NovelToon NovelToon
Wilona Gadis Desa Yang Jenius

Wilona Gadis Desa Yang Jenius

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda
Popularitas:2.7k
Nilai: 5
Nama Author: Call Me Nunna_Re

Wilona Anastasia adalah seorang gadis yang dibesarkan di desa. namun Wilona memiliki otak yang sangat jenius. ia memenangkan beberapa olimpiade dan mendapatkan medali emas sedari SMP. dia berniat untuk menjadi seorang dokter yang sukses agar bisa memberikan pengobatan secara gratis di desa tempat ia tinggal. Lastri adalah orang tua Wilona lebih tepatnya adalah orang tua angkat karena Lastri mengadopsi Wilona setelah Putri satu-satunya meninggal karena sakit. namun suatu hari ada satu keluarga yang mengatakan jika mereka sudah dari kecil kehilangan keponakan mereka, yang mana kakak Wijaya tinggal cukup lama di desa itu hingga meninggal. dan ternyata yang mereka cari adalah Wilona..
Wilona pun dibawa ke kota namun ternyata Wilona hanya dimanfaatkan agar keluarga tersebut dapat menguasai harta peninggalan sang kakek Wilona yang diwariskan hanya kepada Wilona...
mampukah Wilona menemukan kebahagiaan dan mampukah ia mempertahankan kekayaan sang kakek dari keluarga kandungnya sendiri...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Call Me Nunna_Re, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 14

Matahari pagi yang cerah menyinari lapangan sekolah Alexandria, tempat seluruh siswa berkumpul untuk mendengarkan pengumuman penting dari kepala sekolah. Dengan suara tegas yang menggema di antara barisan siswa, Pak Arman mengumumkan bahwa,

"Bulan depan, SMU Alexandria akan menjadi tuan rumah Olimpiade Kimia tingkat provinsi. Ini adalah kesempatan langka bagi kita semua." Sorot mata para siswa berubah penuh antusiasme dan sedikit kecemasan.

Pak Arman melanjutkan, "Anggota tim olimpiade akan terdiri dari tiga siswa, satu dari setiap kelas yaitu kelas 1, 2, dan 3. Pemilihan dilakukan berdasarkan hasil tes yang akan diadakan tiga hari dari sekarang. Persiapkan diri kalian sebaik mungkin. Karena yang terbaiklah yang akan ikut dalam olimpiade tersebut untuk mengharumkan nama sekolah kita." Suasana seketika menjadi tegang. Beberapa siswa saling bertukar pandang, sementara yang lain mulai membayangkan peluang dan tantangan di depan mereka.

Di antara kerumunan, Wiloma yang berasal dari kelas XII, menggigit bibir bawahnya, mencoba menahan gugup. Ia tahu ini kesempatan besar, tapi tekanan untuk menjadi yang terbaik juga berat. Di sisi lain, Dimas dari kelas XI tampak serius mengangguk, matanya tajam menatap depan seolah sudah membayangkan dirinya mengenakan medali. sementara itu di barisan lain Tania terlihat jumawa karena para teman-temannya mendukungnya untuk ikut olimpiade tersebut karena Tania adalah juara kelas otomatis dia pasti akan terpilih untuk mewakili kelas X.

Pak Arman menutup pengumuman dengan senyum penuh harap, "Jadilah yang terbaik, dan buktikan bahwa Alexandria layak menjadi tuan rumah yang membanggakan. Selesai ini kalian boleh mendaftar untuk seleksi. Yang akan ikut hanyalah tiga besar masing-masing kelas IPA." Sorak sorai perlahan menggema, membangkitkan semangat sekaligus membebani harapan di dada para siswa yang kini harus segera bersiap menghadapi ujian yang menentukan masa depan mereka.

Di ruang pendaftaran seleksi olimpiade yang penuh dengan riuh rendah suara siswa dan guru, Tania berdiri dengan senyum sinis menghias bibirnya yang tipis. Matanya yang tajam membidik Wilona, gadis asal SMU kampung yang tengah sibuk mengisi formulir pendaftaran.

"Ah, Wilona, lo yakin bisa bersaing di sini? Dari SMU kampung ke SMU internasional, apa lo nggak keteteran?, apa lo yakin bisa mengalahkan para siswi di sini?," ejeknya dengan nada meremehkan, seolah keberadaan Wilona hanya pengganggu di tengah para elit akademik.

Wilona mengangkat kepala perlahan, tatapannya tenang dan penuh keyakinan, tak sedikit pun menunjukkan kegelisahan atau keberatan atas hinaan itu.

"Kalau soal olimpiade, gue sudah sering buktikan kemampuan gue, Tania. Berasal dari Kampung bukan alasan untuk kalah," jawabnya dengan suara mantap, penuh semangat yang tersembunyi di balik kesederhanaannya.

Tania tertawa kecil, mencoba meledek lebih dalam, tapi Wilona tetap berdiri tegap, seolah dinding kokoh yang tak mudah digoyahkan.

"Sepertinya halo terlalu percaya diri akan lolos saat seleksi kali ini."ucap Tania sembari mendekat kepada Wilona.

"Tong kosong nyaring bunyinya." ucap Wilona santai.

