NovelToon NovelToon
Nikah Muda Karena Terpaksa

Nikah Muda Karena Terpaksa

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda
Popularitas:3.5k
Nilai: 5
Nama Author: Orie Tasya

Damian pemuda urakan, badboy, hobi nonton film blue, dan tidak pernah naik kelas. Bahkan saat usianya 19 tahun ia masih duduk di bangku kelas 1 SMA.

Gwen, siswi beasiswa. la murid pindahan yang secara kebetulan mendapatkan beasiswa untuk masuk ke sekolah milik keluarga Damian. Otaknya yang encer membuat di berkesempatan bersekolah di SMA Praja Nusantara. Namun di hari pertamanya dia harus berurusan dengan Damian, sampai ia harus terjebak menjadi tutor untuk si trouble maker Damian.

Tidak sampai di situ, ketika suatu kejadian membuatnya harus berurusan dengan yang namanya pernikahan muda karena Married by accident bersama Damian. Akan tetapi, pernikahan mereka harus ditutupi dari teman-temannya termasuk pihak sekolah atas permintaan Gwen.

Lalu, bagaimana kisah kedua orang yang selalu ribut dan bermusuhan ini tinggal di satu atap yang sama, dan dalam status pernikahan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Orie Tasya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 27

Satu hal yang Gwen rasakan sekarang adalah.... Aneh.

Gwen merasa aneh dengan dirinya sendiri, ketika pikirannya dipenuhi dengan bayangan Damian yang tersenyum siang tadi di kantin.

Gara-gara Damian, otak Gwen jadi ngelag sesaat. Dia bahkan tak paham apa yang terjadi dengan dirinya sendiri.

Mendapat predikat jomblo seumur hidup membuatnya kurang mengerti masalah percintaan.

"Sumpah cakep banget," gumam Gwen tiba-tiba. Ia sampai tak sadar jika Axel memperhatikannya dari tadi.

Ya, Axel. Mereka sekarang tengah berada di tempat parkir, Axel memintanya menemani ke toko buku.

Padahal Gwen sudah menolaknya, tapi Axel tetap keras kepala. Alasannya, karena Gwen adalah juara umum di sekolahnya yang lama, jadi isi pikiran mereka pasti sama dengan buku-buku mata pelajaran.

"Siapa yang cakep, Gwen?" tanya Axel.

Gwen gelagapan, sial. Ia memukul bibirnya sendiri karena melantur bicara. "Eh, enggak kok. Tuh gue lagi bayangin aktor baru favorit gue. Sumpah mukanya cakep banget." Dia beralasan. Padahal dia tengah terbayang-bayang wajah suaminya.

"Oh," ucap Axel. Padahal dia sudah mengkhayal, jika Gwen tengah membayangkan dirinya. Pasti dia bakal salto, kalau sampai Gwen mengatakan ia tampan.

"Ya udah ayo buruan. Keburu sore, Xel."

Gwen baru saja ingin naik ke motor milik Axel, namun ponselnya berbunyi. Ada nama 'Titisan Voldemort' berkedip di layar ponselnya.

"Siapa Gwen?"

Gwen buru-buru menyingkirkan ponselnya, takut Axel melihat. Bukan apa-apa, nanti pemuda itu malah menginterogasinya panjang lebar. "Oh, dari Dirly kok. Bentar ya, Xel. Gue angkat dulu."

Gwen berlari ke arah pintu gerbang, dan Axel sempat ingin mengikutinya, namun bahunya ditepuk dari belakang. Ada sosok Jane di sana bersama Mika.

"Eh kalian berdua, Kok kalian belum balik?" tanyanya.

"Nungguin si Jun, gue mau nebeng. Soalnya tadi bawa mobil. Lo sendiri belum balik?" Jane bertanya.

"Tuh nungguin, Gwen. Gue mau ajakin ke toko buku."

Axel sempat was-was, jika saja kedua gadis ini malah ingin ikut, habis sudah ia yang bermaksud mengajak Gwen ke toko buku dengan niat kencan terselubung itu bisa gagal.

"Oh lo mau ke toko buku, ki-"

"Lo berdua nggak usah ikut, kita mau bahas pelajaran. Lo berdua nggak akan paham deh, beneran."

"Jangan ngehina lo, iya yang juara kelas terus. Tau deh," sindir Mika, dan Axel hanya menyengir.

