NovelToon NovelToon
(Batas Tipis) CINTA & PROFESI

(Batas Tipis) CINTA & PROFESI

Status: sedang berlangsung
Genre:Trauma masa lalu / Cintapertama
Popularitas:382
Nilai: 5
Nama Author: Penasigembul

Dorongan kuat yang diberikan sepupunya berhasil membuat Marvin, pria dengan luka yang terus berusaha di kuburnya melangkahkan kaki masuk ke dalam ruang praktek seorang Psikolog muda. Kedatangannya ke dalam ruang praktek Bianca mampu membuat wanita muda itu mengingat sosok anak laki-laki yang pernah menolongnya belasan tahun lalu. Tanpa Bianca sadari kehadiran Marvin yang penuh luka dan kabut mendung itu berhasil menjadi kunci bagi banyak pintu yang sudah dengan susah payah berusaha ia tutup.
Sesi demi sesi konsultasi dilalui oleh keduanya hingga tanpa sadar rasa ketertarikan mulai muncul satu sama lain. Marvin menyadari bahwa Bianca adalah wanita yang berhasil menjadi penenang bagi dirinya. Cerita masa lalu Marvin mampu membawa Bianca pada pusaran arus yang ia sendiri tidak tahu bagaimana cara keluar dari sana.
Ditengah perasaan dilema dan masalahnya sendiri mampukah Bianca memilih antara profesi dan perasaannya? apakah Marvin mampu meluluhkan wanita yang sudah menjadi candu baginya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Penasigembul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 14

“semua informasi tentang wanita yang kau minta kemarin ada disini.”terdengar suara seorang pria yang berhasil mengejutkan Saka dari kesibukannya. Saka mengangkat kepalanya dan mendapati Leo sudah berada di hadapannya dan menyerahkan sebuah map berwarna merah. “tidak ada yang menarik dengan wanita itu, untuk apa dicari tahu?” tanya Leo lagi.

“Permintaan bos besar.” Jawab Saka seadanya sambil memerhatikan file yang diberikan oleh Leo tadi. Matanya menyipit dan dahinya mengerut, Saka baru mengetahui di tahun yang sama Bianca juga berkuliah sebagai mahasiswa Psikologi.

“jadi dia double dehree saat itu.” gumam Saka pelan yang ditujukan kepada dirinya sendiri. Leo hanya memerhatikan teman sekaligus saudara bosnya itu dengan tatapan bingung.

“Apa bos ingin melakukan kerjasama dengan perusahaan keluarga Maheswara ?” pertanyaan Leo kembali membuat Saka mengangkat kepalanya dan menatap Leo seolah bertanya.

“Anindia Bianca Maheswari merupakan anak satu-satunya Abram Maheswara , bro.” Lanjut Leo menjawab tanda tanya besar yang Saka tunjukkan tadi. Saka kembali menunduk dan memerhatikan file itu, ia menemukan latar belakang keluarga Bianca, disana memang tidak ada nama lain selain nama Bianca yang berstatus sebagai anak.

“Entah apa yang diinginkan Marvin mencari tahu tentang wanita ini.” Sahut Saka menanggapi Leo. Saka bangkit berdiri dan hendak meninggalkan ruangannya.

“mau ikut gak, Le?” tanya Saka sebelum benar-benar menghilang di balik pintu, kali ini Leo yang menatap Saka dengan tatapan bertanya mau kemana?

“Ke ruangan bos besar lah.” Jawab Saka singkat yang membuat Leo langsung bangkit dan menyusul Saka meninggalkan ruangannya.

Saka melangkah masuk ke ruangan Marvin dengan santai, setelah memastikan kepada Sabrina kalau Marvin tidak memiliki tamu atau meeting. Marvin yang menyadari pintu ruangannya terbuka dan memunculkan Saka dan Leo disana, langsung meletakkan bolpen yang sejak tadi ia gunakan untuk mempelajari laporan keuangan yang baru saja di terimanya dari Sabrina.

Saka menyodorkan map yang tadi diberikan Leo kepadanya, sedangkan Leo sudah duduk di sofa yang ada di ruangan itu setelah menyapa bos besarnya.

“semua informasi tentang Anindia Bianca Maheswari ada disana.”

Marvin mengambil map tersebut dan mulai membuka dan membaca satu per satu informasi yang tertulis disana. Mulai dari siapa Bianca, berasal dari keluarga mana, latar belakang pendidikan , dan lain sebagainya. Beberapa kali Marvin mengerutkan dahinya ketika mendapati informasi yang tidak pernah ia temukan di internet.

