Ini kisah tentang sepasang saudara kembar yang terpisah dari keluarga kandung mereka, karena suatu kejadian yang tak diinginkan.
Sepasang saudara kembar yang terpaksa tinggal di Panti Asuhan dari usia mereka dua tahun. Akan tetapi, setelah menginjak usia remaja, mereka memutuskan untuk keluar dari Panti dan tinggal di kontrakan kecil. Tak lupa pula sambil berusaha mencari pekerjaan apa saja yang bisa mereka kerjakan.
Tapi tak berselang lama, nasib baik mereka dapatkan. Karena kejadian tanpa sengaja mereka menolong seseorang membuat hidup mereka bisa berubah 180 derajat dari sebelumnya.
Siapa yang menolong mereka? Dan di mana keluarga kandung mereka berada?
Apa keluarga kandung mereka tidak mencari mereka selama ini?
Ayo, ikuti kehidupan si kembar.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon penpurple_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
FULL PERSONNEL
Saat ini di Apartemen si kembar sedang terjadi keheningan setelah tadi seorang pria berhasil mengungkap satu fakta mengejutkan. Pria itu yang tak lain adalah Aditya.
”Bagaimana, Nak?” tanya Aditya dengan nada pelan, setelah tadi berhasil memberikan bukti kebenaran bahwa kedua anak kembar di hadapannya sekarang adalah anak-anaknya yang dulu hilang.
Nanda masih termenung menatap kosong kertas di tangannya. Dia kembali membaca dalam hati isi kertas itu pada bagian akhir.
Penentuan profil DNA dilakukan dengan metode standar terhadap sampel darah atas nama ARIZKA sebagai ibu dan sampel darah atas nama NANDA sebagai anak. Bukti ilmiah yang diperoleh dengan mengacu pada sampel yang diperiksa menunjukan bahwa 13 alel loci marka STR yang di analisis dari terduga NANDA cocok dengan alel paternal. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa probabilitas ARIZKA sebagai ibu kandung biologis dari NANDA adalah 98,9%.
Nando sendiri tampak seperti orang frustasi. Dia menyandarkan badannya ke sofa dengan helaan nafas kasar, tak lupa mengacak-acak rambutnya.
“Bagaimana apa? Terus kalian mau apa?” tanya Nando dengan nada dingin.
Mendengar itu suasana kembali bertambah canggung. Tama yang juga ikut ke sana bahkan menelan ludahnya kasar melihat itu. Tak main-main aura yang dikeluarkan Nando, persis seperti Naldo kalau sedang marah.
“Tenang dulu, Nak, Ayah jelaskan.”
“Saya bukan anak anda!” sentak Nando dengan mata berkaca-kaca entah disadari yang lain apa tidak, dia bangkit dari duduknya dengan bergerak kasar, kemudian memasuki kamarnya dan tak lupa menutup pintu dengan membantingnya yang menimbulkan suara nyaring.
“Nando!” tegur Nanda, tak sopan sekali kembarannya itu. Dia ikut menyusul, dia hafal betul kembarannya itu, pasti saat ini tengah menangis. Tetapi sebelum dia benar-benar menyusul, dia sempatkan bicara pada yang lain, “mohon maaf, ya, semuanya. Nanda nyusul Nando dulu, sebentar, hanya sebentar.”
Tanpa mendengar balasan dari mereka, Nanda berlalu meninggalkan mereka yang tampak menghela nafas kasar.
“Tidak sesuai ekspetasi Tama, Tama kira bakalan mudah mengajak mereka untuk pulang bersama.” Pemuda itu terlihat ingin menangis. Marselio yang peka pun membawa adik sepupunya itu untuk masuk ke dalam dekapannya.
“It's okey, mereka pasti ikut kita pulang.” Walaupun mereka biasanya bak Tom and Jerry, tetapi kalau sedang suasana seperti ini mereka akan sangat akur melebihi saudara kandung.
