NovelToon NovelToon
Perfect Life System

Perfect Life System

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Sistem / Anak Genius / Crazy Rich/Konglomerat / Teen School/College / Mengubah Takdir
Popularitas:9.7k
Nilai: 5
Nama Author: BlueFlame

Christian Edward, seorang yatim piatu yang baru saja menginjak usia 18 tahun, dia harus keluar dari panti asuhan tempat ia di besarkan dengan bekal Rp 10 juta. Dia bukan anak biasa; di balik sikapnya yang pendiam, tersimpan kejeniusan, kemandirian, dan hati yang tulus. Saat harapannya mulai tampak menipis, sebuah sistem misterius bernama 'Hidup Sempurna' terbangun, dan menawarkannya kekuatan untuk melipatgandakan setiap uang yang dibelanjakan.

‎Namun, Edward tidak terbuai oleh kekayaan instan. Baginya, sistem adalah alat, bukan tujuan. Dengan integritas yang tinggi dan kecerdasan di atas rata-rata, dia menggunakan kemampuan barunya secara strategis untuk membangun fondasi hidup yang kokoh, bukan hanya pamer kekayaan. Di tengah kehidupan barunya di SMA elit, dia harus menavigasi persahabatan dan persaingan.sambil tetap setia pada prinsipnya bahwa kehidupan sempurna bukanlah tentang seberapa banyak yang kamu miliki, tetapi tentang siapa kamu di balik semua itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BlueFlame, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 14. kekalahan Telak Part 2

 

Selama jeda istirahat, tim Edward tidak pergi ke kantin. Mereka menemukan sebuah ruang kosong di belakang panggung, menjadikannya sebagai markas sementara mereka. Felix sudah asyik dengan laptopnya, jari-jarinya menari di atas keyboard.

"Aku dapatkan sesuatu, Edward!" seru Felix, suaranya bergetar karena eksitasi. "Aku menangkap log jaringan kita. Ada anomali. Paket data yang dikirim ke laptop kita... signature-nya aneh. Ini bukan berasal dari server utama juri. Seperti ada perantara yang memotong jalur."

Di sampingnya, Sarah mengangguk sambil menatap layar tabletnya. "Aku sudah cross-check. Pertanyaan untuk kita jauh lebih sulit dan spesifik dibandingkan tim lain. Lubang hitam, kimia organik tingkat lanjut. Sedangkan Bara dapat soal tentang Van Gogh dan notasi musik dasar. Ini bukan kebetulan. Ada manipulasi distribusi soal."

Edward mendengarkan keduanya dengan mata tertutup. Otaknya, yang diperkuat oleh `Pemrosesan Data Super Cepat`, menghubungkan kedua informasi itu menjadi satu kesimpulan yang jelas.

"Mereka punya dua senjata," kata Edward membuka mata. "Gangguan teknis untuk memperlambat kita, dan manipulasi soal untuk memberi mereka keuntungan. Ini serangan terkoordinasi."

"Tapi kita tidak punya bukti!" kata Felix frustrasi. "Kita tidak bisa menuduh mereka hanya berdasarkan log."

Edward menatap layar laptop Felix. "Kita butuh bukti. Kita harus menemukan sumber serangannya."

Tepat saat itu, sebuah notifikasi dari sistem muncul di depan matanya, seolah-olah menjawab kebutuhannya.

 

**Misi Reaktif: Perang Informasi**

**Deskripsi:** Musuh menggunakan teknologi untuk curang. Untuk memenangkan perang informasi, Anda harus menggunakan teknologi yang lebih baik dan menjadi pemburu di dunia digital.

**Tugas:** Identifikasi dan lacak sumber serangan siber terhadap tim Anda secara real-time.

**Hadiah Instan:**

- Skill: [Traceroute Digital (Level 1)] - Kemampuan untuk melacak jejak digital seseorang kembali ke sumbernya, termasuk perangkat dan lokasi kasar.

**Hadiah Tambahan (jika berhasil mengidentifikasi pelaku):**

- Rp 10.000.000

 

Edward tidak perlu berpikir dua kali. "Aku butuh akses ke log router utama sekolah, Felix. Bisakah?"

Felix mengerutkan kening. "Sulit, itu dilindungi password admin..."

"Biarkan aku," kata Edward. Dia membuka laptopnya, jari-jarinya bergerak di atas keyboard. Skill `Traceroute Digital` yang baru didapatkan langsung aktif. Baginya, jaringan sekolah tidak lagi menjadi tembok, tapi sebuah peta yang bisa dia jelajahi. Dia melihat alur data, menemukan celah keamanan kecil yang ditinggalkan oleh teknisi yang ceroboh, dan dengan beberapa baris kode, dia bisa langsung masuk.

