NovelToon NovelToon
Langit Yang Kedua

Langit Yang Kedua

Status: sedang berlangsung
Genre:Beda Usia / Romansa pedesaan / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Janda / Cinta Seiring Waktu / Cintapertama
Popularitas:3.2k
Nilai: 5
Nama Author: Starry Light

Hagia terkejut bukan main karena dirinya tiba-tiba dilamar oleh seorang pria yang jauh lebih muda dari usianya. Sebagai seorang janda beranak satu yang baru di ceraikan oleh suaminya, Hagia tidak menyangka jika tetangganya sendiri, Biru, akan datang padanya dengan proposal pernikahan.

"Jika kamu menolakku hanya karena usiaku lebih muda darimu, aku tidak akan mundur." ucap Biru yakin. "Aku datang kesini karena aku ingin memperistri kamu, dan aku sadar dengan perbedaan usia kita." sambungnya.

Hagia menatap Biru dengan lembut, mencoba mempertimbangkan keputusan yang akan diambilnya. "Biru, pernikahan itu bukan tentang kamu dan aku." kata Hagia. "Tapi tentang keluarga juga, apa kamu yakin jika orang tuamu setuju jika kamu menikahi ku?" ucap Hagia lembut.

Di usianya yang sudah matang, seharusnya Hagia sudah hidup tenang menjadi seorang istri dan ibu. Namun statusnya sebagai seorang janda, membuatnya dihadapkan oleh lamaran pria muda yang dulu sering di asuhnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Starry Light, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 14

Beberapa hari ini, Hagia terlihat sibuk bepergian, dan saat di rumah, wanita itu juga terlihat sibuk dengan banyaknya telepon masuk. Semua itu tak luput dari perhatian Malik, namun pria paruh baya itu hanya diam dan tidak ingin mengganggu kesibukan sang anak. Malik tahu jika Hagia harus bekerja keras untuk menafkahi dirinya sendiri dan Hasya.

Meskipun Malik sangat mampu membiayai anak dan cucunya, tapi Hagia selalu menolak bantuannya. Ibu satu anak itu sangat bekerja keras, ia akan datang dan minta bantuan pada Malik, jika sudah menemukan jalan buntu. Tapi, berkat keuletan dan kegigihannya, Hagia selalu mempunyai jalan keluar dari setiap masalahnya.

"Bapak denger, kamu habis dari kantor notaris?" tanya Malik. Beberapa hari yang lalu ia sempat mendengar kata-kata 'kantor notaris' saat Hagia berbicara dengan seseorang melalui sambungan telepon.

Hagia baru saja meletakkan teh jahe untuk Malik. "Iya," jawabnya, wanita berhijab itu duduk di samping Malik dan mengambil tangannya, kemudian memijat-mijat dengan lembut. "Hagia jual rumah yang di perum Taman Indah," ujar Hagia membuat Malik terkejut.

"Bukannya rumah itu baru lunas dua tahun yang lalu?" tanya Malik, penasaran.

Hagia menghela napas berat. "Ya, tapi dari pada gak di tempati. Mending di jual aja," kata Hagia sambil memijat tangan Malik. "Lumayan uangnya untuk tabungan sekolah Hasya," sambungnya sambil terus memijat tangan Malik.

Malik tampak semakin bingung. "Kalau memang untuk tabungan sekolah Hasya, kenapa di jual sekarang? Kan kalau di jual 10 tahun lagi, pasti harganya lebih mahal." kata Malik, menyayangkan keputusan Hagia yang menjual rumahnya.

Hagia tersenyum. "Hagia tahu apa yang bapak pikirkan. Tapi, teman Hagia lagi cari rumah, kebetulan dia tahu kalau rumah itu kosong, jadi ya ...,"

"Kamu langsung jual rumah kamu, begitu?" tebak Malik.

Hagia mengangguk pelan. "Hitung-hitung bantu teman, Pak. Kalau mikirin urusan duniawi terus, gak akan ada kata cukupnya." kata-kata Hagia membuat Malik terdiam.

Hagia tidak mengatakan alasan sebenarnya, mengapa ia menjual rumahnya. Namun ia tidak sepenuhnya berbohong, karena yang membeli rumah itu memang temannya, meskipun bukan teman dekat. Karena Hagia tidak punya teman dekat, wanita itu terlalu sibuk belajar dan bekerja sejak usia muda.

"Assalamualaikum," suara salam dari luar pintu membuat bapak dan anak itu saling melihat.

"Walaikumsalam," ucap mereka bersamaan.

"Bapak ada janji sama orang?" tanya Hagia.

Malik menggeleng. "Cepat buka pintunya," titah Malik membuat Hagia beranjak dari duduknya dan membuka pintu.

Ceklek...,

Pintu itu terbuka, dan terlihat sosok pria dengan kain sarung, baju koko dan peci hitam berdiri dengan senyuman menawan.

"Bi-Biru," ucap Hagia gugup, ia tidak menyangka jika Biru yang datang.

"Bapak ada, mbak?"

"Emm, ada kok." katanya. "Ayo masuk," Hagia membuka lebar pintunya dan mempersilahkan Biru masuk.

"Bapak," ucap Biru menyalami tangan Malik.

Malik tersenyum melihat kedatangan Biru. "Kamu sendirian?" tanya Malik.

Biru tersenyum dan mengangguk. "Sekarang iya, sendirian." jawabnya.

Hagia yang masih berdiri di ambang pintu, langsung pergi ke dapur untuk membuat minuman hangat. "Silahkan di minum teh nya." ucap Hagia menyuguhkan secangkir teh untuk Biru.