“Bos lagi jatuh cinta ya?” tanya Leo yang berhasil mengejutkan Marvin dan membuat pria itu menyunggingkan senyum tipis, disisi lain Saka menegang mendengar candaan Leo tapi dirinya juga menunggu jawaban apa yang akan Marvin berikan.

Orang yang jawabannya ditunggu hanya diam dan kembali fokus dengan file di depannya. Matanya menangkap nama sekolah yang di cari Marvin sebagai penguat dari dugaannya tentang Bianca.

“Terima kasih untuk informasi ini, Le.” Ujar Marvin kepada Leo dan memilih untuk tidak menjawab pertanyaan terakhir orang kepercayaannya itu. Leo memang merupakan salah satu orang kepercayaan Marvin, pria itu banyak membantu Marvin mencari tahu banyak hal yang ia butuhkan, mulai dari perusahaan –perusahan pesaing, rekanan, sampai informasi pribadi seperti yang saat ini Leo lakukan.

“Jadi apa lu udah nemuin yang lu cari tentang wanita itu?” tanya Saka masih penasaran dengan apa yang di cari Marvin tentang Bianca. Marvin hanya mengangguk menanggapi sepupunya, masih belum yakin untuk cerita kalau Bianca adalah anak perempuan yang sedari dulu diceritakan kepada Saka.

“apa?” tanya Saka lagi masih merasa tidak mendapat jawaban dari rasa penasarannya.

“Nanti aja gue baru cerita.” Sahut Marvin menimpali.

“Dia merupakan anak dari Abram. Apa bos mau melakukan kerjasama dengannya melalui anak perempuannya?” pertanyaan Leo mengalihkan pembicaraan Marvin dan Saka, Marvin memang sudah melihat informasi itu tapi fokusnya bukan kesana tadi. Sekali lagi Marvin membaca informasi keluarga Bianca dan menyadari bahwa wanita itu tidak memiliki saudara, berarti dia adalah anak tunggal.

“kerjasama dengan perusahaan Maheswara memang jadi target di tahun ini, tapi sepertinya anaknya tidak terjun ke dalam bisnis keluarganya.” Jawab Marvin karena mengingat kesibukan Bianca hanya sebagai seorang Psikolog dan itupun ada di file yang dibacanya tadi.

“tapi melihat dia adalah anak satu-satunya bukankah itu menandakan ia adalah pewaris tunggal keluarga mereka?” timpal Leo lagi yang kali ini berhasil membuat Saka mengangguk setuju, karena ia sangat mengingat cerita Bianca mengenai alasannya mengambil kuliah bisnis walaupun setelahnya ia tidak tahu apa-apa lagi tentang wanita itu. Marvin hanya mengangkat kedua bahunya menandakan ia tidak tahu mengenai hal itu.

“kalau gitu coba lu cari tau lagi aja Le.” Kali ini Saka yang bersuara, Marvin tidak menanggapi lagi permintaan Saka karena ia juga setuju jika informasi itu bisa Leo dapatkan.

*

Langkah Bianca terhenti ketika seorang anak laki-laki kecil menabrakan dirinya tepat di depan Bianca. Bianca menggendong anak laki-laki itu dan kembali melangkah menuju meja dimana teman-temannya sudah berkumpul.

“tante Bianca kok lama banget sih?” protes anak laki-laki digendongannya.

“Maaf ya jagoan tante. Tadi tante masih ada kerjaan yang gak bisa ditinggalin.” Jawab Bianca sambil mengecup puncak kepala anak laki-laki itu. “Jason, udah makan belum?” tanya Bianca lagi. Anak dalam gendongannya yang ia panggil Jason mengangguk antusias.

“Mami bilang, Jason boleh makan ice cream kalau udah selesai makan.” Celoteh anak itu riang,

“Kalau gitu, kamu makannya udah selesai belum?” tanya Bianca yang lagi-lagi dijawab dengan anggukan yang antusias.

Bianca menurunkan Jason dan mengambil tempat duduk di hadapan Marcia dan di sebelah Sofia. Sore ini ia memang memiliki janji dengan teman-teman kuliahnya.

“Lama banget, sis.” Sambar Jessica yang sudah mengambil alih Jason.

“sorry guys, tadi klien terakhir molor setengah jam.” Sahut Bianca. “kalian udah lama banget emangnya?” tanya Bianca yang ditujukan kepada semua temannya.

“Gue juga baru sampe.” Sahut Marcia yang memang terlihat belum memesan apa-apa, tidak seperti Jessica dan Sofia yang dihadapannya tinggal piring kosong.

