Aku tak pernah membayangkan bahwa aku akan merasakan kepahitan dalam hidup. keluargaku yang memiliki aset kekayaan yang melimpah tiba-tiba saja bangkrut mendadak, dan yang lebih gilanya lagi Papah dan Mamah memaksa aku menikah dengan kepercayaan sang papah yang terkenal dingin dan datar itu. Aku sudah dapat membayangkan bagaimana kehidupan pernikahanku bersamanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lijaloverrr, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13
Happy Reading...
Keluarga Danu sedang melakukan Sarapan bersama, terlihat Iriana lah yang menyiapkan makanan mereka.
Aliran dibuat bingung.
"Kok mama yang masak, siMbok mana mah?". Aliran cukup bingung melihat rumah mereka yang sepi, hanya Ada Danu, Iriana dan dirinya. Pandu juga tidak ada, Aliran tidak peduli soal cowok itu entah dimana.
" Si Mbok sama Yang lain Udah berhenti," Iriana mengambilkan makanan untuk Suami dan Putrinya. "Kita juga harus keluar dari rumah hari,"
Mendengar perkataan Iriana, Membuat Aliran terdiam, jadi dia harus benar-benar meninggalkan rumahnya.
"Terus kita tinggal dimana? " Tanya Aliran sambil menyiapkan makanan ke mulutnya.
"Kan semalam udah Papa bilang, Kamu akan ikut Pandu kekampung halamannya, dan Papa sama Sama akan ke palembang buka usaha disana," Sahut Danu yang sedari tadi mendengarkan pembicaraan istri dan Putrinya.
Mata Aliran mulai berkaca-kaca, "Aliran mau ikut sama Papa Mama, Aliran gak mau pisah sama kalian," isak tangis mulai keluar dari bibir Alicah.
Melihat putrinya, Danu ikut merasakan kesedihan Putrinya, Alicah memilih Diam menghabiskan Makanan sambil terdengar iisakan kecil.
Makanan mereka sudah habis, Alicah membantu Iriana membersihkan meja makan yang tidak pernah ia lakukan sebelumnya.
Selesai dengan pekerjaannya, Alicah memilih kembali ke kamar untuk menenangkan diri.
"Hiks... Mama sama Papa udah gak sayang sama Aku hikss, " Tangisan Alicah makin lama makin kencang ia menangis sambil memeluk boneka Pinguin nya.
Isakan Alicah terhenti saat mendengar ketukan Pintu kamar, Ia mengelap Air mata di pipinya lalu beranjak membuka pintu,
Ceklek, Alicah mendapati Papa yang datang,
"Ada apa pah?" Tanya Alicah lirih dengan sesegukan.
"Boleh Papa masuk sayang? " tanya Danu balik dengan lembut.
"Boleh," Jawab Alicah singkat ia melangkahkan kakinya ke sofa diikuti oleh Danu dari belakang.
Alicah diam menunggu apa yang ingin Danu katakan. Ia masih sedih dengan keputusan yang diambil Papah nya. Sedari kecil ia tidak pernah berpisah Jauh dari sang Papa. Danu adalah kesayangannya. Ia tidak memungkiti ia lebih suka bermanja ke Danu dari pada Iriana.
Danu memegang lembut tangan putrinya. Melihat respon Alicah yang masih menunduk ia memeluk Putrinya dengan erat seketika air matanya ikutan turun.
"Maafin Papa kalau buat Alicah sedih, Papa ingin yang terbaik untuk putri papah," Danu mengelus lembut rambut Putrinya.
"Hiks... Papa jahat Hiksss," Tangis Alicah semakin kencang. "Alicah gak mau posah sama Papa Mama Hiks.."
"Alicah sayang, Papa nikahin kamu sama Pandu karena Papa yakin dia yang terbaik, dan bisa membahagiakan kamu,"
"Tapi Alicah gak bisa pisah sama Papa Mama, Alicah sama Pandu bisa ikut sama Papa, gak harus tinggal pisah kan,"
"Alicah dengerin Papa nak," Danu memegang kedua bahu Alicah menatap intens wajah merah putrinya.
"Papa juga sebenarnya gak bisa pisah sama putri Papa, tapi papah gak tau seperti apa nanti di Palembang sana nak," Danu tetap memberikan pengertian pada Alicah.
"Nanti kalau semuanya berjalan lancar, Papa janji bakal jemput kamu," Alicah menatap Danu memikirkan perkataan Danu, lalu ia mengangkat tangannya.
"Janji?"
"Iya Papa janji," Alicah memeluk Danu erat.
"Alicah sayang banget sama Papa," Ujar Alicah
"Papa juga sayang banget sama putri Papa yang manja ini,"
"Ohh jadi putri Mama ini hanya sayang sama Papanya," Tiba-tiba terdengar Suara Iriana dari Arah pintu. Ia mendekati kedua orang itu dengan merajuk.
"Alicah juga sayang kok sama Mama," Alicah melepas pelukan Danu memeluk Iriana yang berdiri didepannya.
Iriana balas dengan senyuman mengecup lembut Kening dan pipi putrinya.
