NovelToon NovelToon
I Became An Extra In My Own Story

I Became An Extra In My Own Story

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Reinkarnasi / Mengubah Takdir / Transmigrasi ke Dalam Novel / Fantasi Wanita / Transmigrasi
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: MagnumKapalApi

Yoga Permana, 22 tahun, pekerja biasa yang hidupnya terasa hampa setelah patah hati dan gagal move on dari cinta pertama. Pelariannya? Menulis webnovel… meski lebih sering buka Facebook daripada nulis.

Suatu malam, saat mencoba menulis prolog novel barunya Pe and Kob, laptopnya rusak, lalu menariknya masuk ke dalam dunia novel yang bahkan belum ia selesaikan.

Kini terjebak di dunia isekai hasil pikirannya sendiri, Yoga harus menjalani hidup sebagai karakter dalam cerita yang belum punya alur, belum punya nama kerajaan, bahkan belum punya ending.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MagnumKapalApi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 4 - Menuju Bab 1 Bagian 2 (3)

Malam semakin larut, suara jangkrik menemani sepanjang malam, cahaya bulan menyinari dari luar jendela, aku masih terjaga malam ini.

Termenung dalam kasur dan selimut, otakku meronta, bayang-bayang selama enam tahun di dunia dalam novel, dunia yang hanya bisa kupahami dalam gambaran besar, tanpa prolog yang belum selesai ditulis, dan perubahan kisah dari sistem.

“Mengapa aku terjebak disini.” gumamku, larut dalam sunyi “apa yang aku lakukan selama enam tahun ini.”

Melihat para protagonis kecil berkembang pesat, kesedihanku semakin mendalam.

“Bagaimana jika kematianku menjadi nyata?”

Jujur saja, mati itu menakutkan, walau aku sering merasa bosan dengan hidup, namun dunia ini berbeda.

Kehangatan yang pernah hilang di kehidupan lamaku, kini kurasakan kembali.

Teman dan keluarga, rasa yang nyaris hilang.

“Daun sirih perawan?”

“Dalam premis itu hanya legenda rakyat.”

“Dianggap sebagai guyonan.”

“Namun sebagai penulis, itu nyata.”

Ku terbangun dari kasurku, duduk bersandar pada ujung kasur.

Desa Carrington, desa ini memberikan kehangatan lebih dari apapun, teringat masa kecilku dulu, dan kurasakan kembali.

“Mungkin hatiku melemah... Karena aku sekarang perempuan.”

Suaraku mengecil, tertunduk lesu, seperti lelah dalam perasaan hatiku saat ini.

“Haruskah kutinggalkan rumah?” pikirku, tak ada jalan lain untuk mencari daun sirih perawan.

Enam tahun berlalu. Kini, tahun 672 bulan 7 tanggal 9, pagi masih jauh dari kata terbit.

Aku mencoba menguatkan hatiku, mencoba menjadi sekuat 'Yoga Permana' lagi, pria yang mampu menjalani semuanya sendirian, pria yang mampu melawan kesunyian.

“Maaf, Dave, Liria.” ketusku pada sosok orang tua tubuh ini, mereka tertidur di kamarnya, ini kali pertamaku menyebut mereka dengan nama.

“Bodoh sekali, aku terlalu larut dalam kehangatan.” sembari membuka lemari pakaian.Tanganku meraih ransel kecil yang tersimpan dalam lemari.

“Aku harus pergi, untuk beberapa hari saja.”

Empat pasang pakaian kulipat dengan tujuh pakaian dalam.

Lalu buku catatan kecilku, berisi premis yang ditulis ulang, dan outline bab.

“Andai aku punya pena untuk menulis.”

Tentu saja, dunia ini menulis dengan sehelai bulu angsa dan tinta, tak semua orang punya tinta, hanya Dave untuk menulis jumlah panen.

Kulihat tabunganku.

“Yah, tak perlu membawa Gulden Belanda ini.”

Mata uang dunia ini, Gulden, berisi tembaga, perak dan emas.

“Premisku memang sempurna, sampai mata uang kuterapkan untuk World Building.”

Dalam batinku sedikit bangga, mata uang ini kuterapkan dari sejarah VOC, zaman kolonial Hindia Belanda, Gulden. Bergambar Ratu Wilhelmina.

Mata uang tahun 1897 dari dunia asalku.

Di dunia ini Ratu Wilhelmina adalah ratu pertama kerajaan Nusa.

