Mengandung benih kekasih sahabatnya sendiri, sungguh bukanlah hal yang pernah terbayangkan oleh Meisya. Akibat obat perangsang yang tanpa sengaja ia minum di acara party membuatnya terjebak melewatkan malam panas bersama Kenzo. Teman sekaligus kekasih dari sahabat baiknya.
Niat hati ingin melupakan kejadian malam panas bersama Kenzo, Meisya justru mendapatkan kenyataan pelik karena ia dinyatakan hamil tepat sebulan setelah kejadian malam kelam itu.
“Menikahlah denganku demi anak kita, setelah anak kita lahir, kita akan berpisah.” Kata Kenzo ingin bertanggung jawab.
Tak punya pilihan, Meisya menerima tawaran Kenzo. Dengan syarat menutupi pernikahan mereka dari Bianca karena Meisya tidak ingin menyakiti hati Bianca bila dia mengetahuinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SHy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MBKS 15 - Suka-suka Kenzo
Laju mobil Kenzo seketika melambat saat menyadari jika ia sudah salah bicara. “Maksudku, mengurus jadwal manggungku dengan Mbak Stevi. Karena masih ada beberapa jadwal yang belum pasti.” Jelas Kenzo. Berharap penjelasannya bisa diterima oleh Bianca.
Meski heran, lagi-lagi Bianca percaya saja pada perkataan Kenzo dan tak lagi banyak bertanya.
“Mungkin Kenzo menganggap pekerjaannya sebagai anaknya sehingga dia berkata seperti itu. Lagian, mana mungkin juga Kenzo memiliki anak asli di saat kami belum menikah.” Pikir Bianca.
Pulang mengantarkan Bianca, Kenzo langsung tancap gas menuju apartemen Meisya. Tak memakan waktu lama, dia sudah tiba di depan apartemen. Meski dia bisa saja langsung masuk ke dalam apartemen tanpa meminta Meisya membuka pintu untuknya lebih dulu, Kenzo memilih untuk menghargai Meisya uang membukakan pintu untuknya.
“Kenzo, kamu ngapain datang ke sini?” Wajah Meisya kelihatan kaget karena Kenzo tiba-tiba sudah berada di depan apartemennya.
“Bukannya aku udah bilang kalau aku akan datang ke sini setelah mengantar Bianca?” Tanya Kenzo sembari melangkah masuk ke dalam apartemen.
“Tapi buat apa kamu datang ke sini sih. Sungguh gak penting banget tau gak?!” Ketus Meisya. Dia sungguh merasa terganggu dengan keberadaan Kenzo di sana.
“Tentu saja untuk memastikan kalau kamu baik-baik aja. Apa lagi tadi kamu habis bertabrakan dengan pria itu!” Kenzo mengingatkan kejadian beberapa jam lalu
Meisya menghela nafas. Sungguh berlebihan sekali sikap Kenzo ini pikirnya. “Apa kamu gak bisa lihat kalau tadi aku gak papa. Aku bahkan sangat baik-baik saja!”
“Apa kamu serius?” Tatapan mata Kenzo nampak intens. Membuat Meisya terdiam beberapa saat melihat tatapan mata Kenzo yang nampak berubah lembut kepadanya.
“Tentu saja. Aku pikir kamu jangan terlalu mengkhawatirkan aku. Karena aku bukanlah anak kecil yang harus selalu kamu khawatirkan!”
“Kamu bisa saja berkata seperti itu. Tapi aku gak bisa bersikap begitu sama kamu. Apa lagi posisinya sekarang kamu sedang mengandung anakku. Aku merasa wajib selalu memastikan kalau kalian baik-baik saja!”
Meisya menghela nafas dalam-dalam. Berusaha untuk bersabar menghadapi sikap Kenzo. Selama ini dia tahu jika Kenzo sangat perhatian pada teman-temannya, tapi Meisya tak menduga jika perhatiannya akan jauh lebih dalam jika berhubungan dengan anaknya.
“Aku minta sama kamu tolong jangan pernah melarangku untuk perhatian sama anakku. Karena sampai kapanpun juga, aku gak bisa melakukannya.”
Meisya memilih diam saja. Pandangannya pun sudah beralih ke arah lain. Rasanya Meisya tidak sanggup menatap wajah Kenzo terlalu lama. Apa lagi pria itu begitu dalam menatap wajahnya.
Pandangan mata Kenzo kini sudah beralih ke arah dapur yang memperlihatkan bahan-bahan masakan di sana. Penasaran, Kenzo melangkah mendekati dapur. Membuat Meisya cepat mengikuti langkahnya.
“Kamu mau ngapain malam-malam begini sih?” Tanya Kenzo sembari menatap satu persatu bahan masakan yang sudah Meisya persiapkan.
Meisya tak langsung menjawab. Dia merasa malu untuk berkata jujur pada Kenzo. Tak mendapatkan jawaban langsung dari dirinya, membuat pandangan mata Kenzo tertuju ke arahnya.
“Kenapa diam aja? Memangnya kamu mau buat apa sih?!”
“Membuat nasi goreng. Perutku rasanya lapar sekali. Semenjak hamil, aku suka banget lapar secara tiba-tiba. Meski aku udah makan di kafe tadi.”
Kenzo memperhatikan tangan Meisya yang kini tengah mengusap perut. Hatinya terasa tersentuh melihat pergerakan tangan wanita itu. “Biar aku saja yang membuatnya. Kamu cukup duduk dengan tenang dan menunggu aku selesai masak.” Titah Kenzo.
“Tapi—“ Meisya hendak memberikan penolakan. Tapi Kenzo sudah bersuara lebih dulu.
