DIRIKU Bukan IBU Tiri Yang Kejam

Pagi pun telah tiba menggantikan malam yang telah berlalu, Sherina dan kelima anak nya sudah bangun sedari pagi tadi.

Bahkan kelima anak Sherina semuanya telah selesai mandi di sungai, mereka tak menghiraukan rasa dingin yang mereka rasakan, mereka hanya ingin tampil baik tak ingin membuat ibu tirinya mereka merasa malu.

Sementara Sherina.. dia sudah selesai memasak makanan untuk dirinya juga untuk anak-anak tirinya.

Sherina terkekeh kecil melihat wajah kedinginan anak-anak tirinya dengan badan yang menggigil karna kedinginan.

"Kalian.. kemari lah.. minum lah air jahe ini, agar kalian tak terlalu kedinginan" Sherina membagikan satu gelas air jahe hangat untuk anak-anak tirinya itu.

"Ibu.. bukan kah ini obat?" Zevan yang hanya biasa menggunakan jahe sebagai obat, tentu heran karna ibu tiri mereka menyuruh mereka untuk meminum nya.

"Iya ini memang obat, tapi tak apa-apa juga di jadikan sebagai minuman hangat.. ayo minum lah selagi hangat agar kalian tidak terlalu kedinginan lagi" Sherina dengan sabar menjelaskan manfaat dari air jahe.

Tanpa banyak bertanya lagi, anak-anak tiri Sherina meminum air jahe yang di berikan Sherina.

"Ibu kenapa rasanya seperti ini? hangat dan juga manis" Alina yang masih kecil tentu merasa asing dengan rasa nya.

"Pedas itu dari jahe nya, dan manis itu karna Ibu mencampur kan sedikit gula pada air jahe nya" Sherina tetap bersikap santai untuk menghadapi anak-anak yang memang tak mengetahui banyak hal.

"Ibu dari mana kamu mendapatkan gula?" Zovan tentu tau gula itu sangat langka, juga sangat mahal, makanya dia terkejut ketika Sherina mengatakan jika air jahe nya telah di campurkan dengan gula.

"Ibu mendapatkan nya dari Bibi Mely.. kalian tau sendiri kan Bibi Mely selalu mempunyai apapun, dan dia tak pernah pelit kepada kita" dengan cepat Sherina mencari alasan.

Sherina lupa.. jika di jaman ini gula, garam juga bahan-bahan bumbu lain nya masih sangat langka, tentu anak-anak tirinya akan merasa heran jika Sherina memiliki semuanya.

"Pantas saja kalo dari Bibi Mely.. kapan ya Bu kita mempunyai segala nya seperti Bibi Mely?" tiba-tiba saja Zovan membayangkan mereka memiliki semuanya.

"Nanti ketika kalian dewasa kalian akan memiliki semuanya, dan mulai sekarang Ibu akan mengusahakan agar kalian tak kekurangan lagi" Sherina sudah mengetahui tentang masa depan anak-anak tirinya akan seperti apa nanti, jadi dia berani mengatakan kalau mereka akan hidup berkecukupan.

"Terimakasih Ibu.. "Zovan mengucapkan terimakasih karna kini Sherina benar-benar telah berubah.

"Sudah sudah.. ayo kita makan, kita harus segera bergegas" Sherina mengajak mereka semua untuk segera bersiap dan tidak membuang lagi waktu.

Maka dengan cepat mereka semua segera makan, setelah makan mereka semua bersiap untuk segera pergi.

"Ibu.. gubuk kita.. bahan makanan kita.. eeeemm.. apa tidak akan ada yang mencuri nya lagi?" Zevan ragu untuk meninggalkan gubuk nya, karna takut kejadian yang sama terulang kembali.

"Jangan khawatir semuanya tak akan terulang kembali.. ayo cepat lah kita segera pergi" Sherina sudah memerintahkan sistem untuk memasang jebakan listrik bertegangan sedang di sekeliling gubuk nya.

Jadi sudah dapat di pastikan, ibu mertuanya tidak akan dapat masuk dan mengacak-acak serta mencuri lagi isi dalam gubuk mereka.

Setelah mendengar ucapan Sherina, dengan ogah-ogahan Zevan ikut pergi, dengan langkah gontai Zevan selalu menengok ke arah gubuk mereka yang di tinggal kan.

"Sherina apa kamu akan ke kota kecil?" Mely terlihat sudah bersiap akan pergi.