"Apa maksud lo bicara seperti itu, lo nggak tahu kemampuan gue Wilona. Gue adalah juara kelas dan gue juga sangat suka dengan pelajaran kimia."

"Kalau begitu buktikan dengan hasil seleksi nanti bukan hanya omdo alias omong doang." ucap Wilona menantang yang berhasil membuat Tania kepanasan.

"Dasar cewek kampung awas ya lo kalau sampai nanti gue mendapatkan nilai tertinggi saat seleksi gue akan bikin lo bersujud sembari meminta maaf sama gue, karena lo udah berani menghina dan merendahkan gue."

"Okay... Kita lihat saja nanti." ucap Wilona kemudian menyerahkan formulir kepada guru yang bertugas dan pergi begitu saja meninggalkan Tania yang sudah menghafalkan tangannya sehingga urat-urat tangannya pun tampak menonjol.

Suasana di sekeliling mulai terasa tegang, beberapa siswa yang mendengar pun mulai memperhatikan, melihat perbedaan antara keangkuhan dan keteguhan hati. Di balik sikap sederhana Wilona, tersimpan tekad yang lebih besar dari sekadar kata-kata yang terlontar. Dia tidak datang untuk sekadar ikut, tapi untuk menang.

Saat perjalanan menuju kelas Wilona pun bertemu dengan Galen yang baru saja keluar dari ruang OSIS.

"Kamu daftar olimpiade." tanya Galen yang diangguki oleh Wilona.

"Kamu nggak daftar Galen bukankah kamu juga juara kelas?."

"Sepertinya tidak karena untuk beberapa hari ini aku bakalan sibuk untuk mempersiapkan acara untuk olimpiade itu jadi nggak ada waktu untuk belajar." ucap galeni yang membuat Wilona mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Baiklah kalau gitu aku duluan ya aku mau ke kelas karena sebentar lagi pelajaran akan dimulai."

"Aku yakin kamu pasti akan terpilih."

"Kenapa kamu bisa saya yakin itu?."

"Karena aku tahu akan kemampuan kamu."

"Baiklah, semoga saja."

Wilona pun melanjutkan perjalanannya menuju kelas dan di sana ia sudah ditunggu oleh sahabatnya yaitu Mutia dengan senyuman yang terus mengembang di bibirnya.

Hari seleksi....

"Baiklah anak-anak di hadapan kalian sudah ada lembar soal dan juga lembar jawaban. soal untuk seleksi olimpiade kali ini berjumlah 90 butir dan waktu yang kalian punya hanyalah 60 menit. kita akan mengambil nilai terbaik untuk mewakili sekolah kita pada lomba olimpiade yang akan kita laksanakan bulan depan." ucap salah seorang guru kimia senior yang bernama Murniati.

"Ujian dimulai." ucapnya tegas.

Ruangan ujian itu sunyi, hanya terdengar suara bisik-bisik halus dari beberapa peserta yang mulai gelisah menghitung waktu. Wilona duduk tegak di bangkunya, wajahnya tenang tanpa menunjukkan sedikit pun tanda kebingungan dan kesulitan. Tangannya bergerak lincah, seolah sudah mengenal tiap soal yang terpampang di lembar ujian itu.

Menit demi menit berlalu, peserta lain mulai mengerutkan dahi dan sesekali melirik jam tangan, yang melingkar di pergelangan tangan mereka, tapi Wilona tetap fokus, tak terganggu oleh hiruk-pikuk kecil di sekelilingnya. Saat jarum jam menunjukkan angka 30, dengan percaya diri Wilona mengangkat tangannya. Suara ketukan pengawas menghentikan waktu sejenak, dan semua mata tertuju padanya.

“Saya sudah selesai, Bu,” katanya dengan suara lembut namun tegas. Kerutan di dahi para guru pengawas muncul, mereka saling berpandangan tak percaya. Seorang guru mendekat, menatap lembar jawaban Wilona dengan seksama, lalu berkata,

“Tolong dicek lagi, Wilona. Soalnya banyak, waktunya juga belum habis. Masih ada 30 menit lagi.”

Namun Wilona hanya menggeleng pelan, bibirnya tersungging senyum tipis.

“Saya sudah periksa tiga kali Bu dan Saya sudah yakin dengan jawaban saya.” Matanya menatap lurus ke depan, penuh keyakinan yang tak tergoyahkan, membuat suasana tegang berubah menjadi kekaguman diam-diam dari peserta lain.

"Baiklah kalau kamu memang sudah yakin dengan jawaban kamu, kamu sudah boleh keluar." ucap Bu murni kemudian guru tersebut memeriksa setiap lembar jawaban yang diisi oleh Wilona dan betapa kagetnya Bu murni dengan jawaban yang diberikan oleh Wilona yang nyaris sempurna.

"Saya sudah mendapatkan perwakilan dari kelas XII dan itu adalah kamu Wilona."monolog Bu murni pelan dan tersenyum puas.

1
Evi Lusiana
jd tania itu wilona y thor?
Yurin y Meme
Membuat saya terharu
Call Me Nunna_Re: makasi kk sudh mampielr🙏 semoga suka
total 1 replies
Call Me Nunna_Re
makasi kk sudh mampir🙏
Tachibana Daisuke
Asiknya baca cerita ini bisa buat aku lupa waktu
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!