NovelToon NovelToon
Asmaraloka Gita Mandala

Asmaraloka Gita Mandala

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa / Dark Romance
Popularitas:3.8k
Nilai: 5
Nama Author: Komalasari

Mandala Buana seperti berada di dunia baru, setelah kehidupan lamanya dikubur dalam-dalam. Dia dipertemukan dengan gadis cantik bernama Gita, yang berusia jauh lebih muda dan terlihat sangat lugu.

Seiring berjalannya waktu, Mandala dan Gita akhirnya mengetahui kisah kelam masa lalu masing-masing.

Apakah itu akan berpengaruh pada kedekatan mereka? Terlebih karena Gita dihadapkan pada pilihan lain, yaitu pria tampan dan mapan bernama Wira Zaki Ismawan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Komalasari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

EMPAT BELAS : HADIAH SETIMPAL

“Bagaimana kalau kita berbincang santai di kantor saya?” tawar Wira. Dia mulai bisa menguasai keadaan.

“Kantor?”

Wira mengangguk. “Kantor yang baru selesai dibangun. Letaknya tidak jauh dari sini. Kita bisa memesan makanan secara online.”

Bukan sesuatu yang biasa, tapi itu tidak membuat Gita keberatan. "Baiklah. Terserah Mas Wira saja."

Tak berselang lama, sedan mewah yang Wira kendarai memasuki halaman kawasan ruko yang cukup ramai. Beberapa dari bangunan tersebut diisi oleh para pelaku usaha, termasuk toko. Selebihnya, digunakan untuk kantor yang pada jam seperti itu sudah tutup.

“Mari.” Wira membukakan pintu kaca, kemudian mempersilakan Gita masuk.

Seketika, aroma menyegarkan menyeruak ke dalam indera penciuman. Ruangan di sana begitu nyaman dan sejuk. Furniture serta yang lainnya pun tertata rapi.

“Terlihat masih sangat baru,” ucap Gita, setelah duduk di sofa.

“Memang. Kantor ini baru buka sekitar dua bulan,” sahut Wira. Setelah menggantung blazernya di tempat khusus, dia menghampiri Gita, lalu duduk di dekat gadis itu.

“Jadi, kamu adalah anak angkat Pak Rais?” tanya Wira basa-basi.

Gita hanya menanggapi dengan senyuman.

“Apakah dia selalu seperti ini padamu?” tanya Wira lagi.

“Apa maksudnya dengan ‘seperti ini’?” Gita menatap aneh. Entah hanya berpura-pura, atau benar-benar tidak mengerti dengan pertanyaan yang diajukan Wira.

“Maaf bila menyinggung perasaanmu,” ucap Wira hati-hati. “Saya tidak tahu kenapa Pak Rais memperkenalkan kita dan mengatur pertemuan seperti ini.”

Bukannya tersinggung, Gita justru menanggapi dengan tawa renyah. “Mas Wira langsung setuju atau ….”

“Menurutmu?” Wira tersenyum kalem, diiringi tatapan penuh arti. “Kamu sangat cantik. Pria mana yang bisa menolak kesempatan seperti ini?”

Kalimat bernada sanjungan yang dilontarkan Wira bukannya membuat Gita melambung, tetapi justru membuat gadis itu merasa jadi makhluk paling hina. Terngiang kembali di telinganya, penolakan pedas Mandala kemarin malam. Senyuman manis Gita perlahan memudar.

“Tidak semua pria menyukai kecantikanku, Mas,” ucap Gita pelan.

“Pantaskah bila saya menyebutnya sebagai pria bodoh?”

Gita menggeleng samar, diiringi senyum hambar. “Setiap orang yang terlahir ke dunia membawa ciri khas masing-masing. Begitu juga dengan selera pada objek tertentu. Makanan, pakaian, film, dan cara menilai lawan jenis.”

“Ucapanmu terdengar sangat cerdas.”

“Tidak, Mas. Aku hanya lulusan SMA. Aku sangat berterima kasih karena Pak Rais sudah menjadi ayah angkat yang bertanggung jawab.”

“Lalu, bagaimana dengan orang tua kandungmu?”

Gita tidak langsung menjawab. Dari bahasa tubuhnya, dia seperti enggan membahas tentang mereka. Namun, Gita menghargai Wira. Sedikit jawaban mungkin bisa membuat pria itu puas.