Dia menemukan log yang dia cari. Sebuah alamat IP asing terhubung ke jaringan beberapa menit sebelum kompetisi dimulai. IP itu mengirimkan paket data terenkripsi ke satu perangkat spesifik di dalam aula. Edward melacaknya kembali, melewati beberapa server proxy, sampai akhirnya dia menemukan sumbernya: sebuah ponsel dengan nomor yang terdaftar atas nama... Bara Setiawan.

Edward tersenyum tipis. Buktinya sudah di tangannya.

Saat itu, Bara dan gengnya berjalan melewati ruangan mereka, berniat untuk mengolok-olok.

"Lho, kok pada sedih gitu?" kata Bara dengan suara nyaring. "Yaudah, nikmati aja posisi runner-up. Kasihan sih, udah capek-capek latihan, tapi tetap kalah juga."

Edward menutup laptopnya perlahan. Dia berdiri dan menatap Bara, bukan dengan marah, tapi dengan pandangan yang hampir... kasihan.

"Kau seharusnya menyewa orang yang lebih baik," kata Edward, suaranya tenang dan rendah, namun terdengar jelas di ruangan kecil itu.

Bara mengerutkan kening. "Apa-apaan lo? Ngomong ngawur!"

Edward melangkah mendekat, menurunkan suaranya hingga hanya Bara yang bisa mendengar. "Programnya jelek. Juga banyak meninggalkan jejak . Aku bahkan bisa melihat alamat IP-nya, server proxynya, dan... nomor ponsel yang digunakan untuk mengaktifkannya."

Dia berhenti, membiarkan kata-katanya meresap ke dalam pikiran Bara yang panik.

"Nomor dengan nama Bara Setiawan."

Wajah Bara berubah dari merah menjadi pucat pasi. Mulutnya terbuka, tapi tidak ada suara yang keluar. Dia melihat ke mata Edward, dan untuk pertama kalinya bara tidak melihat ketenangan dalam matanya, tapi ancaman yang nyata. Edward tidak hanya tahu dia curang. Edward juga punya buktinya.

"G-gila... lo ngomong apa sih?!" seru Bara, tapi suaranya gemetar. Dia dan teman-temannya segera mundur, lalu pergi dengan tergesa-gesa, seolah-olah sedang dikejar hantu.

Edward kembali ke mejanya, Seolah-olah tidak ada yang terjadi.

Felix menatapnya dengan mulut ternganga. "Apa yang baru saja kamu katakan padanya?"

"Aku hanya memberinya informasi," jawab Edward singkat. "Sekarang, kita buat rencana baru untuk babak kedua."

Sarah tersenyum, senyum pertama yang tulus dan lebar sejak mereka bertemu. "Aku suka caramu. Tapi apa kita akan melaporkannya?"

"Tidak," kata Edward dengan tegas.

"Melaporkannya sekarang akan membuat kompetisi dihentikan, dan kita tidak akan punya kemenangan yang bersih. Itu akan terlihat seperti kita mencari alasan karena kalah."

Dia menatap teman-temannya. "Kita tidak akan menggunakan cara kotor. Kita akan menggunakan psikologi. Bara sekarang dalam keadaan panik. Dia akan membuat kesalahan. Kita akan memanfaatkannya."

"Felix," lanjut Edward. "Bisakah kamu membuat sebuah program kecil? Bukan untuk menyerang, tapi untuk mengamati. Aku ingin kau memantau setiap aktivitas jaringan yang keluar dari laptop Bara. Aku yakin dia akan mencoba mengaktifkan programnya lagi di babak berikutnya."

"Bisa!" kata Felix dengan antusias.

"Sarah," Edward beralih. "Babak kedua adalah 'Strategic Problem Solving'. Aku butuh kau menganalisis semua kemungkinan skenario soal dan mencari pola yang mungkin mereka gunakan untuk menguntungkan diri mereka sendiri."

Sarah mengangguk. "Aku sudah memikirkannya."

Edward mengangguk puas. "Bagus. Kita tidak akan memenangkan ini dengan curang. Kita akan menang dengan membuat mereka menghancurkan diri mereka sendiri."

Di luar ruangan, Bara berdiri dengan gemetar, menelepon seseorang dengan panik. "Gagal! Dia tahu! Dia tahu semuanya! Apa yang harus kita lakukan?!"

Permainan telah berubah. Edward bukan lagi target. Edward sekarang menjadi pemburu. Dan saat ini dia akan mengincar mangsanya yang sekarang sedang ketakutan.

1
Aisyah Suyuti
menarik
TUAN AMIR
teruskan thor
aratanihanan
Wow, nggak nyangka sehebat ini!
Emitt Chan
Seru banget thor! Gk sabar mau baca kelanjutannya!
Edward M: iya, semoga suka yah... kalau ada saran atau kritik mohon di sampaikan yah/Smile/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!