NovelToon NovelToon
I Became An Extra In My Own Story

I Became An Extra In My Own Story

Status: tamat
Genre:Action / Reinkarnasi / Sistem / Transmigrasi ke Dalam Novel / Masuk ke dalam novel / Transmigrasi / Tamat
Popularitas:6.6k
Nilai: 5
Nama Author: MagnumKapalApi

karya tamat, novel ini hanya pembentukan world-building, plot, dan lore kisah utama

kalian bisa membaca novel ini di novel dengan judul yang lain.

Karena penulisan novel ini berantakan, saya menulisnya di judul lain.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MagnumKapalApi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 4 - Menuju Bab 1 Bagian 2 (3)

Malam semakin larut, suara jangkrik menemani sepanjang malam, cahaya bulan menyinari dari luar jendela, aku masih terjaga malam ini.

Termenung dalam kasur dan selimut, otakku meronta, bayang-bayang selama enam tahun di dunia dalam novel, dunia yang hanya bisa kupahami dalam gambaran besar, tanpa prolog yang belum selesai ditulis, dan perubahan kisah dari sistem.

“Mengapa aku terjebak disini.” gumamku, larut dalam sunyi “apa yang aku lakukan selama enam tahun ini.”

Melihat para protagonis kecil berkembang pesat, kesedihanku semakin mendalam.

“Bagaimana jika kematianku menjadi nyata?”

Jujur saja, mati itu menakutkan, walau aku sering merasa bosan dengan hidup, namun dunia ini berbeda.

Kehangatan yang pernah hilang di kehidupan lamaku, kini kurasakan kembali.

Teman dan keluarga, rasa yang nyaris hilang.

“Daun sirih perawan?”

“Dalam premis itu hanya legenda rakyat.”

“Dianggap sebagai guyonan.”

“Namun sebagai penulis, itu nyata.”

Ku terbangun dari kasurku, duduk bersandar pada ujung kasur.

Desa Carrington, desa ini memberikan kehangatan lebih dari apapun, teringat masa kecilku dulu, dan kurasakan kembali.

“Mungkin hatiku melemah... Karena aku sekarang perempuan.”

Suaraku mengecil, tertunduk lesu, seperti lelah dalam perasaan hatiku saat ini.

“Haruskah kutinggalkan rumah?” pikirku, tak ada jalan lain untuk mencari daun sirih perawan.

Enam tahun berlalu. Kini, tahun 672 bulan 7 tanggal 9, pagi masih jauh dari kata terbit.

Aku mencoba menguatkan hatiku, mencoba menjadi sekuat 'Yoga Permana' lagi, pria yang mampu menjalani semuanya sendirian, pria yang mampu melawan kesunyian.

“Maaf, Dave, Liria.” ketusku pada sosok orang tua tubuh ini, mereka tertidur di kamarnya, ini kali pertamaku menyebut mereka dengan nama.

“Bodoh sekali, aku terlalu larut dalam kehangatan.” sembari membuka lemari pakaian.Tanganku meraih ransel kecil yang tersimpan dalam lemari.

“Aku harus pergi, untuk beberapa hari saja.”

Empat pasang pakaian kulipat dengan tujuh pakaian dalam.

Lalu buku catatan kecilku, berisi premis yang ditulis ulang, dan outline bab.

“Andai aku punya pena untuk menulis.”

Tentu saja, dunia ini menulis dengan sehelai bulu angsa dan tinta, tak semua orang punya tinta, hanya Dave untuk menulis jumlah panen.

Kulihat tabunganku.

“Yah, tak perlu membawa Gulden Belanda ini.”

Mata uang dunia ini, Gulden, berisi tembaga, perak dan emas.

“Premisku memang sempurna, sampai mata uang kuterapkan untuk World Building.”

Dalam batinku sedikit bangga, mata uang ini kuterapkan dari sejarah VOC, zaman kolonial Hindia Belanda, Gulden. Bergambar Ratu Wilhelmina.

Mata uang tahun 1897 dari dunia asalku.

Di dunia ini Ratu Wilhelmina adalah ratu pertama kerajaan Nusa.

Namun dalam benakku ada satu yang mengganggu.

“Aku pergi mencari daun sirih perawan, bukan untuk berbelanja.”

“Untuk apa membawa uang, lebih baik untuk kehidupan akademi nanti.”

Kubatalkan, untuk memasukan uang dalam ransel.

Untuk beberapa hari aku akan meninggalkan rumah, hanya sementara tak perlu meninggalkan surat, tinta juga tak ada.

“Urusan dimarahi belakangan, waktunya berangkat.”

Aku kembali keluar melalui jendela kamar, kini jendela tak terlalu tinggi dari dasar tanah.

Waktu sudah berubah. Aku melompat dan bergegas pergi.

Membawa sedikit persediaan, menuju Gunung Lunagen.

Aku tahu karena aku penulisnya, di gunung itu, Daun Sirih Perawan belum dipetik, dan terhitung banyak.

“Cukup untuk, membuat beberapa jamu.” pikirku, menghitung secara garis besarnya.

Gunung Lunagen berada di ujung timur, tempat dimana mata hari akan terbit. Tepatnya dari timur akademi.

Karena akademi jauh berada di barat desa Carrington, aku yakin daun sirih itu berada di sebelah timur desa.

Aku yakin dengan kekuatanku, aku hanya lemah diantara para protagonis kecil, untuk bertarung di alam liar, aku punya peluang.

