Melati, hanya seorang guru honorer di sebuah sekolah elite. Namun, dia harus terjebak dengan seorang Tuan Muda yang ternyata Ayah dari anak didiknya.
Menjadi istri bayaran, bukan salah satu dari cerita yang ingin dia lalui dalam hidupnya. Ketika dia harus menikah dengan pria yang hatinya terkunci untuk sebuah cinta yang baru dan sosok baru setelah kepergian istrinya.
Namun sial, Melati malah jatuh cinta padanya. Bagaimana dia harus berjuang akan cinta yang dia miliki. Dalam pernikahan yang semu, dia harus berjuang membuka kembali hati suaminya yang sudah terkunci rapat. Namun, di saat dia benar-benar ingin berjuang dalam cinta dan pernikahannya ini. Melati, harus menyadari satu hal tentang suaminya.
"Kau tidak akan pernah ada dalam tujuan hidupku. Jadi berhenti berharap lebih!"
Melati hanya bisa diam dengan menatap punggung Zaidan yang pergi menjauh darinya setelah mengucapkan kalimat yang benar-benar menghancurkan harapan rapuh yang sedang dia perjuangkan saat ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita.P, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertemuan Pertama
Berjalan beriringan menuju ruangan Presdir, pemimpin Perusahaan besar ini. Tangan Melati sudah berkeringat dingin, bahkan dia meremas rok yang digunakan. Kegugupan semakin menjadi saat dia sampai di depan pintu ruangan Presdir ini. Melati menoleh dan menatap Ares.
"Tenang aja Mel, sesuai dengan ucapanku saja tadi. Kamu hanya tidak perlu membantah ucapannya"
Meski sebenarnya Ares juga merasa bersalah karena harus menjerumuskan Melati dalam pernikahan kontrak ini. Tapi, meski terlihat sangat dingin dan kejam, Ares juga tahu jika Zaidan mempunyai sisi hangat yang hilang sejak kepergian istrinya. Dan entah bodoh atau apa, Ares berharap Melati bisa mengembalikan sisi Zaidan yang itu.
Aku hanya perlu menuruti perkataannya dan jangan membantah. Ya Tuhan, semenyeramkan apa orang yang akan menjadi suamiku?
Ketika Ares membuka pintu, Melati semakin merasa jantungnya berdebar kencang. Pastikan ketika kakinya melangkah masuk ke dalam ruangan ini, maka kehidupan Melati akan berubah sejak saat itu. Dan Melati harus siap dengan semuanya.
Ruangan yang besar, ada sebuah meja kerja dan sofa juga. Melati melihat seorang pria yang sedang duduk di kursi kebesarannya dengan fokus pada sebuah layar laptop di depannya. Tangan Melati semakin bergetar saat melihat lirikan tajam dari pria yang akan menjadi suaminya itu.
"Tuan, ini Melati yang saya ceritakan kemarin" ucap Ares.
"Hmm"
Melati hanya berdiri diam di belakang tubuh Ares dengan tangan saling bertaut dan wajah yang menunduk. Hanya mendengar kata 'hmm' saja dari pria itu, sudah membuat Melati merinding. Semenyeramkan apa calon suaminya ini?
Saat Zaidan mendongak, dia menatap lekat ke arah Melati dengan mata elangnya. Tentu saja itu membuat Melati semakin takut. Membuat dia berpikir, apa memang dia harus melanjutkan keputusannya ini atau tidak.
"Maju!" Suara bariton itu memerintah, Ares yang melihat Melati hanya diam, langsung menarik tangannya untuk maju dan sejajar dengannya. Zaidan menatap tangan Ares yang memegang tangan Melati dengan mata menyipit. "Untuk apa kau pegang tangannya? Dia tidak bisa jalan sendiri?"
Deg... Ares langsung melepaskan tangannya di pergelangan tangan Melati. Dia menatap Zaidan dengan kening berkerut tajam. Jangan sampai kau mengklaim dia sebagai boneka milikmu sekarang! Dia manusia, hey bodoh! Begitulah kira-kira arti tatapan tajam Ares pada Zaidan.
Namun, Zaidan sama sekali tidak menghiraukan. Dia menerima berkas dari Ares, membukanya dan mulai membaca isi dari berkas itu. Lalu mendongak dan menatap Melati yang sejak tadi hanya diam saja.
"Melati Arunisa, usia 24 tahun. Bekerja sebagai guru honorer di sekolah Taman Kanak-kanak juga bekerja di sebuah salon di Mal xx. Ayahnya meninggal karena kecelakaan. Mempunyai satu orang Adik laki-laki dan tinggal bersama Ibunya. Kau sudah membaca semua peraturan dariku?"
Melati mengangguk dengan cepat, tangannya semakin kuat saling meremas. Keringat dingin membasahi keningnya. Melati hanya menunduk, tidak berani menatap pria di depannya. Auranya benar-benar menakutkan.
"Kau hanya perlu menuruti semua perintahku. Menjadi Istri yang penurut, dan Ibu yang baik untuk anakku. Ares kau teruskan saja semua informasi yang perlu kau beritahukan padanya"
"Sebaiknya bicara sekarang tentang syarat yang ingin kamu berikan" bisik Ares pada Melati.
