Karina adalah gadis sederhana yang di besarkan di keluarga yang hangat, namun sesuatu terjadi padanya ketika ia sedang bekerja, kejadian itu tak sengaja mempertemukannya dengan seseorang yang membuatnya terpana, dan jatuh hati. Apakah perjuangan cinta Karina akan berhasil?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Purpledee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 14. Home Alone
#Kamar Theo
"THEO-YAAAA" Panggil sang ayah yang baru sampai Ruang Tamu. Theo dan Yubi yang mendengar itu terlihat terburu-buru memakai pakaian mereka dan Tiba-tiba Saja Suara langkah Kaki yang mendekat mulai mereka dengar.
Dengan Cepat Yubi berlari kebalik pintu, Dan pintu pun Terbuka Ayah Theo melihat Theo yang tengah memakai celananya
"A-ayah." Ujar Theo sambil menyeringai.
"Kamarmu berantakan sekali." Ujar sang Ayah
"Aku belum membereskannya" ujar Theo
"Keluarlah Aku ingin bicara denganmu." Ujar Ayahnya lalu pergi.
Yubi yang saat itu menahan nafasnya dibalik pintu langsung bernafas lega.
"Kau tunggu disini" bisik Theo.
Karina hanya mengangguk kecil.
Ruang Tamu
Theo duduk sopan dihadapan Ayahnya.
"Kau tidak pergi ke sirkuit lagi untuk balapankan?" Tanya ayahnya.
"Tidak, Aku hanya bermain basket dan belajar bersama teman-temanku " Ujar ujar Theo
"Baguslah. Lusa Aku akan kembali ke Sanghai. Besok Kian dan kakak iparmu akan pulang kesini, Jaga sikapmu dan jangan repotkan mereka, Kau mengerti?" Tanya ayahnya
"Baik Ayah." ujar Theo
"Oh ya, Tadi aku melihat ada sepatu wanita disana, Milik siapa?" Tanya Ayahnya
Theo langsung terkejut dan menelan ludahnya karena takut.
"I-Itu...."
"Kau membawa seorang wanita kemari?" tanya Ayahnya
"A-apa yang ayah bicarakan, Aku lebih mencintai motorku dari pada seorang gadis " Ujar Theo seraya menyeringai
"baguslah, Aku harus segera pergi." Ujar ayahnya seraya beranjak
"Baik, Hati-hati dijalan Ayah" Ujar Theo
Ayahnya pun pergi dan Theo pun bisa bernafas dengan Lega. Theo kembali kekamarnya.
"Ayahmu sudah pergi? " Tanya Yubi yang sedang bersiap
"Iya, Kau mau pergi?" Tanya Theo
"Tentu saja. Apa kau mengingat sesuatu tadi malam?" Tanya Yubi.
"Aku tidak mengingat apa pun" Ujar Theo seraya duduk ditempat tidur
"Kita benar-benar sangat mabuk" Ujar Yubi.
"Kita tidak mungkin melakukannya kan?" Ujar Theo
"Melakukan apa?" Tanya Yubi
Theo hanya menatap Yubi tak mengerti.
"Jangan jangan kau yang melakukan sesuatu padaku?" Ujar Theo seraya beranjak
"Apa? Aku? Kenapa? Lagi pula Tidak ada yang berharga dari tubuhmu" Ujar Yubi
"APA? tentu ada yang berharga, Masa depanku." Ujar Theo seraya menutupi bagian bawahnya dengan tangan.
"Sudahlah, Aku harus pergi." Ujar Yu bi tak peduli lalu pergi
"YAAA, Apa yang sudah kau lakukan padaku?" Ujar Theo seraya memeluk tubuhnya.
...○...
#Villa
Pagi itu Karina terlihat masih tidur, sementara Kian Terlihat sudah bersiap untuk pergi.
"Karina," Panggil Kian
Kian pun menghampiri Karina dan memegang bahu Karina untuk membangunkannya.
"Karina, Bangun ini—“ Ucapan Kian terhenti ketika ia merasakan suhu tubuh Karina yang panas, Kian menyentuh Keningnya.
"Dia demam." Kian bergumam.
Kian pun segera pergi ke dapur untuk membawa Air kompresan. wajah Karina terlihat pucat dan kian dengan sabar merawat Karina.
"Aku akan membuatkannya makanan." gumam Kian
#Dapur
Kian hanya terdiam didapur, memikirkan bahan apa saja yang harus disiapkan.
"aku belum pernah membuat bubur" gumam Kian
Akhirnya ia membuka ponselnya dan mengikuti video tutorial membuat bubur.
1 Jam kemudian
Setelah selesai Kian Langsung pergi menuju Kamar, saat ia sampai Kian melihat Karina Yang sedang duduk bersandar.
"Karina?" Ujar Kian
Kian pun duduk disamping tempat tidur, dan langsung mengecek suhu tubuh Karina.