Marcia melambaikan tangan memanggil seorang pelayan. “ada yang bisa saya bantu?” tanya pelayan itu ramah ketika sudah berada di meja mereka. Marcia mengangguk dan menyebutkan pesanannya.

“lu gak mau pesen apa-apa?” tanya Marcia kepada Bianca yang belum juga bersuara sedangkan pelayan tadi masih menunggu dengan sabar.

“Aku mau ice cream cokelat, mami” bukan jawaban Bianca yang terdengar tapi celotehan anak kecil yang menggemaskan.

“satu ice cream cokelat dan satu long black ya Mas.” Ujar Bianca kepada pelayan yang kemudian meninggalkan mereka.

“Terima kasih, tante Bianca.” Ujar Jason kegirangan. Jessica hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, Bianca memang paling bisa mengambil hati putranya. Tapi dia juga memang sudah janji jika putranya menghabiskan makanannya ia akan memesankan ice cream cokelat kesukaan putranya itu.

Keempat wanita itu sudah sibuk dengan obrolan mereka, Jason sudah mengambil tempat di pangkuan Bianca. Satu per satu dari wanita yang sedang melepas rindu itu mulai menceritakan kehidupan mereka, menanyakan kabar dan saling menggoda satu sama lain. Di antara keempatnya hanya Bianca dan Marcia yang belum menikah, keduanya masih fokus dan asik dengan kehidupan karir masing-masing, berbeda dengan Sofia dan Jessica yang menikah tidak lama setelah lulus dari universitas, jika Jessica langsung diberikan keturunan setelah 2 bulan menikah, tidak dengan Sofia yang sampai saat ini masih berjuang mendapatkan anak.

“Gimana promil lu, Sof?” tanya Jessica ketika pelayan sudah pergi setelah mengatarkan pesanan mereka.

“dokter sih bilang gue dan Kevin tidak ada masalah, kami subur. Jadi ya memang belum di kasih aja sama yang kuasa.” Jawab Sofia meski menjawab dengan santai semuanya tahu Sofia sangat berharap bisa segera hamil.

“Sabar aja, Sof dan terus berusaha.” Kali ini suara Marcia yang terdengar sedangkan Bianca hanya menganggukkan kepalanya sambil sibuk menyuapi si Jason kecil ice cream cokelat yang dipesannya tadi.

“lu sendiri gak mau kasih Jason adik, Jes?” tanya Sofia membalikkan pertanyaan kepada Jessica. Wanita yang ditanya hanya menggeleng.

“belum kepikiran, Sof. Suami gue kelewat sibuk, jangankan buat nambah anak, waktu buat gue dan Jason aja kadang kurang.” Jawab Jessica, semuanya tahu suami jessica sangat sibuk, mereka merintis usaha bersama dan setelah jessica melahirkan Jason, suaminya mengambil alih semua kesibukan dan meminta jessica fokus menjadi ibu rumah tangga dan ibu yang selalu hadir buat anak mereka. Mendengar jawaban Jessica, Bianca menundukkan kepalanya. Hatinya berdebar, mengingat ia adalah Jason kecil pada masanya. Bedanya suami Jessica tidak menuntut banyak kepada Jason tidak seperti Bram kepada Bianca.

Bianca dengan cepat menyibukkan dirinya dengan Jason, tidak mau menyamakan nasib anak kecil itu dengan dirinya. “Tante Bianca mau gak?” tanya Jason sambil menyodorkan sendok yang berisi ice cream cokelat ke arah mulut Bianca. Bianca menyuap ice cream itu kemudian mengucapkan terima kasih.

“Cuma tante Bianca nih yang ditawarin dan disuapin?” protes Marcia yang pura-pura ngambek dengan mengerucutkan bibirnya.

“Tante Cia mau juga ya?” tanya Jason tanpa rasa bersalah dan menyuapkan sedikit ice cream cokelat ke mulut Marcia.

“terima kasih, sayang.” Ucap Marcia yang langsung merubah wajahnya senang. Kemudian Jason mulai menyuapi Jessica dan Sofia karena mendapat protes yang sama, kemudian anak laki-laki itu kembali fokus dengan dirinya sendiri.

1
Tít láo
Aku udah baca beberapa cerita disini, tapi ini yang paling bikin saya excited!
Michael
aku mendukung karya penulis baru, semangat kakak 👍
Gbi Clavijo🌙
Bagus banget! Aku jadi kangen sama tokoh-tokohnya 😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!