hanya Ansel yang bahagia setelah apa yang mereka lalui, nyatanya Rinjani sangat merasa bahagia dengan hadiah yang bahkan tidak perlu dibeli hanya saling memberi dan menerima dengan sentuhan keintiman yang membuat segala batas di antara mereka runtuh, rasa lega luar biasa juga menyeruak ketika Rinjani bisa membuat pemuda di hadapannya menyempurnakan pernikahan mereka.
" Maafkan aku" Rinjani meraih tangan Ansel yang menyisir surai nya dan membawanya untuk di kecup
" Kenapa minta maaf, aku istri mu, kau bisa meminta apa saja dari ku Ansel" Rinjani ikut membelai dada Ansel yang terasa hangat.
" Jangan seperti ini nanti aku khilaf."
" Demi Tuhan aku bersedia Ansel, tetapi aku sangat mengantuk" Rinjani menatap sayu suaminya, Rinjani tiba-tiba memang sangat mengantuk.
" Istirahat lah."
" Apa anak-anak tidur??"
" Ya, mereka bersama suster" Jawab Ansel.
" Ansel temani aku" Manja Rinjani yang mampu membuat perasaan pemuda itu membuncah
Ansel membaringkan tubuhnya di samping Rinjani, tangan Rinjani juga langsung melingkar di perut nya bahkan wanita itu menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Ansel.
Ansel cukup terkejut dengan sikap Rinjani, tetapi tak hayal senyum pemuda itu tersungging, Ansel begitu bahagia sampai air matanya pun menitih.
bisakah ada cerita lagi tentang mereka di kehidupan ke2 kak nurry sama istri pertamanya dan rinjani sama ansel....
semangat terus dlm berkarya
nitip satu dong buat mantu yah...
kok bisa kecolongan sama tante sendiri...?
tetap semangatin Sel...