"Sorry deh, tapi ini penting. Jadi, please lo berdua nggak udah ikut dulu." Axel menangkupkan kedua tangannya di depan wajah.

Kedua gadis itu mendengus malas. Jane melirik Axel, mencium aroma-aroma pendekatan yang akan Axel lakukan pada Gwen. Hati Jane cukup sakit, namun sekali lagi, Jane mencoba melupakan rasa sukanya pada Axel. Tak mau persahabatan mereka rusak, hanya karena perasaan bodoh di hatinya. Tetapi tetap saja, hati Jane merana.

"Lo mau nembak, Gwen?" tanya Jane tanpa basa-basi.

Uhuk.

Axel langsung terbatuk-batuk, kenapa Jane bisa menebak pikirannya. "Eh apaan? Nggak kok."

Mika dan Gwen menyipitkan mata, memajukan wajah ke arah Axel, dan si empunya langsung memundurkan langkah. "Nggak usah bohong."

"Siapa yang bohong, en-enggak kok."

"Muka lo udah kelihatan mupeng, udah deh Xel. Kalau mau nembak si Gwen sih tembak aja, ntar perayaannya setelah lo pulang dari olimpiade. Kan ko udah janji tuh ngajakin kita liburan ke Bali, ya nggak Jane?" Mika melirik Jane. Entah perasaan Mika saja, atau bagaimana, wajah Jane berubah suram sekali sore ini.

Axel menggaruk belakang kepalanya. "Ya udah deh doain gue ya, moga diterima."

Mika tersenyum lebar, berbeda dengan Jane. Gadis itu hanya mengulum senyumnya. Meskipun telah merelakan, tapi tetap saja hatinya nyeri.

"Asyik, dapat PJ nih. Jane ntar kita minta traktir nih si Axel kalau beneran jadian sama Gwen."

"Oh, iya. Gue balik duluan deh kalau gitu." Jane tak kuat, hatinya berdenyut nyeri. Dia tak mau Axel tahu perasaannya. Jikapun tahu juga percuma, soalnya Axel lebih memilih Gwen.

"Jane, lo nggak jadi balik bareng Jun!" teriak Mika,

namun Jane memilih acuh, dan berlari ke arah gerbang.

Mika dan Axel mendengus, mereka saling lirik. Mika hanya bisa mengedikkan bahu, dan berlari menyusul Jane. Sementara itu di depan gerbang, Gwen tengah mengangkat panggilan dari Damian.

"Apaan lo nelpon gue?"

"Lo di mana, buruan balik? Gue udah nungguin lo di bawah pohon, seratus meter dari sekolah."

"Lo balik duluan aja, gue mau ke toko buku sama Axel," jawabnya.

Di bawah pohon tak jauh dari sekolah, Damian sudah mengamati gerak-gerik sang istri yang tengah berdiri di depan pintu gerbang.

Bibirnya menggerutu, sedikit kesal karena Gwen harus pergi dengan Axel.

"Ngapain Lo sama cowok sok iyes itu? Balik cepetan, gue tunggu."

"Lah, gue udah kadung janji sama Axel, ya nggak enak lah, Dam."

"Terus lo nebeng sama dia pakai motornya itu?"

"Ya iyalah, masa mau naik pesawat. Ada-ada aja ih lo."

"Apaan naik pesawat, naik mobil aja lo alergi."

Padahal Gwen sempat terpesona tadi di kantin, sekarang sudah hilang pesona Damian karena mulutnya yang suka menghina.

"Nggak usah ngehina. Udah gue jalan duluan. Lo balik aja"

Damian mendengus. "Gue ikut kalau gitu."

"Ngapain lo ikut? Nggak usah deh, lo nggak bakal paham masalah perbukuan. Lagian kalau lo ikut si Axel bisa curiga tuh."

Damian mendengus malas. Masalahnya dia tak rela jika Gwen hanya pergi dengan si Axel itu.

"Nggak, pokoknya gue mau ikut."

Gwen memutar jengah kedua bola matanya.

"Nggak usah, Dam. Gue cuma bentar doang. Gue cuma takut si Axel nanyain macem-macem, udah ya. Si Axel bisa curiga," ujar Gwen, dan langsung mematikan sambungan panggilannya.

