NovelToon NovelToon
The Vault : Organisasi Penyeimbang Dunia

The Vault : Organisasi Penyeimbang Dunia

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Sci-Fi / Misteri / Mata-mata/Agen
Popularitas:288
Nilai: 5
Nama Author: Saepudin Nurahim

The Vault membawa pembaca ke dalam dunia gelap dan penuh rahasia di balik organisasi superhero yang selama ini tersembunyi dari mata publik. Setelah markas besar The Vault hancur dalam konflik besar melawan ancaman luar angkasa di novel Vanguard, para anggota yang tersisa harus bertahan dan melanjutkan perjuangan tanpa kehadiran The Closer dan Vanguard yang tengah menjalankan misi di luar angkasa.

Namun, ancaman baru yang lebih kuno dan tersembunyi muncul: Zwarte Sol, sebuah organisasi rahasia peninggalan VOC yang menggabungkan ilmu gaib dan teknologi metafisik untuk menjajah Indonesia secara spiritual. Dengan pemimpin yang kejam dan strategi yang licik, Zwarte Sol berusaha menguasai energi metafisik dari situs-situs kuno di Nusantara demi menghidupkan kembali kekuasaan kolonial yang pernah mereka miliki.

Para anggota The Vault kini harus mengungkap misteri sejarah yang tersembunyi, menghadapi musuh yang tak hanya berbahaya secara fisik, tapi juga mistis, dan melindungi Indonesia dar

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Saepudin Nurahim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Puncak Hyperboria Dan Janji Putri

Bab 28: Puncak Hyperborea dan Janji Putri

Hutan lebat di luar tembok istana Arcadia Terra diselimuti kegelapan malam. Hanya obor yang dipegang Noval yang memecah pekatnya, menari-nari di antara pepohonan kuno. Solara, Bagas, Rendi, Noval, dan Intan terus bergerak, setiap langkah kaki mereka tergesa-gesa namun penuh kehati-hatian. Suara gemuruh langit yang merobek realitas masih bisa mereka dengar samar-samar dari kejauhan, menambah ketegangan yang mencekam.

"Bagaimana dengan Dira, Rivani, dan Yuni?" Solara bertanya, suaranya sarat kecemasan. Ia terus menoleh ke belakang, berharap melihat siluet teman-teman barunya. Kekhawatiran terpancar jelas dari matanya. Ia merasakan ikatan yang aneh, namun kuat, dengan mereka.

Bagas, yang berjalan di sampingnya, berusaha menenangkan. "Mereka pasti bisa. Dira cerdas, dan Rivani serta Yuni bukan lawan yang mudah." Meskipun begitu, dalam hatinya, Bagas tidak bisa sepenuhnya yakin. Utusan bertopeng itu terlalu kuat, dan mereka tahu Dira tidak punya pengalaman bertarung fisik. Semoga Dira bisa menganalisa kelemahan musuh seperti biasanya, batinnya. Dia harus selamat.

Intan tetap waspada, matanya mengawasi setiap bayangan di hutan. Tangannya tak pernah jauh dari sarung senjata. "Kita harus bersiaga. Zwarte Sol bisa muncul kapan saja." Ia mengamati sekeliling, memastikan tidak ada ancaman tersembunyi. Kita harus menjaga Putri ini. Dia adalah kuncinya.

Noval, dengan obornya, sesekali menyentuh pohon, seolah mencari petunjuk tersembunyi. "Menurut teori konspirasi hutan Arcadia Terra, ada terowongan rahasia yang terhubung langsung ke dimensi lain. Mungkin Utusan itu melarikan diri lewat sana?" Gumaman Noval, meskipun sedikit aneh, berhasil sedikit mengurangi ketegangan. Rendi di sebelahnya hanya bisa menggelengkan kepala sambil tersenyum tipis. Begini-begini dia ada benarnya juga. batin Rendi, mencoba menahan tawa.

Setelah menempuh perjalanan yang terasa sangat lama, sebuah siluet muncul dari balik pepohonan. Lalu dua. Kemudian tiga.

"Dira! Rivani! Yuni!" Solara berseru lega, berlari menghampiri mereka.

Wajah Dira, Rivani, dan Yuni tampak pucat, pakaian mereka sedikit kotor dan basah. Terutama Dira, yang tampak sangat kelelahan, bahkan sedikit terpincang. Meski begitu, mata mereka memancarkan kelegaan yang sama saat melihat Solara dan yang lainnya.