”Jangan banyak membantah, Mei. Kamu gak lupa kan waktu di karantina dulu kamu pernah masak juga dan hasilnya gosong? Apa kamu mau hasil masakan kamu gosong lagi dan kamu memberikan makanan gosong untuk anak kita?!”
Meisya terdiam. Kepalanya pun menggeleng. Sebenarnya dia memang belum terlalu mahir memasak. Tapi karena perutnya yang terasa lapar, membuatnya ingin masak juga. Apa lagi bahan masakan sudah cukup lengkap di dalam kulkas.
“Pandainya bilangin orang aja. Memangnya dia pandai masak apa?!” Cibir Meisya dalam hati. Dia yakin kalau Kenzo pasti tidak pandai masak juga. Apa lagi selama mereka berada di karantina, dia sama sekali tak pernah melihat Kenzo memegang peralatan dapur.
Mengabaikan Meisya yang masih tidak percaya dengan kemahirannya dalam memasak, Kenzo terus melanjutkan pekerjaannya membuat nasi goreng untuk Meisya. Dia menumis bumbu dasar nasi goreng lebih dulu kemudian memasukkan penyedap dan nasi ke dalam wajan.
Dari arah sofa, Meisya terus memperhatikan gerak-gerik Kenzo. Terlihat cukup meyakinkan. Meisya pun tidak menyangka kalau Kenzo cukup cekatan dalam memasak. Karena dia berpikir kalau semua pria tidak mahir dalam hal memasak.
“Apa hasil masakannya bakalan enak?” Tanya Meisya dalam hati. Perutnya yang tadi terasa lapar pun sudah berbunyi terus. Seakan janin di dalam perutnya sudah berteriak ingin meminta diberi asupan makanan.
Tak lama, Kenzo datang menghidangkan sepiring nasi goreng yang terlihat lezat di mata Meisya. Kedua bola mata Meisya pun berbinar. Rasanya dia sudah tidak sabar untuk menyantapnya.
“Makanlah. Katanya tadi lapar.” Kata Kenzo.
“Apa rasanya enak? Aku takut muntah kalau hasilnya gak enak.” Kata Meisya hati-hati.
“Kamu boleh memuntahkannya kalau rasanya gak enak.”
Meisya tak lagi banyak tanya. Dia sudah bersiap untuk menyantapnya. Kenzo pun memperhatikan pergerakannya hingga akhirnya Meisya menyuapkan nasi goreng ke dalam mulutnya.
“Astaga, kenapa rasanya enak banget!” Meisya sampai tanpa sadar geleng-geleng kepala memberikan respon atas makanan yang baru saja masuk ke dalam mulutnya.
Tanpa memperdulikan keberadaan Kenzo di dekatnya, Meisya menyantap cepat nasi goreng hingga habis tak tersisa. Kenzo yang sejak tadi memperhatikannya pun lega karena masakannya bisa diterima dengan baik oleh Meisya.
“Enak banget…” puji Meisya sembari mengusap perutnya yang terasa penuh terisi makanan. Kali ini bibirnya tak bisa diam saja untuk tidak memuji hasil masakan Kenzo.
Kenzo mengulas senyum. “Mau nambah?” Tawarnya.
Meisya menggeleng. “Nambah gimana. Nasi gorengnya kan udah habis. Kalau aku mau nambah apa yang mau kamu berikan kepadaku?”
“Aku bisa memasaknya kembali. Asal kamu dan anak kita kenyang.”
Perkataan Kenzo membuat Meisya terdiam beberapa saat. Baru beberapa hari Kenzo mengetahui jika diri Meisya sedang mengandung darah daging Kenzo, pria itu sudah begitu sangat perhatian saja pada Meisya.
“Gak perlu. Aku udah kenyang banget. Lebih baik kamu sekarang pulang aja. Udah malam juga kan.” Usir Meisya. Rasanya makin lama berdekatan dengan Kenzo, bisa membuat jantungnya yang sedang berdetak kencang jadi meledak.
“Kenapa harus pulang? Bukannya kita udah jadi suami istri. Rasanya tidak ada masalah jika kita tidur di rumah yang sama bahkan di kamar yang sama.” Kata Kenzo dengan entengnya.
Kedua bola mata Meisya melotot mendengarnya. Kedua tangannya pun seketika berkacak pinggang. “Sembarang bicara. Apa kamu udah lupa dengan kesepakatan kita? Meski kita udah nikah, aku gak mau tinggal dan tidur di kamar yang sama dengan kamu!” Meisya mengingatkan dengan tegas.
“Aku mengingatnya. Tapi aku juga gak akan berdosa bila melanggarnya. Karena aku adalah kepala keluarga di sini. Aku bebas mau membuat aturan atau membatalkan aturan sesuka hatiku.”
“Kamu?!!” Pekik Meisya tertahan. Rasanya emosinya sangat diuji sekali berhadapan dengan Kenzo yang mulai bersikap sesuka hatinya dengan mengatasnamakan kekuasaan dirinya sebagai seorang suami.
***
Jika teman-teman suka dengan cerita Meisya dan Kenzo, tinggalkan komentar dan klik tombol suka sebelum meninggalkan halaman ini. Satu lagi, jangan lupa kasih rate bintang 5 ⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️ seperti biasanya.
Untuk seputar info karya, teman-teman bisa follos akun instaggram @shy1210 yaaa
Terima kasih🌺
Kenzo membela meisya bianca menuduh meisya, pdhal kenzo dan meisya sama2 terpengaruh obat merasa pd saat melakukannya....
Meisya terpaksa menikah sirih sm kenzo sudah hamidun....
Bianca merasa meisya merebut kenzo darinya.....
lanjut..
tambah seru
Bianca mendapati Kenzo sedang bersama Meisya.