"Iya Mely.. aku ingin menjual semua hasil buruan kita kemarin, dan uang nya akan aku belikan pada alat rumah yang telah di hancurkan" Dengan berteriak Sherina berbicara keras.. karna dia melihat sekilas keberadaan ibu mertuanya sedang memperhatikan dari jarak agak jauh.

"Kita berangkat bersama-sama saja, kebetulan aku juga ingin ke kota kecil" Mely sengaja menunggu Sherina dan anak-anak tirinya karna Mely tak ingin berjalan kaki seorang diri.

Sherina, Mely anak-anak tiri Sherina dan juga beberapa orang pergi bersama-sama untuk menuju ke kota kecil, mereka tak naik gerobak sapi karna hanya ada satu gerobak sapi dan itu pun sudah penuh.

"Zay.. Bim.. ayo kita bergegas, mereka semua telah pergi, dan kebetulan desa juga sepi karna mereka semuanya pergi" Nenek Sarah meminta kedua cucu nya untuk segera keluar dari persembunyian mereka.

"Nenek.. bukan nya Nenek mau mengajak Ayah dan juga Ibu" Zay celingukan mencari keberadaan orang tuanya begitu juga dengan Bim.

"Nanti mereka akan menyusul.. cepatlah.. sekarang di gubuk itu pasti banyak bahan makanan, Ayah mu kemarin melihat mereka membawa hasil buruan yang begitu banyak" ternyata keluarga Nenek Sarah selalu memperhatikan Sherina dari kejauhan.

"Kalau begitu kita jangan membuang waktu.. kita harus bergegas, kebetulan aku sudah lapar kembali.. di gubuk itu pasti akan ada makanan enak seperti kemarin" Bim sudah membayangkan memakan makanan buatan Sherina.

"Kau benar Adik.. ayo kita segera kesana" Zay juga sudah membayangkan memakan makanan di gubuk Sherina.

"Bukan kah kalian tadi sudah makan" Nenek Sarah agak kesal pada kedua cucunya yang hanya mengerti tentang makan saja.

"Makanan di rumah tak seenak makanan di gubuk mereka Nenek" Zay langsung membandingkan rasa masakan di rumah nya dengan masakan Sherina.

Bim juga mengatakan hal yang sama, karna makanan yang di masak oleh Sherina benar-benar nikmat saat di makan.

"Kalian ini.. padahal kan sama saja" Nenek Sarah agak kesal, karna masakan di rumah dia ikut serta memasak nya.

"Ibu.. " panggil anak pertama Nenek Sarah Dias dia datang beserta istrinya yaitu Dania.

"Kalian kenapa lama sekali.. mana Adik mu dan istrinya" Nenek Sarah mencari keberadaan anak kedua beserta menantu keduanya.

"Nati dia akan menyusul.. " Dion adik Dias belum datang karna masih menunggu istri nya yaitu Lela.

"Ya sudah... sebaik nya kita segera bergegas" Nenek Sarah mengajak mereka untuk memulai aksi mereka.

Mereka tak melalui arah depan karna takut ada salah satu warga yang lewat, maka mereka menggunakan jalan belakang.

Berhubung mereka melewati jalan belakang maka mereka pun berjalan melewati belakang Rumah Mely, dan kebetulan suami Mely tak pergi kemana-mana, dia sedikit kelelahan jadi dia berdiam diri di rumah.

"Orang-orang itu lagi" Sem mengintip di balik pintu dapur rumah nya, sem ingin melihat mereka akan berbuat sampai sejauh mana.

Sherina juga sudah berpesan, jika Sem melihat lagi Nenek Sarah berulah maka biarkan saja, jangan mencegah ataupun mendekati nya.

"Cepat buka pintunya" perintah Nenek Sarah pada Dias.

Dias menurut dan segera mendekat ke arah pintu dapur gubuk Sherina yang akan roboh kapan saja, namun belum juga pintu itu terbuka Dias sudah kejang-kejang.

Zzzzzzzzzz.. zzzzzzzzzzz..

"Suami ku.. Teriak Dania yang merasa ngeri dengan apa yang terjadi pada Dias.

"Dias.. " Nenek Sarah juga kaget melihat Diaz yang kejang-kejang hingga setengah gosong.

"Ayah.. ".

"Paman.. " Zay dan Bim juga terkejut melihat pemandangan menyeramkan tersebut.

"Ya Tuhan... apa itu?? apa Dias tersengat setan yang melihat aksi jahat mereka!!" Sem dapat melihat dengan jelas, kini Dias kejang-kejang dengan badan sedikit gosong.

Bersambung... semoga kita ketemu lagi di bab selanjutnya👋👋