Misteri Kembar Tiga

Sementara itu, di sebuah ruangan rumah sakit, seorang perempuan juga sedang histeris, karena terus melihat penampakan sosok gadis dengan punggung penuh darah, terus menatap kearahnya dengan air mata darah

"Pergi!"

"Bukan gue yang udah habisi Lo! Pergi sana! Kejar saja di Diana!" Teriak Zeta yang sejak kejadian dua bulan lalu, dia belum berani masuk sekolah dan terus merasa ketakutan, dan terpaksa keluar dari sekolah

"Tolong..... Aku kedinginan hiks.. hiks" lirih sosok itu terdengar terisak

"Gue nggak bisa nolong Lo! Pergi! Pergi dari sini!" Teriak Zeta lagi melempar semua barang yang ada di kasurnya

Ceklek

"Zeta kamu kenapa sayang? Kenapa kamu selalu histeris setiap malam?" Tanya sang ibu memeluk Zeta

"Mama, tolong Zeta ma, dia terus ikutin Zeta, padahal Zeta nggak salah ma, itu salah Diana dan Danang" adu Zeta memeluk ibunya dengan wajah sembab dan lingkaran hitam di matanya akibat tidak bisa tidur nyenyak setiap malam.

"Coba kamu bicarakan pada mama? Mungkin mama bisa bantu kamu sayang" bujuk sang ibu

"Nggak ma, Zeta nggak mau di penjara! Zeta takut nggak bisa sekolah lagi! Zeta takut ma, pergiiiii!" Teriak Zeta kembali melihat sosok itu, bahkan sosok itu ada di belakang ibunya sekarang

"Kalau kamu tidak cerita, bagaimana mama bisa bantu kamu Zeta, ayo ceritakan pada mama" bujuk sang ibu

"Maaa.... Diana ma, Diana habisi Arumi dan Virna, dia dan Danang malah maksa Zeta untuk tutup mulut, Arumi nggak kabur dari rumah ma, dia di habisi Diana!" Ungkap Zeta terisak.

"Maksudnya apa Zeta! Kamu serius dengan apa yang kamu katakan?" Tanya sang ibu dan Zeta mengangguk.

Flashback on

"Mau ke mana Lo pelakor!"

Srak.

"Aws... Hiks.. Diana kenapa Lo tega"

"Arumi!" Pekik Zeta saat pisau yang di lempar Diana mengenai punggung Arumi yang sedang menuntun Virna.

Plak..

"Danang Lo cepat tahan Diana! Kenapa malah diam saja!' teriak Zeta menampar Danang.

"I.. iya.. Diana sudah, hentikan nanti kita dapat masalah" teriak Danang

"Lepas, gue belum puas!" Umpat Diana dengan mata yang sudah memerah akibat amarah yang sudah memuncak.

Dia mendorong Danang Lagi dengan kuat, Danang merasa ada yang aneh dengan Diana, karena tidak mungkin tenaganya bisa kalah kuat dengan Diana yang hanya seorang Perempuan.

"Pergi Virna! Cari bantuan untuk Arumi!" Perintah Zeta yang sedang memangku Arumi dengan punggung terus mengeluarkan darah.

"Hiks.. kak aku takut"

"Cepat pergi mumpung dia masih terus di tahan Danang!" Teriak Zeta

Virna keluar dari rumah kosong itu, rumah yang memang sudah terbengkalai dan para murid yang bolos biasanya kesana dengan cara melompat pagar pembatas di ruang musik yang tidak terlalu tinggi, selain itu, disana juga jarang ada guru piket ataupun anggota OSIS yang bertugas memeriksa para murid yang bolos jam pelajaran, letaknya tidak jauh dari sekolah dan tepat berada di belakang tembok pembatas kelas musik.

"Danang, harusnya Lo bantu gue, Lo mau badan si Virna kan, ayo gue bantu, jangan terus dengarkan si Zeta, Lo itu laki laki, masa kalah sama perempuan" bujuk Diana yang sedang di tahan Danang.

