Setelah kakak ku tiada, aku dipaksa menikah dengan kakak iparku, karena aku tidak cinta dan membencinya, aku menyia-nyiakan dia, hingga suatu hari tanpa aku tau dia masuk kerumah sakit, dan dokter memberi vonis kalau dia sudah meninggal, aku menangis, karena menyesal, aku ingin diberikan kesempatan untuk memperbaikinya, akankah keajaiban datang ?
ingin tau baca novel SUAMI YANG DISIA-SIAKAN.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon pelangi senja11, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14. Sah
Nadira akhirnya membuka pintu kamarnya, nampak wajahnya tidak bersemangat.
Pak Gunawan, dan Bu Lita membujuk anak gadisnya itu, dengan bermacam cara, dan pada akhirnya Nadira pasrah.
Pernikahan seperti yang diinginkan oleh Nadira, tidak ada resepsi pernikahan mewah seperti orang kaya pada umumnya.
Pernikahan itu hanya akad saja dirumah Pak Gunawan, Adrian juga menyetujuinya.
Nadira tidak mau pernikahannya dengan Adrian sampai tersebar, apa lagi sekarang media ditangan masyarakat, Nadira tidak mau dia menikah dengan kakak iparnya itu sampai terekspos, dan teman-teman akan tau, Nadia juga tidak mau Raihan kekasihnya itu sedih, karena dia pikir Raihan tulus mencintainya.
Tidak butuh waktu lama, Nadira sudah dirias, gadis itu terlihat sangat cantik, walaupun raut wajahnya tidak bersemangat.
Pak penghulu dan beberapa saksi termasuk Pak RT, dan ustadz sudah duduk diruang tamu dimana sebentar lagi akad akan dilakukan disana.
Adrian ditemani Rian dan Bik Lily juga baru tiba dihalaman rumah Pak Gunawan, rumah yang sudah tidak asing lagi bagi Adrian.
Adrian, Rian dan juga Bik Lily, ketiganya dipersilahkan masuk oleh Andra yang sudah menunggu kedatangannya.
Wajah datar tanpa senyum itu, melangkahkan kakinya masuk kedalam rumah yang sudah tidak asing baginya itu, di ikuti oleh Rian dan Bik Lily dibelakang.
Sementara beberapa orang yang diminta oleh Adrian langsung membawa masuk seserahan sebagai buah tangan kedalam rumah Pak Gunawan.
Wajah Adrian sama sekali tidak menunjukkan senyum, tapi dia juga tidak menunjukkan penolakan.
Lelaki itu hanya mengikuti alur, dia sebenarnya juga tidak ingin menikah dengan Nadira adik iparnya, karena dia masih tidak bisa melupakan Nadia istri yang sangat dia cintai, tapi dia tidak kuasa, surat terakhir istrinya membuat dirinya tidak bisa membantah.
Adrian sudah berjanji, dia akan menuruti permintaan terakhir istrinya, Adrian akan menjaga keluarga Nadia, walaupun saat ini dia belum bisa mencintai Nadira karena dalam lubuk hatinya masih tersimpan cinta Nadia.
Apapun permintaan Nadia akan dia turuti, Adrian berpikir dengan Adrian ini lah dia membuktikan cintanya pada istrinya.
Pak Gunawan dan Bu Lita, tersenyum senang saat melihat Adrian menantunya dan sekarang sebagai calon menantunya lagi datang kerumah lengkap dengan pakaian rapi juga seserahan.
Adrian menyalami semua orang yang ada diruang tamu, baik Pak Gunawan, Bu Lita, dan juga Pak penghulu serta semua yang hadir disana.
Setelah itu, Adrian dipersilahkan duduk didepan meja yang berhadapan langsung dengan Pak Gunawan sebagai wali yang akan menikahkan dirinya dan Nadira.
Gugup, tentu saja dirasakan oleh Adrian, walaupun dia sudah pernah melakukan akad dengan Nadia, dan orang yang menikahkannya juga orang yang sama yaitu Pak Gunawan. Tetapi Adrian tetap saja gugup berhadapan seperti saat ini.
Bu Lita dan Andra mengiringi Nadira sebagai pengantin, gadis itu memang sudah cantik aslinya, apa lagi sekarang sudah dirias, jadi kecantikan gadis itu bertambah berkali lipat.
Semua orang yang melihat Nadira, mengakui gadis itu sangat cantik, namun terlihat biasa dimata Adrian, Nadira memang cantik, tapi bagi Adrian lebih cantik Nadia, karena Nadia gadis yang dicintainya.