“Mereka merantau ke luar pulau. Aku tinggal bersama nenek dan …. Mas Wira pasti bisa menebak seperti apa kelanjutannya,” terang Gita, diiringi senyum manis, lalu mengalihkan perhatian ke sekeliling ruangan. “Omong-omong, aku suka dengan warna cat dinding ruangan ini. Siapa yang memilih?” Gita kembali menatap Wira.

“Berhubung ini ruangan saya, jadi sudah pasti saya yang memilih sendiri.”

“Selera yang sangat bagus.”

“Begitukah?”

Gita hanya tersipu. Sebagai wanita normal, dia jadi kikuk dengan apa yang Wira lakukan.

Bagaimana tidak? Wira terus menatap seakan tak bisa mengalihkan pandangan dari Gita. Kecantikan ragawi gadis itu berhasil melumpuhkan akal sehatnya. Dia yang selama ini tak pernah sembarangan mendekati wanita, begitu mudah takluk dalam pesona sang penjaga warung nasi sederhana.

“Jadi, apa yang akan kita lakukan sekarang?” tanya Wira, memberikan pancingan menarik.

“Sampai jam berapa kita akan di sini?” Gita balik bertanya.

“Terserah,” jawab Wira kalem.

“Besok pagi, aku harus menjaga warung nasi.”

“Kamu nyaman bekerja di sana?”

“Memangnya, ada pekerjaan yang benar-benar membuat kita nyaman?”

Wira tak langsung memberikan jawaban. Pria itu menggerak-gerakkan ujung sepatu , seperti sengaja mengalihkan perhatian karena dirinya sedang berpikir. Sementara itu, tatapan pengusaha properti 40 tahun tersebut terus tertuju kepada Gita.

“Apa yang bisa saya bantu?” tanya Wira, memberikan penawaran.

“Bantuan macam apa yang Mas Wira tawarkan padaku?” Gita balik bertanya.

“Apa pun yang kamu butuhkan,” jawab Wira kalem.

Gita terdiam. Bisa saja ini merupakan kesempatan emas bagi dirinya. Namun, dia belum mengenal baik sosok Wira. Gita tak tahu apakah pria itu bisa dipercaya atau tidak.

Tanpa diduga, Wira makin mendekat sehingga tak ada jarak lagi dengan Gita. Dia begitu percaya diri karena berpikir bahwa dirinya merupakan sang pemegang kendali. Tanpa ragu, pria berkemeja putih itu menyentuh punggung tangan Gita. “Kita sama-sama mengerti dalam hal ini,” bisiknya.

Gita yang awalnya terdiam sambil menatap meja, langsung menoleh. Jantungnya berdebar kencang, mendapati wajah Wira yang teramat dekat.

Entah siapa yang memulai. Satu kegilaan dalam hidup Wira tengah berlangsung. Dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir, ini merupakan kali pertama dirinya mencium seorang wanita yang baru ditemui. Terlebih, lawannya merupakan gadis belia berusia 23 tahun.

Sentuhan yang awalnya hanya di permukaan, makin lama makin dalam. Bagai berlomba dengan gerakan jarum jam, Wira begitu bersemangat me.lumat habis bibir manis Gita. Dia seolah telah kehilangan akal sehat dan berubah jadi pria yang kehausan. Mencoba membasahi kerongkongan tanpa menelan ludah.

“Gadis pintar,” bisik Wira dengan suara beratnya. Dari bahasa tubuh yang terlihat, dia jelas menginginkan sesuatu yang lebih.

“Aku sedang datang bulan,” ucap Gita, yang seketika mematahkan kegilaan dalam benak Wira. Pria itu terlihat kecewa.

“Masih ada cara lain,” ucap Wira, tak ingin merugi. Apalagi, dia sudah telanjur dikuasai gairah yang harus segera dituntaskan.

Gita menggumam pelan. Dia berpindah ke hadapan Wira, lalu bersimpuh. Tanpa diperintah, gadis itu segera membuka gesper, kemudian melepas pengait celana panjang. Sebelum memulai aksinya, Gita lebih dulu menatap Wira, lalu tersenyum.

Hanya lewat setitik kehangatan, segala kebekuan dalam diri Wira meleleh tak tersisa. Hasrat yang selama ini terlampiaskan bukan pada tempatnya, terpenuhi meski bukan dengan cara yang biasa.

