NovelToon NovelToon
Hadiah Terakhir Dari Ayah

Hadiah Terakhir Dari Ayah

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintamanis / Cinta setelah menikah / Keluarga / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:607
Nilai: 5
Nama Author: GoodHand

Desa Tirto Wening adalah sebuah desa yang ada di pelosok sebuah wilayah Kabupaten. Dipimpin oleh seorang pemimpin berdarah biru yang merupakan keturunan bangsawan keraton, desa itu terkenal dengan kemakmuran warganya.

Mahesa Narendra, pria tampan yang di gadang - gadang akan menjadi penerus kepemimpinan sang Ayah di Desa Tirto Wening, di minta untuk menikahi seorang gadis, putri dari sahabat Ayahnya.

Pak Suteja, sahabat sang Ayah, meminta Raden Mas Mahesa untuk menikahi putrinya yang bernama Anaya Tunggadewi. Semua itu Pak Suteja lakukan untuk melindungi putri semata wayangnya dari keluarga yang sedang memperebutkan harta waris.

Bagaimanakah romansa di antara keduanya?
akankah mereka berdua hidup bahagia?
apakah Anaya akan betah tinggal bersama suaminya di desa?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon GoodHand, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

14. Panggilan Mesra

"Raden Mas..."

"Njih, Raden Ayu. Sudah selesai bicara dengan Ibu?." Tanya Raden Mas Mahesa.

Ia menunggu istrinya yang sedang mengobrol dengan Ibunya. Mereka berdua memang di panggil ke kediaman Kanjeng Gusti untuk membicarakan tentang pesta panen yang akan berlangsung minggu depan.

Segala persiapan mulai di lakukan baik oleh keluarga Kanjeng Gusti, maupun dengan warga desa yang selalu antusias menyambut acara pesta panen.

"Sudah. Mau pulang sekarang?." Tanya Anaya.

"Nanti, kita masih akan berdiskusi bersama beberapa perwakilan warga yang di undang kemari." Kata Raden Mas Mahesa yang di jawab anggukan oleh Anaya.

"Apa yang kamu rencanakan dengan Ibu?." Tanya Raden Mas Mahesa yang kemudian meminta Anaya duduk di hadapannya.

"Aku berencana untuk membuat sentra produk olahan. Selain bisa membuka lowongan pekerjaan untuk para ibu, kita juga bisa membantu petani dengan penanaman tumpang sari." Jelas Anaya.

"Contohnya?."

"Raden Mas tau kan tanaman okra? Okra itu bisa di buat jadi keripik yang kaya serat. Cocok menjadi camilan untuk orang yang sedang diet. Nah okra juga bisa di tumpang sari dengan jagung, kacang tanah atau mentimun." Jelas Anaya.

"Selain itu tanaman yang tumbuh liar seperti bunga telang dan rosella, itu juga kan bisa di manfaatkan jadi teh herbal jika di campur dengan beberapa bahan bermanfaat lain. Sayang sekali jika hanya di biarkan tumbuh liar seperti itu. Padahal kalau di buat teh, itu enak banget." Imbuh Anaya kemudian.

Raden Mas Mahesa tersenyum mendengar penuturan istrinya yang ternyata sangat memperhatikan sekitarnya.

"Okra memang bisa tumbuh dengan subur di desa kita. Terlebih lagi tanaman itu gak memerlukan perawatan rumit. Beberapa petani sayuran memang sudah ada yang coba menanam dalam skala besar, tapi karna kurangnya peminat, jadi mereka berhenti menanam okra." Cerita Raden Mas Mahesa.

"Maka dari itu, aku ingin mencoba membuat keripik okra, kalau enak ya bisa kita pasarkan dalam skala besar. Kabarnya masih ada beberapa petani yang menanam okra, walaupun sedikit." Kata Anaya dengan semangat.

"Nanti aku bantu siapkan keperluannya, Raden Ayu." Ujar Raden Mas Mahesa.

"Matur nuwun, Raden Mas." Jawab Anaya yang merasa senang karna usulnya di dukung oleh banyak pihak.

"Sudah menikah, kok manggilnya masih Raden Ayu dan Raden Mas? Mbok ya yang mesra gitu lho, Raden Mas." Ledek Raden Madana yang tiba - tiba muncul.

"Memangnya kenapa? Kamu lupa kalau hanya aku dan istriku yang memiliki panggilan itu di sini?." Jawab Raden Mas Mahesa.

"Gak lupa, cuma kok ya gak romantis gitu lho. Kalau panggilnya romantis terus mesra kan yang denger juga enak. Panggilan suami istri kok formal banget." Cicit Raden Madana.

"Iya! Gimana sih Raden Mas dan Raden Ayu ini. Cari panggilan lain dong, contoh tu Romo dan Ibu. Sampai sekarang saja masih selalu manggil Kanda - Dinda." Imbuh Raden Ajeng Meshwa yang juga bergabung.

Anaya hanya bisa terkekeh mendengar protes yang di layangkan oleh kedua adik iparnya itu.

"Terus, aku harus manggil kamu apa, Raden Ayu? Sayangku? Cintaku? Dek Ayu? Yang mana, Hm?." Tanya Raden Mas Mahesa sambil menatap ke arah istrinya yang wajahnya langsung memerah.

"Kersane Raden Mas mawon. (Terserah Raden Mas saja)." Jawab Anaya yang tiba - tiba gugup.

Hal itu tentu saja membuat Raden Madana dan Raden Ajeng Meshwa bengong. Niat awal hanya ingin menggoda Raden Mas Mahesa yang biasanya kaku pada wanita, nyatanya mereka malah di suguhi dengan mode bucin kakak tertua mereka.

"Ayo kita ke pendopo. Romo memintaku memanggil kalian." Ujar Raden Ajeng Meshwa.