"Kau masih demam" Ujar kian
"Mn, Nanti juga sembuh dengan sendirinya, Kau jangan Khawatir." Ujar Karina seraya tersenyum
"Makanlah dulu, setelah itu minum obat." Ujar Kian
"Terima kasih." ujar Karina.
Karina pun mulai menyuapkan 1 sendok bubur kemulutnya. Ia Langsung menatap Kian dan tersenyum pahit.
"Ada apa?" Tanya Kian
"Bisakah aku melihat mu tersenyum?" Tanya Karina.
Kian pun tersenyum
"itu sudah cukup untukku" Ujar Karina seraya mengambil suapan keduanya
"Heh?"
"Senyummu sudah sangat cukup sebagai pengantin kecap dibubur ini, bahkan terlalu manis. Kau bisa mengecek gula darahku nanti dokter" Goda Karina seraya tersenyum
Kian yang mendengar itu langsung terdiam, wajahnya terlihat memerah, dan ia langsung beranjak.
"Aku akan mengambil obat untukmu" Ujar Kian Lalu pergi
"Pasti dia sangat malu" Gumam Karina seraya terkekeh.
...○...
#Apartemen Yubi
Ketika Yubi sampai di Apartemen nya, Yubi masih melihat Hong Bin didepan pintu Apartemennya.
"Apa yang sebenarnya dia inginkan dariku?" Gumam Yubi lalu menghampiri Hong bin.
"Apa yang sedang kau lakukan disini?"Tanya Yubi yang juga Melihat beberapa koper dan juga tas.
"Yubi, Aku dipecat dari kantor dan.."
"Kau diusir dari Apartemen mu." Ujar Yubi
Hong bin hanya mengangguk pelan.
"Lalu? Apa urusannya denganku?"Tanya Yubi
"Biarkan aku tinggal bersamamu untuk beberapa hari" Ujar Hong bin
"A-Apa? Tidak!" Tegas Yubi.
"Aku mohon, aku tidak memiliki tempat untuk pulang." ujar Hong bin seraya memegang tangan Yubi.
"Pergilah pada wanita itu, dia akan menampung mu" Ujar Yubi
"Yubi... Yubi, Aku mohon izinkan aku--"
Yubi langsung menghempaskan tangan Hong bin dan mengeluarkan dompetnya.
"Pergi dan carilah Hotel! Jangan pernah datang padaku lagi!" Ujar Yubi lalu membuka pintu rumah dan masuk.
Hong bin masih terdiam didepan pintu Apartemen, dan menundukan kepalanya, Lalu pergi.
...○...
#Villa
Karina mulai bangun dan beranjak dari tempat tidurnya, ia baru menyadari jika langit sudah gelap
"Apa aku tidur terlalu lama." Gumam Karina.
Karina mulai keluar dari kamarnya dan menuruni tangga untuk menuju lantai 1. Saat ia berada dilantai 1 ia tak melihat kian.
"Kemana dia?" Gumam Karina yang mencari sosok Kian
Ia melangkahkan kakinya menuju depan rumah, dan benar saja ia tak melihat Mobil Kian yang terparkir.
"Mobilnya tidak ada. Apa dia meninggalkanku?" pikirnya
Suara guntur mulai bergemuruh, dan suasana mulai mencekam kala itu, Angin mulai berhembus kencang.
"Ya tuhan lindungilah Aku" ujar Karina ketakutan seraya masuk kedalam rumah.
Keheningan mulai mengelilingi Karina, Hanya ada suara rintikan Hujan yang ia dengar, karena Vila itu terletak jauh didalam hutan.
"Apa dia benar-benar meninggalkanku." Pikirnya lagi seraya menahan Air mata.
"Aku tidak menyangka jika dia akan sejahat ini padaku"
Karina mencoba menahan rasa takutnya dengan memeluk bantal sofa dengan kuat, sesekali ia menghapus air matanya dengan kasar.
"Aku benar-benar marah kepadanya" Gumam Karina terisak.
'DUAAAAAARRRR'
Suara petir yang kuat membuat Karina berteriak dan menutupi telinganya dengan kuat, dan tiba-tiba Listrik dirumah itu mati.
"EOMMMAAAAA APPPAAAA" teriak Karina sambil menangis
...○...
Mobil Kian pun sampai diVilla. Kian terlihat banyak membawa keresek, ia lari dan menerobos hujan.
"Kenapa Listriknya mati" Gumam kian yang baru menginjakan kakinya di teras.
Kian mulai merogoh ponselnya dan menyalakan flashlight, Kian mulai membuka pintu dan memasuki ruang utama dengan hati-hati.
"Arin-ssi " panggil Kian
Ketika Kian sampai diruang tengah ia mendengar Suara tangisan Seorang wanita. Saat itu pikiran Kian mulai meracau.
"S-siapa yang menangis" Gumam Kian yang ketakutan
Ketika Kian mengarahkan senternya kearah kursi, Ia melihat seorang wanita yang tengah menunduk dengan memeluk lututnya.