"Syukurlah kalian selamat," kata Dira, suaranya sedikit serak. Ia memaksakan senyum tipis.

Rivani mendengus, menyeka keringat di dahinya. "Berhasil sih berhasil, tapi sialan, mereka kuat sekali! Utusan itu benar-benar… argh! Aku tidak menyangka akan harus berurusan dengan hal seperti itu." Ada nada kesal yang jelas dalam suaranya. "Biasanya urusan semacam ini kan Vanguard yang tangani, bukan kita!"

Yuni menghela napas. "Kita tidak punya pilihan, Rivani. Bumi sedang ditinggal para pahlawannya. Kita harus menjadi pengganti mereka, setidaknya untuk saat ini."

Solara menatap mereka dengan tatapan khawatir. "Kalian terluka? Ayo, ada sebuah gua di dekat sini. Kita bisa beristirahat di sana."

Mereka pun mengikuti Solara yang memimpin jalan. Goa itu tidak terlalu besar, tapi cukup tersembunyi dan kering. Sebuah ceruk batu yang aman untuk berlindung. Setelah masuk ke dalam, mereka duduk bersandar di dinding batu, mencoba mengatur napas.

Dira menatap Solara. "Bagaimana dengan ayahmu? Raja Terra? Dia pasti mencarimu sekarang." Ia membayangkan kepanikan Raja melihat putrinya menghilang di tengah kekacauan.

Solara hanya tersenyum tipis, senyum yang mengandung sedikit kepedihan dan sedikit kelegaan. "Ayah… dia tidak begitu dekat denganku. Jika dia khawatir, dia pasti sudah mencari diriku dari tadi. Tapi dia sibuk dengan kebohongan sejarahnya. Yang terpenting bagiku sekarang… adalah kalian. Dengan kedatangan kalian ke sini, aku merasa memiliki teman. Dan orang-orang dari luar Arcadia Terra… yang mau mendengarku."

Kata-kata Solara menyentuh hati mereka. Selama ini, mereka adalah agen rahasia, menjaga jarak dari orang luar. Tapi Solara, putri raja yang terasing, membuka diri dan menunjukkan kerapuhannya.

Rivani, meski lelah, tidak bisa menahan diri untuk tidak menggerutu lagi. "Tetap saja, aku tak habis pikir. Kenapa Zwarte Sol tiba-tiba bangkit dan jadi sekuat itu? Dan kenapa harus kita yang menghadapinya? Aku ini agen intelijen, bukan petarung superhero!" Ia memijat pelipisnya. "Dunia gila macam apa ini?"

"Mau bagaimana lagi, Rivani?" Bagas menimpali, menepuk bahu Rivani. "Kenyataannya sudah di depan mata. Kita yang tersisa. Kita yang punya informasi. Mau tidak mau, kita harus mengisi kekosongan yang ditinggalkan Vanguard." Dalam hatinya, Bagas merasa bangga dengan timnya. Mereka mungkin bukan superhero, tapi mereka menunjukkan keberanian luar biasa.

Dira menatap Solara lagi, tatapannya kini dipenuhi tekad. "Jangan khawatir, Solara. Kami akan melindungimu. Sampai kedua belas artefak itu kita dapatkan. Ini bukan hanya misi, ini… ini sudah jadi tanggung jawab kita." Demi Bumi yang kalian pikir datar ini, demi sejarah yang disunting, batin Dira. Dan demi melindungi orang-orang yang tak berdosa.

"Lalu, apa rencana kita selanjutnya?" tanya Intan, suaranya tenang namun lugas, seperti biasa. "Kita sudah tahu Arcadia Terra adalah salah satu dari dua belas benua tersembunyi. Bagaimana kita menemukan yang lainnya?"

"Aku… aku tahu," Solara berbisik, mengejutkan mereka semua. Ia menatap mereka dengan mata berbinar, seolah baru saja menemukan makna hidupnya. "Naskah leluhur yang ayahku tunjukkan kepadaku… meski banyak yang disunting, ada bagian-bagian yang samar tentang benua-benua lain. Hanya aku yang tahu cara menafsirkan petunjuk-petunjuk itu."

"Benarkah?" tanya Noval, matanya membelalak penuh antusiasme. "Katakan padaku! Aku suka misteri!"

Solara mengangguk. "Benua berikutnya… disebut Hyperborea Zenith." Ia melafalkan nama itu dengan penuh hormat. "Maknanya 'Puncak Hyperborea'. Konon, itu adalah benua bersalju abadi, tempat tinggal dewa-dewi es. Dijaga oleh makhluk ilahi bernama Varkhazan, Serigala Raksasa Perak. Elemennya Es."