Raden Mas Mahesa pun mulai beranjak dari duduknya, begitu juga Raden Madana dan Raden Ajeng Meshwa yang siap mengekor.

"Raden Mas.."

"Dalem, Sayangku." Jawab Raden Mas Mahesa yang justru membuat Anaya terdiam.

"Wah langsung praktek dong!." Seru Raden Madana.

"Kamu sih Raden! Tau sendiri Raden Mas kan paling gak bisa di tantangin, sekarang kamu jadi iri kan?." Gerutu Raden Ajeng Meshwa.

"Raden Ayu, gak usah malu kalo baper dengernya. Aku juga baper kalo di gituin." Imbuh Raden Ajeng Meshwa sambil tertawa.

"Itu, Aku juga ikut ke pendopo?." Tanya Anaya yang sedikit tergagap.

"Njih, Dek Ayu, Sayangku. Ayo sini." Jawab Raden Mas Mahesa sambil mengulurkan tangannya.

"Berlebihan sih kalo ini. Gak ramah sama yang belum nikah. Ayo Dek Ajeng, jangan lama - lama deket manten anyar (pengantin baru). Mengko ndak pingin ndang - ndang rabi. (Takut nanti pingin cepat menikah)." Ujar Raden Madana sambil menarik tubuh adiknya.

"Emang iya! Ayo Raden, aku takut nanti jadi pingin ngelangkahi Raden kalo kelamaan deket pasangan itu." Sahut Raden Ajeng Meshwa.

"Enak aja mau ngelangkahin! Gak bakal tak restuin!." Ujar Raden Madana yang membuat Raden Mas Mahesa dan Anaya yang berjalan di belakang mereka tertawa.

"Selisih umur kita cuma dua tahun loh, Raden. Kalau aku harus nunggu Raden Madana menikah dulu, bisa jadi perawan tua aku!. Aku kan juga mau di panggil kayak Raden Ayu gitu." Protes Raden Ajeng Meshwa.

"Sini, biar aku aja yang manggil mesra kamu, Dek Ajeng. Sayangku, cintaku, pujaan hatiku." Ujar Raden Madana sambil merangkul adiknya dan juga memonyongkan bibir hendak mencium Raden Ajeng Meshwa.

"Ih apa sih! Nggilani banget Raden Madana ini." Omel Raden Ajeng Meshwa yang menghindari bibir Raden Madana.

"Kalian berdua tadi yang nyuruh manggil mesra. Sudah di turuti, tapi kalian berdua malah jadi ribut sendiri." Ledek Raden Mas Mahesa yang membuat dua adiknya mencebik.

Di pendopo, sudah ada beberapa warga yang berkumpul. Di sana juga sudah ada Kanjeng Gusti, Gusti Ayu, dan para abdi dalem yang membantu Kanjeng Gusti mengurus desa Tirto Wening.

Raden Ayu Anaya bersama Raden Mas Mahesa dan dua adiknya pun turut bergabung di sana. Mereka mulai berdiskusi mengenai persiapan yang sudah hampir tujuh puluh persen siap.

Tak hanya membahas tentang pesta panen, mereka juga membahas mengenai beberapa permasalahan yang ada di desa, juga membahas mengenai usulan Raden Ayu Anaya mengenai pemanfaatan produk hasil pertanian.

"Biasa aja lihatnya, Raden Mas. Aku tau kalo Raden Ayu memang cantik." Goda Raden Madana yang melihat tatapan penuh cinta Raden Mas Mahesa pada sang istri yang ada di seberangnya.

"Gak bisa biasa aja. Dia gak cuma cantik tapi juga pintar, peduli dan mempesona." Sahut Raden Mas Mahesa yang memuji istrinya.

"Pinter masak, apapun makanan yang dia buat juga gak pernah gagal. Kalo aku punya istri sehebat Raden Ayu, pasti aku suruh buat makanan yang enak - enak setiap hari." Imbuh Raden Madana.

"Itulah makanya aku yang jadi suami Raden Ayu. Karna aku gak mau Raden Ayu kelelahan, apa lagi sampai terluka. Kamu bayangin aja kalau sampai tangan Raden Ayu terkena pisau gimana? Kalau kulitnya melepuh karna minyak panas atau karna terkena alat masak gimana? Kan eman - eman." Cicit Raden Mas Mahesa setengah berbisik.

"Raden Mas jangan terlalu posesif seperti itu. Nanti Raden Ayu gak betah hidup sama Raden Mas. Kalau apa - apa gak boleh, wanita mana yang betah? Kayak burung hidup di dalam sangkar emas saja. Raden Mas kan gak tau, barang kali dengan memasak, Raden Ayu bisa menenangkan pikiran atau melampiaskan amarah. Harusnya Raden Mas dukung saja apa yang diinginkan Raden Ayu." Nasihat dari Raden Madana.

Raden Mas Mahesa pun terdiam. Ia menatap ke arah Anaya yang nampak riang berdiskusi dengan Gusti Ayu dan juga beberapa abdi dalem mereka.

Memang ada benarnya apa yang di sampaikan oleh Raden Madana. Mungkin hal - hal seperti itu bisa membuat Raden Ayu lebih bahagia dan tidak merasa terkekang. Apa lagi Raden Mas Mahesa sendiri lebih sering sibuk di luar untuk mengurus pekerjaannya. Ya, bagi Raden Mas Mahesa, yang terpenting adalah kebahagiaan Raden Ayu Anaya.

1
FDS
Bagus, berlatar di desa. alurnya juga menarik
Codigo cereza
Teruslah menulis, ceritanya bikin penasaran thor!
GoodHand: terima kasih
total 1 replies
riez onetwo
Mupeng
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!