Melati mengangguk, dia memberanikan diri untuk mendongak. Menatap Zaidan yang terlihat sangat dingin dan pastinya sulit tersentuh.
"Em Tu-tuan, saya ingin mengajukan satu persyaratan" lirih Melati, sungguh melihat langsung tatapannya membuat dia semakin takut untuk berkata. Tapi dia harus melakukan ini sebelum terlambat. "Saya minta agar Tuan tidak menyentuh saya dalam waktu 1 tahun pernikahan kita. Karena Tuan juga tidak mencintai saya, jadi jangan menyentuh saya tanpa dasar cinta"
"Cih, cinta" Zaidan menatap Melati dengan lekat. Tatapan yang dingin dan tajam. "Untuk itu tergantung. Bagaimana kamu bisa menjaga diri kamu sendiri dariku"
Melati langsung mengerjap bingung, apa maksud dari ucapannya itu. Melati menoleh pada Ares dengan bingung, namun pria itu juga tidak bisa memberikan jawaban apapun. Dia malah menarik tangan Melati keluar dari ruangan itu, saat dirasa Zaidan sudah tidak ingin berbicara apapun lagi.
Saat keluar ruangan, Melati merasa udara langsung terasa segar setelah di dalam sana dia hanya merasa sesak. Seolah asupan oksigen tiba-tiba berkurang.
"Kak, apa maksudnya berkata seperti itu? Dia tidak akan menyentuh aku 'kan? Ini hanya pernikahan di atas kontrak, dia tidak mungkin mengambil haknya 'kan Kak?" tanya Melati dengan cemas mengingat ucapan Zaidan tadi.
Ares mengelus kepala Melati dengan lembut. Meski dia berpikir keras arti ucapan Zaidan tadi. Sebenarnya Ares juga sedikit bingung dan takut dengan ucapan Zaidan tadi.
"Sudah kamu tenang saja. Dia hanya mengancam kamu saja. Dia suka melihat seseorang takut padanya. Lagian dia juga tidak mungkin menyentuh kamu, dia masih begitu cinta sama mendiang istrinya"
Tapi apa aku yakin dia tidak akan menyentuh Melati yang polos ini? Aa... Kenapa malah aku yang tidak yakin.
Melati mencoba untuk percaya, dia menganggukkan kepalanya. Lalu mereka pergi ke ruangan Ares. Pria berkacamata yang selalu tahu apa yang Tuannya inginkan. Namun sikapnya yang ramah dan baik, tentu menjadi idola banyak kalangan perempuan.
"Jadi begini Mel, pernikahan kalian akan dilaksanakan sekitar 2 minggu lagi. Kamu jangan berharap pernikahan ini akan tersembunyi seperti kebanyakan pernikahan kontrak lainnya. Pernikahan ini akan tetap terbuka untuk publik, karena alasan Tuan Zaidan mencari istri bayaran, itu karena dia sudah jengah dengan gadis-gadis murahan yang mengejarnya. Dan akan resmi menjadi Nyonya Fernandez. Kamu nikmati gelar itu selama satu tahun ini. Dan kamu hanya perlu menjaga sikap juga merawat anaknya dengan baik. Akhir pekan besok, aku akan jemput kamu untuk bertemu orang tuanya dan juga anaknya. Kamu harus siap"
Melati mengangguk pelan, meski jantungnya berdebar kencang. Bertemu dengan orang tuanya? Bagaimana kalau mereka tidak suka? Ahh.. Pikiran itu terus berputar di kepalanya, membuatnya pusing.
"Kak, orang tuanya tidak tahu tentang pernikahan ini hanya sebuah kontrak?"
Ares menggeleng pelan. "Kamu hanya perlu bilang jika kamu mencintainya saja. Kalau orang tuanya bertanya, berapa lama kalian kenal, jawab saja satu tahun. Oke?"
Melati kembali mengangguk, meski masih sedikit bingung dan takut.
"Semua persiapan pernikahan, kamu tidak perlu repot. Semuanya sudah di urus. Kamu hanya perlu mempersiapkan diri saja, Mel. Dan ini, bukti pelunasan hutang kamu. Dan ini juga untuk biaya kuliah Fattah yang menunggak" ucap Ares sambil menunjukan bukti pembayaran.
Melati mengangguk dengan mata yang berkaca-kaca. Akhirnya dia bisa memperbaiki keuangan keluarganya, tapi dengan memberikan tubuhnya untuk dinikahi oleh pria asing.
Ares menepuk bahu Melati, dia menghembuskan nafas kasar. Sebenarnya memang dia juga tidak ingin Melati sampai melakukan ini. Tapi, tidak ada pilihan lain lagi.
"Semoga semuanya berjalan dengan baik. Ini hanya satu tahun, dan kamu pasti bisa, Mel"
"Iya Kak, semoga aku bisa melewati satu tahun ini dengan baik" Dan yang terpenting aku bisa menjaga kehormatan aku, agar aku bisa mengejarmu saat bercerai dengan dia.
Baiklah, awal kehidupan Melati akan benar-benar berubah.
Bersambung
Tapi tidak menabung bab
nextttt thor.....