Padahal dulu Adrian juga mengakui kalau Nadira cantik, dan hampir mirip dengan Nadia. Saat ini Adrian bukan tidak mengakui Nadira cantik, tapi hati Adrian masih untuk Nadia almarhumah istrinya.
Nadira diring duduk disisi Adrian, wajah keduanya tampak datar dan tidak bersemangat.
Keduanya tidak menunjukkan raut bahagia sama sekali, apa lagi Nadira yang terpaksa menikah dengan kakak iparnya itu.
Adrian menjabat tangan Pak Gunawan seperti yang dikatakan oleh Pak penghulu.
Pak Gunawan segera melafazkan kata yang menikahkan Nadira dengan Adrian.
Setelah itu Adrian juga menyambut ucapan suci itu, dan terdengar kata sah di beberapa saksi.
"Sah, sah, sah."
Adrian memasang cincin dijari manis Nadira, kemudian dia mengecup kening Nadira.
Bukan perasaan bahagia dan kehangatan yang dirasakan oleh Nadira, tapi rasa benci yang tidak mungkin dia tunjukkan.
"Maaf mas, jika aku harus kejam nanti, dan membuat kamu kecewa, pernikahan ini terpaksa, dan aku akan membuat kamu menceraikan ku dalam waktu dekat." Monolog Nadira.
Pak ustadz membaca doa untuk kedua mempelai agar langgeng dan jauh dari mara bahaya.
Nadira dan Adrian sudah sah sebagai suami istri. Pak Gunawan dan Bu Lita terlihat sangat bahagia karena Adrian masih tetap menjadi menantunya.
Keduanya sebenarnya sedih, karena putrinya yang satu sudah tiada, namun mereka berpegang pada takdir, mereka sadar ini sudah janjinya Nadia dengan Sang Pencipta, dan semua yang bernyawa akan mati.
Andra senyum-senyum sendiri, dia juga sangat senang Adrian masih kakak iparnya, Andra mana rela Adrian yang begitu baik dan sangat peduli padanya harus jadi bagian dari keluarga lain.
Dia ingin Adrian selalu menjadi kakak iparnya, makanya dia sangat setuju dan mendukung penuh kalau Nadira menikah dengan Adrian menggantikan Nadia kakaknya yang sudah berpulang kepada Penciptanya.
Kalau Pak Gunawan, Bu Lita, dan Andra terlihat begitu bahagia, berbeda jauh dengan Nadira, dia sangat kesal melihat Andra senang dan senyum-senyum sendiri.
"Dasar adik laknat, lihat aja tidak lama lagi kamu akan muram." Gumam Nadira matanya menatap kesal adiknya itu.
Pernikahan sudah selesai, Adrian dan Nadira sudah sah menjadi suami istri.
Semua orang, Pak penghulu dan yang lainnya pamit pulang karena akad sudah selesai.
Rian dan Bik Lily, juga pamit, dia di antar oleh Rian kembali kerumah Adrian, sedangkan Rian setelah mengantar Bik Lily, dia harus segera ke perusahaan, karena ada rapat mendadak.
Di perjalanan, telepon Rin berbunyi, ternyata Lutfhi yang menghubunginya.
Lutfi bertanya pada Rian tentang pernikahan Adrian sahabatnya, karena dia tidak bisa datang, lantaran jadwalnya penuh dirumah sakit.
"Gimana, akadnya lancar ?"
"Lancar lah, kamu aja yang tidak hadir ?" jawab Rian.
"Sorry sob, bukannya aku gak datang, kamu tau sendiri 'kan kalau jadwal ku padat, dan aku sudah kasih tau Adrian kemaren." Lutfi merasa bersalah, tapi mau bagaimana lagi.
"Udah, gak apa-apa, Adrian ngerti kok, oh ya, dah dulu ya, aku harus buru-buru ke perusahaan."
Sambungan telepon pun terputus, Rian langsung ke perusahaan, sedangkan Lutfi kembali pada tugasnya.
Dirumah Pak Gunawan, Nadira diminta membawa Adrian yang sudah sah menjadi suaminya ke kamarnya untuk istirahat.
Nadira tidak bisa membantah, kalau dia membantah, Bapak dan Ibunya akan tau kalau dia tidak sepenuhnya menerima pernikahannya dengan Adrian, jadi Nadira menurut saja.
Adrian juga tidak berkata apa-apa, dia mengikuti langkah Nadira, lelaki yang baru menjabat duda satu bulan lebih itu dia bersikap seperti biasa.
Dia masih dengan niatnya, dia akan menjaga Nadira dan keluarganya seperti permintaan almarhumah istrinya.
Bersambung.
pd akhirnya kau akan menyesal nadira