Kenikmatan itu tetap terasa. Selama beberapa saat, Wira dibuat melayang. Dia berkali-kali memejamkan mata sambil menelan ludah dalam-dalam. Begitu juga dengan helaan napas berat, yang menandakan perasaan tak menentu dan kian menggila.

“Gita ….” Erangan tertahan Wira menjadi penanda berakhirnya permainan. Kepala pria itu terkulai lemas di sandaran sofa. Wira terpejam beberapa saat, sembari mengatur laju napas.

Sementara itu, Gita mengelap mulut menggunakan tisu. Namun, baru juga kering, tanpa diduga Wira kembali melu.mat bibirnya.

Gemas bercampur rasa puas. Wira tersenyum sambil menaikkan resleting celana. Setelah selesai. dia setengah membungkuk ke hadapan Gita, lalu menangkup wajah gadis itu. “Sungguh luar biasa, Cantik. Saya akan memberikan hadiah setimpal untukmu."

"Benarkah, Mas?"

1
Titik pujiningdyah
aku curiga si wira ini mucikari jg deh
ƙꪮꪑꪖꪶꪖకꪖꪹỉ: Minat jadi anak buahnya ga?
total 1 replies
Dwisya Aurizra
Maman nyaranin Gita untuk tidak dekat" dgn wirwir, eh sekarang wirwir yg berkata gitu...
woy kalian berdua tuh ada apa sebenernya
Gita kan Lom tahu sipat asli kalian berdua
ƙꪮꪑꪖꪶꪖకꪖꪹỉ: Mentang² Maman berambut panjang
total 3 replies
Najwa Aini
jadi semacam kompetisi terselubung ini ..😆😆
Najwa Aini
uiiyy..tepat..
Najwa Aini
Gita juga belum tau siapa kamu sebenarnya, Wira...
ƙꪮꪑꪖꪶꪖకꪖꪹỉ: Kasih paham, Kak
total 1 replies
Rahmawati
penasaran hubungi wira dan mandala, sepertinya mereka memang saling mengenal
ƙꪮꪑꪖꪶꪖకꪖꪹỉ: Ikuti terus ya, Kak
total 1 replies
Titik pujiningdyah
plng rais dibebasin wira jumbo
ƙꪮꪑꪖꪶꪖకꪖꪹỉ: Ga pernah nemu nama jajanan gt ah
total 3 replies
Rahmawati
paling cuma sebentar pak rais di tahan
Siti Dede
Aku kok nggak rela kalau Gita sama Mandala
ƙꪮꪑꪖꪶꪖకꪖꪹỉ: Realistis ya, Kak🤭
total 3 replies
Lusy Purnaningtyas
maman g punya apa² toh?
ƙꪮꪑꪖꪶꪖకꪖꪹỉ: Dia punya hasrat, Kak😄
total 1 replies
Dwisya Aurizra
padahal udah antepkeun aja biar Mandala menghabisi Rais kalo metong itu jasadnya kubur aja di bangunan yg balon jadi, itung" tumbal🤭
Rahmawati
lanjuttt
Najwa Aini
Wuihh Mandala ditusuk!!🤭🤭
Najwa Aini
Rais yg dibogem, aku yang senang. Definisi menari di atas luka mungkin ini ya..tapi biarlah..😄😄
Titik pujiningdyah
satu bab doang nih?
ƙꪮꪑꪖꪶꪖకꪖꪹỉ: Pijitin dulu sini. Nyai pegal-pegal
total 1 replies
Titik pujiningdyah
yaampun tua bangka gtw diri
Najwa Aini
Cover baru nih
ƙꪮꪑꪖꪶꪖకꪖꪹỉ: Aku ga akan tersinggung karena itu juga ga konfirmasi dulu gantinya, Kak
total 3 replies
Titik pujiningdyah
jangan2 si wira mau jual gita ke luar nagre🤣
Titik pujiningdyah: tau aja sih
total 2 replies
Titik pujiningdyah
pilih wira aja lah. plng gk kan bisa foya2
ƙꪮꪑꪖꪶꪖకꪖꪹỉ: Istri cerdas
total 1 replies
Dwisya Aurizra
keknya Mandala dan Wira ada masalah dimasa lalu yg belum selesai
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!