"Terimakasih." ucap Biru tersenyum, lalu pria itu menatap Malik. "Kedatangan Biru kesini, untuk memberi tahu bapak dan mbak Hagia. Kalau besok keluargaku akan datang melamar." kata-kata Biru terdengar sangat serius, apa lagi tatapan matanya.

Malik manggut-manggut mendengar penuturan Biru. "Kalau bapak sama sekali tidak masalah, tapi semua keputusan ada di tangan Hagia." kata Malik. Hagia menoleh sambil meremas tangannya.

Biru beralih menatap Hagia, berharap jika wanita itu setuju. "Jangan menolakku, ya Mbak." pinta Biru. "Aku tahu semua keputusan ada padamu, dan aku sedikit memaksamu untuk menerima lamaran keluarga ku. Tolong katakan iya, jangan sampai bilang tidak." mendengar kata-kata Biru membuat Malik melipat mulutnya.

Bisa-bisanya Biru melamar dan memaksa di hadapannya, seolah Biru adalah bujang lapuk yang kehabisan stok wanita untuk di nikahi. Padahal, dengan visual dan latar belakang yang ia miliki, Biru dengan sangat mudah bisa mendapatkan gadis manapun, namun pilihan Biru jatuh pada Hagia.

"Untuk apa melamar kalau kamu memaksa?" kata Hagia, dirinya masih ragu untuk kembali berumah tangga. Apalagi masa Iddah nya belum lama selesai, apa kata tetangga nanti?.

Biru menghela napas berat, dalam hatinya membenarkan apa kata Hagia. "Aku takut kamu menolakku." kata Biru. "Aku mencintaimu, sekali lagi aku katakan kalau aku sangat mencintaimu. Saat aku memikirkannya pernikahan, hanya kamu yang aku inginkan sebagai mempelai wanitanya. Saat aku memikirkan berumah tangga, kamulah yang aku inginkan menjadi istri, ibu dari anak-anakku." kata Biru tanpa malu meskipun disana ada Malik.

"Kita sama-sama sudah dewasa. Jangan berpikir hanya karena kamu lebih tua jadi kamu tahu segalanya, dan aku tidak tahu apa-apa. Jangan menolakku hanya karena status janda dan bujang, apalagi perbedaan usia, tolong jangan lakukan itu." pinta Biru penuh harap.

Hagia bisa melihat dan merasakan keseriusan setiap kata yang terucap dan sorot mata Biru. "Biru, aku pernah gagal di pernikahan pertamaku. Sebenarnya aku belum siap untuk kembali berumah tangga,"

"Apakah kamu melakukan kesalahan fatal hingga kamu gagal? Apa kamu mengabaikan kewajiban dan tanggung jawab mu? Apa selama menjadi istri, kamu tidak taat pada suamimu?" pertanyaan Biru membuat Hagia terdiam, ibu satu anak itu hanya bisa menundukkan kepalanya.

Biru tersenyum melihat Hagia bungkam. "Itu bukan kegagalan, tapi karena sudah saatnya kamu kembali pada pemilik yang sebenarnya." Hagia mengangkat wajahnya. "Aku sangat yakin jika kamu adalah tulang rusuk ku, berkat doa tulus ku yang meminta tulang rusuk ku kembali, mungkin itulah salah satu alasan kenapa kamu bercerai dengannya." kata Biru, pria itu berusaha keras meyakinkan Hagia agar mau menerima nya.

.....

Sesuai dengan apa yang dikatakan Biru, malam ini keluarga Bachtiar datang ke kediaman Malik, bersama beberapa kerabat dan tetangga dekat, dengan membawa banyak hantaran untuk Hagia. Beberapa tetangga juga ikut menjadi saksi acara tersebut, meskipun mereka terkejut saat mengetahui Hagia sudah menjanda.

Namun malam ini, Hagia akan segera mengakhiri status jandanya, dengan menerima lamaran dari Biru. Membuat bisik-bisik tetangga yang tadinya mulai terdengar, kini senyap. Mengingat pria yang akan mempersunting Hagia adalah Banyu Sagara Albiru Bachtiar, putra sulung kiyai Ismail Bachtiar.

Hagia terlihat sedang mempersiapkan diri di kamarnya, meskipun belum ada rasa cinta di hatinya, namun ia mempersiapkan diri dengan baik dan sedikit deg degan. Padahal, saat dulu Heru melamaranya, Hagia tidak deg degan, perasaannya biasa saja, dalam hatinya hanya berpegang teguh jika ia yakin menerima lamaran Heru dan menjalani biduk rumah tangga dengan baik.

Tapi takdir berkata lain, karena kini Hagia kembali di lamar seorang pria yang sebelumnya tidak pernah ia bayangkan. Usia memang hanya sebuah angka, akan tetapi rasa canggung masih menyelimuti hatinya.

*

*

*

*

*

TBC

1
Chelsea Aulia
Biru bodoh ,,,jangan menikahinya insting seorang wanita itu kuat biru
Vanni Sr
hrusnya yg tau biru nikah siri sm rubah betina , org tua ny dulu. biar mereka jd tameng untk bela hagia
Vanni Sr
tp jujur aja yg tidak d bnerakn sifat dn sikah si halya dn umi ny apa lg. dlingkungn pesantren gtu, pasti hlya.bkal ngelakuin hal nekat lgi dn umk ny mendukung. 1lg bu salma hrus tau gmn gila ny hilya
Vanni Sr
masa iya hagia d buat sakit 2x?? bkn kwjibn biru jg unk peduli sm hagia kalau tindkn ny buat wanita lain sakit hati.
Aryati Ningsih
semangat Thor ..lanjut terus
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!