NovelToon NovelToon
Menantu Sampah

Menantu Sampah

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Dikelilingi wanita cantik / Cinta Terlarang / Suami Tak Berguna / Pelakor jahat / Saudara palsu / Tamat
Popularitas:6.7k
Nilai: 5
Nama Author: siv fa

simak dan cermati baik2 seru sakali ceritanya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon siv fa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

14

Martin mengernyitkan kening. Apakah dia salah dengar? Tapi sepertinya tidak. Orang bernama Billy di hadapannya ini baru saja mengusirnya.

"Apakah ada yang kurang jelas dengan kata-kataku tadi? Mungkin kau salah menafsirkan sesuatu," kata Martin, mencoba berpikir positif terhadap Billy.

Billy malah tersenyum mencemooh, lalu berkata, "Silakan keluar dan tinggalkan tempat ini. Aku tak punya waktu untuk mengurusi ocehanmu."

Tak ada bentakan atau apa, tapi jelas sekali terasa kalau cara bicara Billy pada Martin telah berubah. Kini tak ada lagi rasa hormat atau sopan santun. Billy telah memosisikan lawan bicaranya sebagai orang yang statusnya jauh berada di bawahnya.

Saat Billy hendak beranjak dari tempatnya, Martin menyambar lengannya dan menahannya, menatapnya penuh tanya.

"Aku memintamu melakukan sesuatu yang bisa kau lakukan sebagai CEO PT Alat Kesehatan Makmur cabang Hagasa. Mungkin memang terkesan aneh sebab ini dadakan sekali, tapi aku akan berutang budi padamu kalau kau memenuhi permintaanku. Kupastikan aku akan membayarnya suatu hari nanti," kata Martin.

Sebenarnya Martin sudah sangat tersinggung dengan perkataan dan sikap Billy, tapi dia menurunkan egonya dan tetap menjaga alur komunikasi dengan lawan bicaranya ini. Semuanya demi keberhasilan Julia dalam melaksanakan "tugas mustahil" yang diberikan Benny padanya.

Namun apa respons Billy? Dia malah mendengus dan mengibaskan lengannya yang dipegang Martin. Ditepuk-tepuknya lengannya itu, seakan-akan tangan Martin begitu kotor.

"Utang budi katamu? Apa kau sadar apa yang kau katakan itu? Memangnya apa yang bisa kau lakukan untukku? Aku tahu kau adalah si menantu sampah di Keluarga Wiguna. Pria tak berguna sepertimu tak usah berlagak bisa memberiku sesuatu yang berharga. Sekarang cepat pergi atau kupanggil satpam!"

Kata-kata Billy semakin kasar. Kini dia terang-terangan menghina Martin tanpa peduli apakah itu akan menyinggungnya atau tidak.

Martin menatap Billy kecewa. Dia telah meminta Ben mengatur pertemuan dadakan ini. Mestinya Ben telah juga mengatur agar Billy membantunya, bukan bertingkah kurang ajar seperti ini.

Ini tak bisa dibiarkan. Martin mengeluarkan ponselnya dan menelepon Ben.

"Paman Ben, apa yang sebenarnya terjadi? Aku sudah bicara dengan CEO PT Alat Kesehatan Makmur cabang Hagasa tapi aku malah diusir dengan kasar!" kata Martin.

"Sekarang kuberi kau waktu tiga menit. Atasi masalah ini!" sambungnya.

Begitu saja, tanpa memberi waktu pada Ben untuk menyanggah, Martin mengakhiri panggilannya.

...

Di tempat lain, di sebuah restoran Perancis ternama di pusat Kota Hagasa...

Ben baru saja mengangkat panggilan dari Martin, dan kini tangannya gemetar.

Jelas sekali bahwa Martin saat ini sedang sangat marah. Dan mengingat di dalam tubuhnya mengalir darah Keluarga Linardy, entah apa yang bisa dilakukannya jika kemarahannya ini tak terkendali.

Ben harus cepat-cepat melakukan sesuatu. Dia menelepon Edwin Rooney, CEO PT Alat Kesehatan Makmur pusat yang juga pamannya Billy.

"Edwin, apa yang sebenarnya terjadi? Barusan Tuan Muda Linardy mengabariku kalau dia malah diusir dengan kasar oleh orang yang kau perintahkan untuk menemuinya malam ini di kantor cabang. Kau tidak sedang main-main denganku kan, Edwin?!"

Hening sebentar. Bisa dibayangkan di jauh sana Edwin terdiam sebentar untuk memproses informasi yang mengejutkan baginya ini.

[Maafkan saya, Tuan Ben. Pasti ada miskomunikasi di sini. Akan saya hubungi CEO kantor cabang Hagasa sekarang juga.]