"AAAAAAAA" teriak Kian
Dan Kian pun jatuh pingsan.
"Hah? Kian? Kian?" Panggil wanita itu yang ternyata adalah Karina.
Karina mengambil ponsel Kian dan menerangi Kian.
"Kian, aku mohon Jangan pingsan aku benar-benar sangat takut. Kian..." Ujar Karina sambil mengguncang-guncangkan tubuh Kian
Hujan Mulai membesar dan angin berhembus sangat kuat.
"Kian, bangun!"
Karina mencoba mengangkat tubuh kian untuk naik keatas kursi, Tapi saat ia akan mengangkat tubuh kian, dari pintu kaca dihadapannya ia melihat seseorang dengan pakajan serba hitam tengah melihat kearahnya.
Dan Alhasil Karina pun Jatuh tak sadarkan diri.
...○...
#Inha University
Theo terjebak Hujan yang membuatnya harus menunggu lebih lama dikampus, padahal itu sudah malam.
"bagaimana ini" gumam Theo
Tapi saat ia tengah menunggu hujan reda, dari kejauhan ia melihat seorang wanita berpayung hitam dengan sepatu berwarna merah berjalan mengarahnya.
"Siapa dia? Kenapa sangat menyeramkan" Gumam Theo
Wajah wanita itu terhalang oleh payung. Langkah demi langkah, dan kini wanita itu mulai menaiki anak tangga.
Theo menelan ludahnya ketakutan, dan saat wanita itu mengangkat payungnya, Dia adalah Yubi.
"Yubi?" Gumam Theo seraya mengerutkan keningnya.
"Kau.." Ujar Yubi lalu pergi begitu saja
"Eh?" ujar Theo mengikuti Yubi
"Kau kesini bukan untuk menjemputku?" Tanya Theo
"Hah?"Ujar Yubi seraya menoleh
"Kenapa aku harus menjemputmu?" Tanya Yubi kembali pergi.
"Ehh tunggu aku, kau mau kemana?" Tanya Theo mengikuti Yubi
.
Yubi pergi kesebuah kantor dan mengambil beberapa berkas ditemani Theo.
"Apa yang kau ambil?" Tanya Theo
"Ayahku memintaku untuk mengambil beberapa berkas" Ujar Yubi
"Oh, Tapi kenapa penampilan mu seperti ini, ditengah malam dan hujan lebat sepert ini? Sangat menyeramkan" Ujar Theo
Dan Yubi pun menatap Theo.
"K-kenapa kau menatapku?" Tanya Theo
"Tidak, Aku hanya baru menyadarinya,"
"Menyadari apa?" Tanya Theo
"Kau cukup tampan, Kau mau jadi pacarku" Tanya Yubi
Theo hanya terdiam membeku.
"Kau ini, aku hanya bercanda. Kenapa aku harus menjalani hubungan dengan pria yang lebih muda dariku. Jangan dimasukan kehati." Ujar Yubi sambil tersenyum
"E-eo"
Saat sampai dipintu depan Gedung, Hujan masih terlihat deras dan tidak menunjukan akan reda.
"Hujannya masih deras" gumam Theo
Yubi membuka payungnya.
"Kau menunggu seseorang?" Tanya Yubi
"Tidak, Aku mengendarai motor tapi aku tidak membawa jas hujan" Ujar Theo
"Kemarilah, Aku akan mengantarkanmu" Ujar Yubi seraya memajukan tangannya.
"eo, terima kasih"
Theo pun masuk kebawah payung itu dengan digandeng oleh Yubi.
"Mendekatlah, Payungnya terlalu kecil kau akan kebasahan nanti" Ujar Yubi
Theo hanya mengangguk kecil dengan gugup.
#Dalam Mobil Yubi
Yubi terlihat fokus menyetir, sementara Theo hanya menatap Yubi, tapi saat Yubi menoleh Theo langsung mengalihkan pandangannya.
"Kenapa kau mencuri-curi pandang seperti itu?" Tanya Yubi
"Si-siapa yang mencuri-curi pandang?" ujar Theo gugup
"Oke." pungkas Yubi
.
Tak memakan waktu lama, Mereka berdua pun sampai dirumah Theo.
"Terima kasih atas tumpangannya" ujar Theo
"Emmh, Ambil ini" Ujar Yubi seraya memberikan payungnya.
"Tidak per—“
"hujannya masih deras, Kau perlu beberapa langkah menuju teras rumah, Jadi pakailah" Ujar Yubi.
"Baiklah."
Theo pun membuka pintu mobil dan membuka payungnya, dan mulau melangkah menuju teras rumahnya.
Saat sampai teras, Theo melihat Yubi yang pergi melajukan mobilnya. Tanpa ia sadari Ujung bibirnya mulai naik.
"Ada apa denganku?" Gumamnya seraya menggaruk lehernya yang tak gatal
...○...
To Be Countinue...