"Jangan dengarkan dia Danang, dia sepertinya sudah gila!" Ucap Zeta masih menahan luka di punggung Arumi, bahkan pisaunya juga tidak dia cabut Karena khawatir akan memperparah lukanya"

"Lihat, si Zeta ketakutan kalau Lo berani lawan dia, itu karena dia tau kalau Lo lawan dia, maka dia nggak akan bisa so berkuasa lagi di sekolah" bisik Diana

Danang mulai terpancing, dia juga memang sudah muak terus di perintah oleh Zeta yang setiap hari selalu memintanya untuk melakukan ini itu, seperti seorang pelayan.

"Jangan lepaskan dia Danang, kita harus tolong Arumi" bujuk Zeta

"Hiks.. Zeta, mata gue buram, kepala gue juga mulai pusing" gumam Arumi

"Kamu yang kuat Arumi, si Virna sedang cari bantuan, dia pasti bisa bawa orang kesini" ucap Zeta mengusap rambut Arumi yang menghalangi wajahnya.

"Mommy... Gue mau ketemu mommy" racau Arumi

"Jangan gila! Mommy Lo udah mati, Lo jangan ikut dia Arumi! Lo kan masih ingin jalan jalan ke luar negri bareng gue!" Pekik Zeta

"Danang, kamu ikat Diana saja, kita harus bawa Arumi ke rumah sakit" ucap Zeta

"Kenapa harus di ikat, biarkan saja Diana, kita bawa Arumi saja" jawab Danang yang malah melepaskan Diana.

Diana tanpa basa basi mendekati Zeta dan Arumi, dia juga mencabut pisau yang menancap di punggung Arumi dengan seringai tipis di depan mata Zeta.

Srreet.

"Diana! Apa yang Lo lakuin, itu berbahaya!" Teriak Zeta

"Aakhhh! Zeta tolong... " Lirih Arumi yang sekarang punggungnya sudah di penuhi darah, bahkan rok sekolah Zeta juga sudah penuh dengan darah Arumi.

"Danang gendong Arumi sekarang, aku mau cari Diana, bukan ini tujuan kita Danang, kita hanya ingin mengancam Virna saja, kenapa kamu malah dukung si Diana!" Ucap Zeta.

"Sorry, gue lebih tertarik dengan tawaran Diana" jawab Danang meninggalkan Zeta dan Arumi yang sudah tak sadarkan diri.

"Danang!" Pekik Zeta

"Tolooongg!" Teriak Zeta dengan air mata yang sudah mulai membasahi wajahnya.

"Arumi maafin gue, gue akan coba bawa lo keluar dari sini" ungkap Zeta masih menangis

Dia mencari di sekeliling rumah kosong itu dan bisa menemukan tali, juga ada beberapa kain sarung.

Setelah mengambil barang itu, dia memasukkan badan Arumi kedalam sarung, dan sarung itu dia ikat dengan tali yang dia temukan. Setelah di pastikan aman, Zeta mulai menarik tali itu dan menyeret Arumi dengan susah payah. Rumah itu tidaklah kecil, rumah kosong yang terbengkalai itu punya banyak ruangan dan para murid yang bolos sering menggunakan ruangan di sana sebagai markas mereka.

"Gimana cara gue bawa Arumi lompat tembok? Apa gue lewat gerbang depan saja, nggak apa apa gue kena semak belukar yang penting bawa Arumi dulu ke rumah sakit, sekalian cari Virna" gumam Zeta

Zeta terus berjalan di teras samping rumah kosong itu sambil sesekali melihat kanan kiri siapa tahu dia bisa menemukan murid ataupun orang yang masuk ke rumah kosong itu, tapi tidak ada, tempat itu seperti tempat yang sudah di lupakan banyak orang. Padahal biasanya tempat itu selalu di penuhi murid murid yang bolos sekolah untuk sekedar merokok ataupun berpacaran di sana.

"Hiks.. lepaskan kak, sakit!" Lirih suara yang bisa di dengar Zeta

"Virna, apa dia tertangkap" batin Zeta

Dia menatap Arumi yang sudah tak sadarkan diri, dia bimbang, mau lanjut atau menolong Virna terlebih dahulu, hingga akhirnya dia memilihkan untuk mencari Virna terlebih dahulu.