"Lakukan secepatnya atau kau akan menanggung risikonya. Aku tak perlu mengingatkanmu bahwa Tuan Muda Linardy adalah calon kuat pewaris tahta Lozara Group, bukan?"

[Sama sekali tak perlu, Tuan Ben. Saya mengerti dan saya mohon maaf. Masalah ini akan saya atasi secepatnya.]

Percakapan berakhir di situ. Ben mengetik pesan chat dan mengirimkannya pada Martin, memberitahu kalau si CEO cabang yang kurang ajar itu akan dihubungi oleh atasannya yang ada di pusat.

Balasan dari Martin datang sebentar kemudian. Isinya singkat saja tapi langsung membuat bulir-bulir keringat muncul di keningnya:

[Kali ini sebaiknya kau melakukan tugasmu dengan benar.]

...

Kembali ke ruang tunggu di lobi kantor PT Alat Kesehatan Makmur cabang Hagasa...

"Cih! Apa maksudnya yang barusan itu? Kau berpura-pura menelepon seseorang seolah-olah kau orang yang sangat berkuasa? Kau ini delusional atau apa, hah?" cibir Billy.

Martin memasukkan ponselnya ke saku celana. Baru saja dia membalas pesan chat dari Ben. Suasana hatinya masih sangat buruk.

Rasa-rasanya dia ingin menonjok lawan bicaranya ini dan mematahkan hidungnya. Tapi, jika dia sampai melakukan itu, dia khawatir nanti malah jadi masalah.

Bagaimanapun pria di hadapannya ini memiliki peranan penting dalam keberhasilan Julia mendapatkan proyek bernilai 10 miliar itu. Dia harus menaklukkannya dengan cara yang tepat.

"Sebenarnya aku tak ingin mengatakan ini, tapi kau membuatku muak!" maki Billy.

"Dari dulu aku paling tak suka sama orang miskin yak sok-sokan kaya, orang lemah yang sok-sokan kuat, orang tanpa status yang sok-sokan berkuasa. Kalian itu menjijikkan! Melihat orang-orang seperti kalian tepat berada di hadapanku membuatku merasa kotor! Di rumah nanti aku harus mandi-keramas berkali-kali!" sambungnya.

Dada Billy kembang-kempis saking meluap-luapnya amarahnya. Martin sendiri, di sisi lain, mengatur tarikan napasnya untuk mengendalikan amarahnya. Dia tak boleh sampai terpancing atau dia sendiri yang akan rugi.

"Sekarang aku tanya betul-betul, apa sebenarnya tujuanmu datang ke sini dan mengatakan semua hal yang tadi itu? Apa motif di balik itu semua? Kau sengaja mencari gara-gara denganku? Kau ingin membuatku kesal?" cecar Billy.

"Biar kuberitahu kau satu hal. Permintaanmu tadi itu absurd. Sangat tidak masuk akal. Kau baru bisa meminta hal seperti itu padaku kalau status dan posisimu jauh di atasku. Padahal kau tahu sendiri kau hanyalah pria tak tahu malu yang menggantungkan hidup pada keluarga istrimu. Kau benar-benar membuatku muak!" tambahnya.

Muka Billy kini merah padam. Dengan terus diamnya Martin, amarahnya justru jadi semakin meluap-luap. Dia bahkan merasakan dorongan untuk menampar Martin dan menendang-nendangnya, tapi dia mati-matian menekan dorongan ini sebab menurutnya itu terlalu barbar.

Billy menganggap dirinya pria terhormat, jauh berbeda dengan Martin yang menurutnya justru tak aneh jika bertingkah barbar.

"Kenapa kau masih di sini juga? Apa kau terlalu bodoh untuk bisa memahami ucapanku tadi? Cepat pergi dari sini! Jangan paksa aku memanggil satpam untuk menyeretmu!" bentak Billy.

Martin kembali menarik napas, kali ini sedikit agak panjang, lalu melepaskannya perlahan.

Sudah hampir tiga menit sejak dia mengakhiri panggilannya tadi. Akankah Ben kembali mengecewakannya?

Drrrt... drrrt...

Billy merogoh saku celananya. Ponselnya bergetar. a a a a a a a a a a w a w a a a a aa a a a a a a a a a

1
Joice Tumewu
terlalu di ulur2,
Memed Adrianto
cerita nya tllu berbeneli belit pening kepala membaca nya asuuu
siv fa: jgn jadi pembaca yg gk ber etika. dsar kampungan
total 1 replies
DISTYA ANGGRA MELANI
Smngt kak awal menggapai kesuksesan nie.. Smg cepet naik level ya kak
Ceridwen
Asyik banget nih bacanya, authornya keren abis!
siv fa: terimakasih dukungannya teman. tahap projek selanjutnya
total 1 replies
Kuroi tenshi
Siapin tisu buat nangis 😭
siv fa: arigatau for suport nya kawan. tolong dukung terus ya
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!