Gwen baru saja akan berbalik setelah mematikan sambungan teleponnya, bersamaan dengan Jane yang berlari dari arah halaman sekolah, dan tak sengaja menabrak tubuh Gwen.

"Jane, buru-buru banget?"

Jane tak bicara apapun, dia memilih bungkam. Hanya tersenyum tipis seolah tak ada apapun.

"Lo kenapa Jane? Kok diem?" tanyanya.

Jane menggeleng cepat, mencoba menahan laju air matanya. "Gue nggak apa-apa, Gwen. Gue lagi buru-buru aja. Gue duluan ya, Gwen," ujarnya, dan Gwen hanya mengangguk dan berjalan menuju tempat parkir kembali.

Dia juga sempat bertemu Mika, namun saat Gwen bertanya soal Jane ke Mika. Gadis itu juga tak tahu menahu tentang Jane.

***

"Nah itu si Damian tuh, dia turun di depan toko buku," ujar Jason yang menunjuk ke arah di mana Damian berjalan, setelah turun dari mobil dan masuk ke toko buku.

"Makin aneh dia, biasanya maennya ke karaokean sekarang ke toko buku. Bener sih dugaan lo, Jas. Pasti ada apa-apa dengan Damian." Axton menimpali.

"Kan gue udah bilang ke kalian berdua, kalau temen kita itu pasti lagi ngerahasiain sesuatu. Nih jiwa kepo gue udah meronta-ronta, turun cepetan."

Ketiganya langsung turun dari angkutan yang disewa oleh Jason untuk memata-matai Damian.

"Masnya belum bayar nih ongkosnya!" teriak si supir angkot.

"Bayar bego, mau nipu supir angkot, lo?" ujar Christ.

"Gue nggak ada duit, Christ. ATM gue kosong, kemarin nilai gue jeblok lagi, tuh Nyokap gue murka. Terus yang mau bayar siapa?" Jason justru balik bertanya.

"Ya lo lah. Kan lo yang nyewa, lagian lo nggak ada modal banget sih, Jas. Mau jadi mata-mata naiknya angkot. Nggak elit banget kita ini," gerutu Axton.

"Lo berdua kalau jadi orang jangan bego-bego banget. Kalau kita pakai mobil lo atau gue, pasti si Damian langsung tahu. Orang warna mobil lo norak banget. Dari pabriknya warna putih, malah loh cat merah kuning ijo," sindir Jason pada Axton.

"Kaya mobil lo nggak norak aja, udah warnanya kuning ngejreng malah ditempelin stiker patrick, gedhe-gedhe lagi," Axton balik.

"Eh lo berdua debat aja, tuh Mamang angkotnya udah nungguin."

Jason tersenyum aneh. "Mang boleh ngutang, nggak?" ujarnya sambil senyam-senyum tak jelas.

"Enak aja, nggak boleh. Bayar sekarang."

"Ton, Christ, kalian berdua bawa duit, nggak?"

Christ menggelengkan kepalanya, lalu mengeluarkan selembar uang dengan nominal 50 rb pada si supir angkot.

"Makasih ya Mas," ujarnya dan si supir angkot langsung melesat pergi.

"Udah buruan yok ikutin si Damian."

Mereka bertiga lantas berjalan menuju ke arah toko buku di mana Damian masuk.

***

Di dalam toko buku, Damian mengamati Gwen dan Axel. Kedunya tengah memilih buku di rak khusus buku pelajaran.

Dari tadi rasanya ia ingin menghajar si Axel karena terus mencuri-curi pandang ke arah sang istri.

"Tuh mata cowok sok iyes pen gue colok rupanya," gumamnya. Tetapi, Damian masih menahan emosinya dengan menghembuskan napas pelan-pelan. "Kalem, Dam. Kalem, kalau gue colok mata tuh cowok di sini, bisa dikeroyok orang gue."

Damian kembali mengamati keduanya, yang masih berkeliling, dan tak jauh dari Damian berdiri, ketiga pemuda itu juga tengah menguntit si berandalan sekolah.

"Nah bener apa gue bilang. Damian punya rahasia, ngapain juga dia ngikutin si Axel dan Gwen. Pasti ada sesuatu," ujar Jason. Namun, tubuh Axton tiba-tiba merinding.

"Wah jangan-jangan si Damian nih diem-diem naksir si Axel."

Plak!

Dua pukulan bersamaan dilayangkan Jason, dan Christ tepat di kepala Axton.

