Tiba-tiba saja nenek menyuruhku menikah dengan pria kurang mapan. Aku adalah seorang wanita yang memiliki karier mapan!! Apa yang harus aku lakukan? Kenapa nenek memilih laki-laki dibawah standarku? Apa sebenarnya tujuan nenek?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ErKa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ch 14 - Malam yang Panjang
Rizal langung memeluk tubuh istrinya dengan erat, tidak
membiarkan bahkan udara sekalipun berada diantara mereka. Tia semakin
mendekatkan tubuhnya ke tubuh Rizal. Karena sudah tidak bisa menahan diri,
Rizal langsung mencium bibir Tia. Karena tidak mendapatkan perlawanan, Rizal
melakukan hal yang lebih jauh lagi. Pelan-pelan dia melumat bibir istrinya
dengan lembut. Tanpa sadar Tia mulai membuka mulutnya. Membuat Rizal lebih
leluasa untuk menjelajahi setiap rongga mulutnya. Rizal berlama-lama menikmati
kelembutan mulut istrinya. Tangannya mulai meraba-raba punggung Tia. Menelusuri
setiap punggung Tia dengan tangan rakusnya.
Tia mengerang dalam posisi mata masih terpejam. Rizal terkejut dan segera menghentikan kegiatannya. Rizal
membuka matanya dan menatap Tia lekat-lekat. Dia bersiap-siap untuk menerima
sebuah pukulan, tamparan atau apapun itu yang layak dia dapat karena sudah
melanggar perjanjian mereka. Dan sepertinya
Tia masih saja tertidur. Dia tidak sadar bahwa Rizal mencium.
Yang dia bahwa itu semua hanya ada dalam mimpinya saja. Rizal merasa sedikit
bersalah.
Rizal menjauhkan tangan Tia yang masih memeluknya. Dia
berjalan menjauh dari tempat tidur. Dia takut akan melakukan sesuatu yang ‘di
inginkan’ nya. Di saat seperti yang dia butuhkan hanyalah sebatang rokok. Namun
dia sudah lama berhenti merokok. Karena bingung harus melakukan apa, akhirnya
Rizal memutuskan untuk mandi.
Guyuran air dingin sedikit menyadarkannya. Sengaja dia berlama-lama dibawah air untuk
menjernihkan kepalanya yang kotor. Rizal berpikir bahwa dia sudah tidak bisa menahan diri lagi. Apa yang harus dilakukannya?? Tidur ditempat terpisah? Tapi itu sama saja dengan
membunuhnya secara perlahan-lahan. Sudah lama dia mendambakan wanitu itu. Sudah
lama pula dia berusaha membujuk nenek agar mau menerima lamarannya? Bila mereka
harus terpisah penderitaannya akan semakin besar.
Rizal menghela nafas berat. Dia tidak punya solusi untuk
masalah ini selain dia harus tetap menjalankan kehidupan pernikahannya seperti
biasanya. Selesai mandi, Rizal memutuskan untuk tidur di sofa ruang tamu. Dia
pengecut. Dia tidak yakin dirinya akan mampu menahan hawa nafsunya lagi bila
harus tidur di dekat wanita itu. DASAR RUBAH KECIL PENGGODA!! Pikir Rizal
masam. Meskipun tidur di sofa tidak senyaman tidur di kasur, namun Rizal
berusaha memejamkan matanya dan mencoba untuk tidur lelap.
Pagi hari Rizal terbangun oleh goncangan lembut ditubuhnya.
“Nak…Nak Rizal… Bangun Nak… kenapa tidur disini? Kenapa
tidak tidur dikamar?” Rizal mengucek-ucek matanya dan melihat nenek didepannya.
“Eh iya Nek... Saya ngorok Nek, takut mengganggu tidur Dek
Tia. Kasian adek kalau tidurnya terganggu. Hari Senin dia masih harus bekerja.”
“Ya gak gitunya juga Nak. Kamu Senin juga kerja, bukan dia
saja yang kerja. Benar-benar keterlaluan anak itu. Maaf ya Nak Rizal, nenek
tidak mendidiknya dengan baik.” Nenek berkata dengan raut wajah penuh
penyesalan. Rizal merasa bersalah.
“Benar Nek gak apa-apa. Saya yang memutuskan untuk tidur
disini. Bukan dek Tia yang nyuruh.” Rizal
berusaha meyakinkan Nenek.
“Ya sudah kalau gitu, Nak Rizal sholat dulu ya nanti kita
sarapan bersama. Nenek mau membangunkan istri nakalmu itu dulu.”
Mereka sarapan bersama dalam diam. Sesekali Rizal mencuri
pandang pada Tia. Pandangannya tertuju pada bibir Tia. Dia ingat rasa bibir
itu. Bibir yang dilumatnya semalam. Bibir yang sangat lembut, manis dan nikmat…
Klotaaaakk
Rizal menjatuhkan sendoknya. Dengan gugup Rizal
mengambil sendoknya kembali.
“Waduh kok sampai jatuh Nak. Jangan dipakai sendok yang
kotor itu. Ndu, ambilkn sendok baru buat suamimu.” Perintah nenek. Dengan tidak
ikhlas Tia berjalan ke dapur dan mengambil sendok baru.
“Nih... Ati-ati dong makannya.” Tia menyodorkan sendok.
Rizal menerimanya dengan gugup. Dia tidak berani memandang wajah Tia. Dia
merasa bersalah karena melakukan hal itu tanpa sepengetahuan dan persetujuan
istrinya. Dia merasa menjadi pencuri!! Iya, dia memang seorang pencuri. Yang
mencuri ciuman istrinya secara diam-diam!!
***