Rivani mendengus lagi. "Serigala raksasa perak? Oke, ini makin gila. Setelah naga air, sekarang serigala es? Mungkin nanti ada kucing api, atau kadal tanah." Ia sedikit tersenyum sinis, tapi Dira tahu itu hanya caranya menghadapi situasi ekstrem.

"Jadi, kita harus pergi ke sana?" tanya Yuni, merasakan hawa dingin yang tak terlihat dari benua yang baru saja disebut Solara.

"Ya," jawab Dira mantap. "Semakin cepat kita bergerak, semakin cepat kita menemukan artefak lainnya sebelum Zwarte Sol mendahului kita."

Bagas mengangguk. "Kalau begitu, besok pagi kita harus kembali ke tempat kita terakhir berlabuh. FX Vault Tank 805 ada di sana. Kita bisa menggunakan kapal itu untuk mencari Hyperborea Zenith."

"Aku ikut!" Solara menyela, nadanya tegas.

Semua mata tertuju padanya. "Apa?!" seru Rivani dan Intan bersamaan.

"Bagaimana dengan ayahmu?" tanya Bagas, terkejut. "Dia pasti akan mencarimu!"

Solara hanya menggeleng. "Seperti yang kubilang, ayah tidak akan terlalu khawatir. Lagi pula, dia tidak percaya apa pun yang kalian katakan tentang dunia luar. Dia akan sibuk dengan istananya yang berantakan." Ia memandang mereka satu per satu, matanya penuh permohonan. "Aku bosan dikurung di istana ini. Sepanjang hidupku, aku hanya belajar tentang dunia yang dibatasi oleh kubah langit. Kalian sudah menunjukkan padaku bahwa ada lebih banyak hal di luar sana. Aku ingin melihatnya! Aku ingin tahu lebih banyak tentang duniaku sendiri!"

"Tapi… kalau kita membawamu, prajurit kerajaan akan mengejar kita," ujar Rivani, mencoba untuk tetap logis. "Itu akan jadi masalah besar."

"Belum lagi, Putri, kami ini buronan di sini," tambah Intan. "Membawamu akan membuat kami lebih sulit bergerak."

"Aku tidak peduli," kata Solara, nada suaranya mengeras. "Lagipula, aku tidak akan pergi begitu saja tanpa pamit." Ia tersenyum jahil, sebuah senyum yang mengejutkan mereka semua. "Aku akan berpamitan dengan ayah dengan caraku sendiri. Caraku yang… sedikit kasar menurutnya."

Semua orang terdiam, mencoba membayangkan pamitan 'kasar' ala putri kerajaan yang selama ini terlihat lembut. Noval nyengir. "Ini baru petualangan!"

Dira menatap Solara, lalu menoleh ke timnya. Ia melihat tekad di mata Solara, sebuah tekad yang tak bisa ia sangkal. Ia juga tahu, Solara adalah kunci untuk menemukan benua-benua tersembunyi lainnya. Tanpa Solara, mereka akan buta.

"Baiklah," putus Dira, membuat semua orang terkejut. "Solara akan ikut dengan kita."

Rivani membuka mulut untuk memprotes, tapi Dira mengangkat tangan. "Dia adalah satu-satunya yang bisa memandu kita. Selain itu, dia punya artefak di dalam dirinya. Kita harus melindunginya dengan cara terbaik. Dan itu berarti membawanya bersama kita."

Intan menghela napas, menerima keputusan itu. Bagas mengangguk, mendukung Dira. Noval dan Rendi terlihat gembira.

Solara tersenyum lebar, senyum yang tulus dan penuh syukur. "Terima kasih, Dira. Kalian tidak akan menyesalinya."

Malam itu, di dalam goa yang sunyi, di bawah langit yang masih retak, sebuah aliansi tak terduga terbentuk. Putri dari dunia tersembunyi dan tim agen dari dunia modern bersatu dalam misi yang jauh lebih besar dari yang pernah mereka bayangkan.

Bersambung...

Bagaimana Solara akan 'berpamitan' dengan ayahnya? Dan apa saja tantangan yang menanti mereka di Hyperborea Zenith, benua es yang dijaga oleh Serigala Raksasa Perak? Perjalanan mereka baru saja dimulai, dan bahaya Zwarte Sol mengintai di setiap sudut dunia yang tersembunyi.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!