"Bego tuh jangan dipelihara. Lo pikir temen kita tuh homo."

"Gue kan cuma nebak, njirr."

"Nebak sih nebak, kalau si Damian tahu, udah habis lo sama dia. Temen kita tuh emang wajahnya mirip Miss Universe, tapi dia masih suka melon kembar." Jason dengan segala otak kotornya kembali menjawab.

"Udah jangan berisik, ketahuan mampus." Ketiganya kembali memfokuskan pandangan pada sosok Damian, yang masih berdiri di dereta rak khusus novel.

Pemuda itu kadang menunduk, menyembunyikan wajahnya di antara rak buku, agar Gwen tak tahu jika dirinya tengah mengikutinya.

Sementara Gwen kini tengah mengambil buku yang akan ia beli di atas rak. Sialnya, karena tinggi tubuhnya tak sampai, tiba-tiba Axel berdiri di belakangnya, dan mengambilkan buku tersebut.

"Kenapa lo diem aja? Nggak minta bantuan gue buat ngambilin tadi."

Gwen agak canggung berdiri sedekat ini dengan Axel. Apalagi wajah mereka begitu dekat. Aneh, saat dekat seperti ini dengan Axel, dadanya baik-baik saja, tidak sama seperti ia tengah bersa Damian. Jantungnya pasti jedag jedug.

"Oh, gue pikir gue bisa ngambil. Makasih, Xel," Ujarnya, tidak tahu saja jika sosok Damian sudah mulai terbakar api cemburu.

Gwen hampir kembali melangkah, namun lengannya ditarik oleh Axel. Gwen otomatis berhenti, dan berbalik menatap si juara kelas.

"Ada apa, Xel?" Ia melihat ke kanan dan kekiri, merasa tak nyaman ketika tangannya digenggam oleh Axel.

"Gwen, gue mau ngomong sesuatu sama lo."

Alis Gwen berkerut samar. Tiba-tiba ia merasa takut sekarang.

"Iya, mau ngomong apa?"

Axel menunduk, menggaruk kepala belakangnya yang tak gatal dengan gestur tubuh gugup.

"Ada apa, Xel?" Gwen sudah semakin tak nyaman dibuatnya.

Gwen bisa melihat, jika Axel tengah menarik napas dalam-dalam. Dia yakin Axel tengah gugup sekarang.

"Xel!" seru Gwen.

Axel mendongak, ia mengambil tangan Gwen yang satu untuk ia genggam juga. Melengkungkan senyum manis, yang sayangnya tak mampu membuat hati Gwrn bergetar.

"Gwen, sorry sebelumnya. Tetapi, gue harus ngomong ini ke lo. Gue, gue su...."

Tepat sebelum Axel menyelesaikan ucapannya,

Damian sudah meluncur dan berdiri di depan Gwen. Menyentak tangan Axel yang tertaut dengan jemari milik Gwen.

...***Bersambung***...

1
Lasmin Alif nur sejati
kenapa aku ikut deg degan ya 🤣🤣🤣🤣
Lasmin Alif nur sejati
ceritanya seru thorr, semangat terus nulisnya ya thorr🤭
Ciaaaa: Terima kasih banyak kak, author makin semangat nulis kisahnya🤩
total 1 replies
kalea rizuky
lanjut donk yg banyak q ksih bunga lagi deh
kalea rizuky
q ksih bunga biar banyak up ya thor
Ciaaaa: hihii boleh dong, tapi sabar yaa author lagi ada kerjaan nanti di up lagi😊
total 1 replies
kalea rizuky
nah gt jangan mau di injak injak Gwen gue suka cwek. tegas g menye2
Lasmin Alif nur sejati
lanjut thor
Ciaaaa: sabar ya kak, masih mikir kata" yang akan di rilis😄
total 1 replies
Lasmin Alif nur sejati
semangat thorr
Lasmin Alif nur sejati
mau jadi suami bucin nantinya 🤣
Lasmin Alif nur sejati
kasihan sekali si gwen
Lasmin Alif nur sejati
semangat thorr💪
Ciaaaa: Terima kasih kak, silahkan baca bab selanjutnya🙏
total 1 replies
kalea rizuky
lanjut donk
kalea rizuky
jangan mau Gwen cowok bekas
kalea rizuky
dih Damian tukang celup ya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!