"Mama bakalan rindu banget sama Putri mama ini,"
Alicah kembali berkaca-kaca mendengar Ucapan mamahnya.
Ia kembali memeluk Iriana seolah tak mau berpisah dengan mamahnya.
***
Seorang Pria sedang memasukkan Pakaiannya kedalam Koper. Ia akan segera meninggalkan Apartemen yang sudah lama ia tinggali, Pria itu Pandu. Pandu pagi-pagi sekali sudah keluar dari rumah Alicah menuju Apartement nya untuk beres-beres. Ia akan segera mengajak Alicah ke kampung halamannya sesudah mengantar Danu dan Iriana ke Bandara.
Pov Pandu
Flashback on
Usai berdebat dengan Alicah, Ia memilih tidur disofa dari pada tidur satu ranjang denganku, kubiarkan ia terlelap disofa, menyadari ia sudah terlelap nyenyak, Aku bangkit menuju kearahnya, Aku Berjongkok menatap wajah tenang Alicah, kupandangi beberapa saat, tampa tersada senyum tipis tergambar di bibirku.
Cukup lama dengan situasi seperti itu, ku angkat tubuhnya untuk dipindahkan keranjang, aku tau besok ia akan mengeluh karena badannya pegal-pegal.
Tampa bisa kutahan, kucium kening Alicah, kalau dia tidak tidur aku yakin dia akan menampar wajahku karena lancang.
Aku pindah tidur disofa, aku tak mengambil kesempatan tidur di sampingnya tampa persetujuan darinya. kubaringkan tubuhku disofa yang tidak muat. itulah yang terjadi tadi malam sehingga Alicah bisa berada ditempat tidur.
Flashback end
Kembali saat ini, aku telah selesai membereskan semuanya, kubawa turun Koper berisi pakaian dan berkas-berkas penting ku.
Saat ini aku sudah berada didalam taksi , Supir taksi ku arahkan untuk melaju kearah kediamana Istriku. kata istriku membuat senyuman terbit diwajaku. Tak menunggu lama, Aku sudah sampai, Aku keluar dari Taksi dan tak lupa dengan koper.
Aku masuk kedalam setelah mengucap salam. Sunyi itulah gambaran didalam rumah ketika aku masuk.
Kuletakkan koper ku diruang tamu karena malas membawa ke lantai dua lebih tepatnya kekamar Alicah.
Saat tiba didepan kamar Alicah, pintu kamarnya terbuka dan kulihat Alicah sedang berpelukan bersama kedua orang tuanya. Aku tersenyum karena tau betapa Tuan, maksudnya Papa Danu dan Mama Iriana sangat menyayangi Alicah, Sampai-sampai mereka menikah kan Alicah denganku, ya ada sesuatu dibalik kenapa Tuan Danu, aku masih aga kamu memanggilnya dengan sebutan Papa, Papa Danu punya Alasan kita mengapa Dia menikah kan Aku denga putri yang sangat disayanginya, aku tidak bisa mengatakan alasannya sekarang,
Aku tidak mau mengganggu waktu berharga mereka, saat aku mau melangkah turun kebawah Papa Danu tersadar akan kehadiranku. Ia memanggilku untuk masuk kekamar,
"Pandu," Panggil Papah Danu padaku.
"Ya Pah," Aku melangkahkan kakiku mendekat kearah mereka, dapat ku lihat Tatapan Alicah yang menatap aku dengan tatapan sinis andalannya. aku tau ia tidak suka dengan kedatangan ku.
"Sudah siap beres-beresnya?" Tanya Papa Danu, Tadi pagi aku ijin kepadanya bahwa aku akan keluar sebentar untuk beres-beres pakaian yang akan aku bawa.
"Sudah Pah," Aku masih merasa sedikit kamu memanggil Pria Paru baya didepanku dengan panggilan yang sama dengan Alicah.
"Kalau gitu Papa minta tolong kamu untuk membantu membereskan barang-barang disini ya,"
"Ya apah, itu memang sudah tugas saya Pah,"
Papa Danu membalas dengan senyuman, beranjak keluar bersama Mama irian, kini tinggal Aku dikamar dengan Alicah.
Ia masih menatap sinis kepadaku, jika saja ada laser dimatanya pasti wajahku sudah terkena lasernya. Aku tau dari tatapannya ia marah karena aku tidak minta ijin saat menyentuhnya.
"Auu," Aku memekik sakit karena Dengan sengajanya Alicah menginjak kuat kakiku tampa merasa bersalah.
"Ups, Sori ya memang sengaja,," Ujar Alicah dengan menampilkan senyum mengejek. Aku memilih diam dan hanya menampilkan raut datar andalanku.
Aku memilih keluar meninggalkannya sendiri, aku bukan marah tapi aku keluar untuk membantu Papa membereskan barang-barang. senyum tipis di bibirku mengingat Kelakuan Alicah.
Pandu POV end
Bersambung....
*** Hi Readers, Terima Kasih Karena telah baca cerita ini, ini cerita perdana aku, jadi harap maklu ya,.
Jangan lupa untuk Like komen Vote dan share. 😊😊😊
Salam manis dari author. Lijaloverrr. ***