Namun dalam benakku ada satu yang mengganggu.

“Aku pergi mencari daun sirih perawan, bukan untuk berbelanja.”

“Untuk apa membawa uang, lebih baik untuk kehidupan akademi nanti.”

Kubatalkan, untuk memasukan uang dalam ransel.

Untuk beberapa hari aku akan meninggalkan rumah, hanya sementara tak perlu meninggalkan surat, tinta juga tak ada.

“Urusan dimarahi belakangan, waktunya berangkat.”

Aku kembali keluar melalui jendela kamar, kini jendela tak terlalu tinggi dari dasar tanah.

Waktu sudah berubah. Aku melompat dan bergegas pergi.

Membawa sedikit persediaan, menuju Gunung Lunagen.

Aku tahu karena aku penulisnya, di gunung itu, Daun Sirih Perawan belum dipetik, dan terhitung banyak.

“Cukup untuk, membuat beberapa jamu.” pikirku, menghitung secara garis besarnya.

Gunung Lunagen berada di ujung timur, tempat dimana mata hari akan terbit. Tepatnya dari timur akademi.

Karena akademi jauh berada di barat desa Carrington, aku yakin daun sirih itu berada di sebelah timur desa.

Aku yakin dengan kekuatanku, aku hanya lemah diantara para protagonis kecil, untuk bertarung di alam liar, aku punya peluang.

“Aku juga perlu pengalaman nyata.” gigihku dengan langkah kaki menjauh dari rumah.

Perjalanannya jauh kami tidak memiliki kuda. Aku harus bersabar dengan berjalan kaki.

Kualirkan mana pada kaki.

Aku melompat dan berlari diantara bangunan desa, dari satu bangunan ke bangunan lain.

Kucondongkan tubuhku dengan membungkuk, lurus dengan kepala menghadap kedepan, untuk melawan arus angin saat berlari, membentuk ujung pisau.

Kecepatanku meningkat, karena angin terbelah dengan teknik yang kupakai, seakan angin itu mengibas kencang dengan langkah demi langkah kakiku, tangan terhempas kebelakang badanku.

“Ninja seperti inikah...?” ketusku dalam batin “sering kutonton saat dulu di bumi, filem sihir berkedok ninja.”

Bangunan terakhir kupijaki, aku bergegas memasuki hutan, dan melompat diantara dahan pohon.

Gelap, sudah setengah memasuki hutan. Langkah kakiku sudah menjauh dari desa, tak ingin terlihat siapapun.

“Feurzone.” rapalan sihir terucap oleh bibir.

Zona api mengelilingi tubuhku, untuk menerangi kegelapan dalam hutan.

Masih melompat dari dahan ke dahan, mungkin sudah dua jam terlewati.

Nafasku mulai terengah, dingin rasanya ditenggorokan. Hidungku kembang kempis.

“Belum...”

Masih belum kutemukan tempat untuk beristirahat, kuharap tak ada bahaya apapun.

“Lapar...”

Perutku berbunyi karena tenaga yang terbuang malam ini.

“Lelah...”

Lima jam kaki ini terus melompat dari dahan ke dahan, sudah terlalu dalam memasuki hutan.

Satu jam lagi, matahari akan terbit, aku harus terus berlari, menghindari bahaya.

Semakin cepat ku berlari, semakin minim bahaya menyerangku.

Aku hanya harus bertahan, sampai matahari terbit.

Lima jam tiga puluh menit, aku sudah tak kuat menahannya.

Kakiku berat, lemas, sakit, dan enggan bergerak.

Lompatan terakhir, aku mendarat di dahan yang sudah tak memiliki tenaga.

Brak!!

“Aduh!”

Aku terjatuh, di dekat danau dihadapanku.

“Hah, sebaiknya kuberhenti dulu, jarak ini tak mungkin ada yang menemukanku.”

“Matahari sedikit lagi terbit, monster nokturnal mungkin sudah kembali ke sarangnya.”

Kupaksakan kakiku berdiri, melangkah dengan gemetar. Menuju pohon.

Brak!!

Tubuhku terbanting pada pohon.

“Gila, usiaku baru sepuluh tahun, melompat dari dahan ke dahan selama hampir enam jam.”

Seperti latihan ekstrem, aku sedikit bangga melewati ini.

“Aku harus beristirahat sebentar, pagi nanti aku harus berburu untuk perutku.”