“Bagaimana, Kak?” tanya Reno pada Aditya yang kini memijit hidung dengan wajah tak dapat dibaca.
“Percayakan saja pada Eza. Cuma dia sepertinya yang bisa menjinakan Ezo.”
Di sana yang ikut Aditya ada Reno, Naldo, Marselio, dan Tama. Hanya mereka saja, yang lainnya berada di Mansion semua. Hari ini mereka khususkan untuk hari si kembar, tidak ada yang pergi berkegiatan seperti hari-hari biasanya.
Sedangkan di kamar Nando, terlihat Nanda yang tengah menasehati kembarannya itu.
“Lo tu apaan, sih? Nggak sopan, Jo, setidaknya jangan sampe kek tadi. Astaga, gue aduin ke ibu kalo lo udah nggak sopan ke orang yang lebih tua, ya, tunggu aja.” Meta memang sangat tak suka kalau anak-anak angkatnya berperilaku tidak sopan pada orang yang lebih tua.
Nando tak menjawab, pemuda itu masih berlindung di balik selimutnya, membenamkan seluruh badannya dalam selimut dengan posisi tengkurap.
Nanda menghela nafas guna membuang kesalnya. “Reynando Feyzo, ayo keluar, kita dengerin dulu baik-baik penjelasan mereka. Mereka juga nggak maksa, kok,” lanjutnya berjongkok di samping kasur.
“Apapun yang terjadi, gue tetep sama elo, Jo, promise.” Membuka perlahan selimut itu, untung saja sang kembaran sudah tak menahannya lagi.
Gadis itu terkekeh, sudah dia duga kalau kembarannya itu akan menangis, wajahnya basah karena air mata. “Come on, baby boy.”
“Kita berdua aja,” lirih Nando berkata, setelahnya sesenggukan.
“Iya, tapi ke depan dulu, kita dengerin penjelasan mereka, ya, setidaknya datengnya mereka ke sini dihargai.”
Nando akhirnya mengangguk dan Nanda bantu mengusap air matanya. “Bener kata mommy semalem, hari ini berat buat kita berdua.”
***
“Aku mohon, Tuhan, permudah semuanya.” Arizka tak henti-hentinya berdoa sedari tadi.
Di Mansion keluarga Wilson tampak orang-orangnya terlihat sangat sibuk mempersiapkan semuanya, menyambut kedatangan orang yang selama ini mereka nanti-nantikan.
Di bagian dapur ada Arizka dan Indah, mengarahkan dan memantau maid-maid untuk memasak menu yang mereka inginkan.
“Aamiin, Kak, semoga saja. Aku juga sudah tidak sabar melihat mereka kembali ke sini,” sahut Indah tersenyum menatap iparnya.
Sedangkan di ruang keluarga, ada Alifah, Reya, dan Nata yang tengah memantau maid mempersiapkan balon dan ucapan sambutan yang besar.
“Ih, cantik banget,” gumam Nata menatap hiasan panjang bertuliskan 'Welcome, Twins.' di dinding ruang keluarga itu. Ruang tamu sengaja dibuat seperti biasanya, tapi ketika mereka nanti sudah melewati ruang tamu dan mulai memasuki ruang keluarga. Mereka akan disambut dengan banyaknya balon berwarna-warni yang berdominan pink dan biru.
Sedangkan di dua kamar yang cukup besar, ada Naldan, Chandra, Bobby, dan Ghafar. Mereka terbagi dua, Naldan dan Chandra di dalam kamar yang berwarna biru navy di mix dengan warna beige, lalu Bobby dan Ghafar di dalam kamar yang dominan berwarna pink mix putih yang sangat aesthetic.
Mereka kali ini juga seperti yang dilakukan maid di bawah, sedang menghias kamar itu. Banyak sekali hiasan-hiasan dinding, contohnya saja seperti balon yang berwarna sama dengan warna dua kamar itu.
“Finally personil kita lengkap.”
***
— t b c —