Sedikit rasa syukur dalam benakku, hidup di desa Carrington jauh dari ancaman monster.

Bahkan untuk jarak sepanjang lima jam dari desa, masih masuk wilayah aman.

“Ntah bahaya apa jika aku terus lanjut.”

Mataku terpejam, tertidur di waktu yang hampir pagi. Matahari suda mulai menampakan diri.

Mimpi, suara itu bergema, suara mantanku.

Aku bermimpi, seperti suara saat sebelum aku bertransmigrasi.

Mulya Rahmayanti Amalsyah

“Dasar penulis pemalas ini, berlari sejauh enam jam karena takut mati ya...” suara itu bergema dalam kepalaku yang gelap.

“Mulya?”

Bebanku serasa bertambah, dengan hal yang membingungkan.

“Ya ini aku... Wanita yang kamu cintai dulu.”

Namun suara itu menenangkan, aku semakin tenang dalam tidurku.

“Kamu selalu bilang aku ga peduli sama kamu di bumi...” suara itu bergumam “kamu tahu, aku ini adalah sistem yang kamu anggap menyebalkan, pembaca setiamu satu-satunya.”

“Aku sudah mati di bumi, bukan aku tak peduli.”

“Aku selalu berada dalam kamarmu, menemanimu menulis. Aku selalu tahu kamu.”

“Kamu sampai membuat tokohku sebagai laki-laki di di dalam premis novel ini.”

“Tapi harus kamu tahu, dia bukan aku, aku akan selalu memperhatikanmu, berikan yang terbaik ya...”

“Aku menanti versi terbaik dari dirimu.”

“Maaf, karena pernah menyakitimu.”

Basah, pipiku mengalir air, mungkin air hujan, mungkin juga bukan, namun hatiku sedikit tahu, aku sedang menangis.

1
Nisa
elep sunda wkwkwk
Orang Aring
konsepnya menarik
Pramono
world buildingnya bagus, cuman bingung aja di pemetaan
Tiga Titik Hitam: kurang ahli soal pemetaan
total 1 replies
Sarah
lumayan
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
"Maaf… bukannya aku tidak ingin terlalu ikut campur dengan urusan kalian…" napasku terasa berat di dada. "Tapi aku juga bukan anak kalian." Pandanganku mengabur sejenak. "Aku hanyalah anomali. Penulis naskah yang entah bagaimana terjebak di tubuh Lala anak kalian…" batinku, sambil melangkah perlahan menuju jendela, seolah setiap langkah menambah beban di pundakku.

Kesannya lebih menyesakkan dan ada tekanan batin. Karena si MC ini tau, kalau dia kabur dari rumah tersebut. Orang tua asli dari tubuh yang ditempati oleh MC, akan khawatir dan mencarinya.
Tiga Titik Hitam: shappp paman/Applaud/
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ: Itu aja sih masukkan dari saya kak
total 2 replies
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Lanjut baca ✌️
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Dititip dulu likenya. Nanti lanjut baca lagi
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Good kak ✌️
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Nah kan... Ini yang selalu saya pikirkan 🤣
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
666
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Dikirain namanya bakal punya marga. Ternyata enggak. Soalnya dilihat dari sampulnya sih ada bangunan fantasi abad pertengahan.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Sebenarnya sih lebih enak "Gak" daripada "Ga" waktu lihatnya kak
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ: Itu hanya menurut aku ya kak
total 1 replies
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Buwung nya ilang 🗿
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Pe and Kob. Keseringan kebaca jadi PeKob :v
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Saran kak. Supaya lebih enak dibaca harusnya begini "Layar laptopku mulai retak seperti pecahan kaca, padahal sebelumnya belum pernah terjatuh." itu aja sih kak.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ: Gpp kak. Saling berbagi ilmu. Saya juga ilmunya masih dikit ilmunya kak ✌️
Tiga Titik Hitam: ku lupa balas komenmu jir, saranmu oke udah kuliat dinovelmu bg—lumayan serap sedikit ilmu/Smile/
total 2 replies
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Jd keinget salah satu anime yang dimana villain utamanya terlalu op dan kalah sama MC karena karet gelang yg dilempar MC.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Gak usah pake prolog klo malas nulis prolog :v
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Mulyono /Hammer/
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Ngomong² soal "Citayam" jadi ke inget "Citampi Story"
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Dibagian "filem" bukannya lebih enakkan story atau alur ya kak? Nanya aja sih
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!