“Aku juga perlu pengalaman nyata.” gigihku dengan langkah kaki menjauh dari rumah.

Perjalanannya jauh kami tidak memiliki kuda. Aku harus bersabar dengan berjalan kaki.

Kualirkan mana pada kaki.

Aku melompat dan berlari diantara bangunan desa, dari satu bangunan ke bangunan lain.

Kucondongkan tubuhku dengan membungkuk, lurus dengan kepala menghadap kedepan, untuk melawan arus angin saat berlari, membentuk ujung pisau.

Kecepatanku meningkat, karena angin terbelah dengan teknik yang kupakai, seakan angin itu mengibas kencang dengan langkah demi langkah kakiku, tangan terhempas kebelakang badanku.

“Ninja seperti inikah...?” ketusku dalam batin “sering kutonton saat dulu di bumi, filem sihir berkedok ninja.”

Bangunan terakhir kupijaki, aku bergegas memasuki hutan, dan melompat diantara dahan pohon.

Gelap, sudah setengah memasuki hutan. Langkah kakiku sudah menjauh dari desa, tak ingin terlihat siapapun.

“Feurzone.” rapalan sihir terucap oleh bibir.

Zona api mengelilingi tubuhku, untuk menerangi kegelapan dalam hutan.

Masih melompat dari dahan ke dahan, mungkin sudah dua jam terlewati.

Nafasku mulai terengah, dingin rasanya ditenggorokan. Hidungku kembang kempis.

“Belum...”

Masih belum kutemukan tempat untuk beristirahat, kuharap tak ada bahaya apapun.

“Lapar...”

Perutku berbunyi karena tenaga yang terbuang malam ini.

“Lelah...”

Lima jam kaki ini terus melompat dari dahan ke dahan, sudah terlalu dalam memasuki hutan.

Satu jam lagi, matahari akan terbit, aku harus terus berlari, menghindari bahaya.

Semakin cepat ku berlari, semakin minim bahaya menyerangku.

Aku hanya harus bertahan, sampai matahari terbit.

Lima jam tiga puluh menit, aku sudah tak kuat menahannya.

Kakiku berat, lemas, sakit, dan enggan bergerak.

Lompatan terakhir, aku mendarat di dahan yang sudah tak memiliki tenaga.

Brak!!

“Aduh!”

Aku terjatuh, di dekat danau dihadapanku.

“Hah, sebaiknya kuberhenti dulu, jarak ini tak mungkin ada yang menemukanku.”

“Matahari sedikit lagi terbit, monster nokturnal mungkin sudah kembali ke sarangnya.”

Kupaksakan kakiku berdiri, melangkah dengan gemetar. Menuju pohon.

Brak!!

Tubuhku terbanting pada pohon.

“Gila, usiaku baru sepuluh tahun, melompat dari dahan ke dahan selama hampir enam jam.”

Seperti latihan ekstrem, aku sedikit bangga melewati ini.

“Aku harus beristirahat sebentar, pagi nanti aku harus berburu untuk perutku.”

Sedikit rasa syukur dalam benakku, hidup di desa Carrington jauh dari ancaman monster.

Bahkan untuk jarak sepanjang lima jam dari desa, masih masuk wilayah aman.

“Ntah bahaya apa jika aku terus lanjut.”

Mataku terpejam, tertidur di waktu yang hampir pagi. Matahari suda mulai menampakan diri.

Mimpi, suara itu bergema, suara mantanku.

Aku bermimpi, seperti suara saat sebelum aku bertransmigrasi.

Mulya Rahmayanti Amalsyah

“Dasar penulis pemalas ini, berlari sejauh enam jam karena takut mati ya...” suara itu bergema dalam kepalaku yang gelap.

“Mulya?”

Bebanku serasa bertambah, dengan hal yang membingungkan.

“Ya ini aku... Wanita yang kamu cintai dulu.”

Namun suara itu menenangkan, aku semakin tenang dalam tidurku.

“Kamu selalu bilang aku ga peduli sama kamu di bumi...” suara itu bergumam “kamu tahu, aku ini adalah sistem yang kamu anggap menyebalkan, pembaca setiamu satu-satunya.”

“Aku sudah mati di bumi, bukan aku tak peduli.”

“Aku selalu berada dalam kamarmu, menemanimu menulis. Aku selalu tahu kamu.”

“Kamu sampai membuat tokohku sebagai laki-laki di di dalam premis novel ini.”

“Tapi harus kamu tahu, dia bukan aku, aku akan selalu memperhatikanmu, berikan yang terbaik ya...”

“Aku menanti versi terbaik dari dirimu.”

“Maaf, karena pernah menyakitimu.”

Basah, pipiku mengalir air, mungkin air hujan, mungkin juga bukan, namun hatiku sedikit tahu, aku sedang menangis.

1
AI
kata "di" dipisahkan jika menunjukkan tempat, lokasi, atau waktu.
xiang ma'ling sheng: saya catat kak
total 1 replies
AI
Kalau dialog tag itu ditulis didahului tanda koma sebelum tanda petik dan ditulis dengan huruf kecil.

Contoh salah: "Aku lelah." keluhku.

Contoh benar: "Aku lelah," keluhku.
xiang ma'ling sheng: oalahhh, oke catat pak
total 1 replies
AI
tanyaku
AI
Anak berusia empat tahun itu jatuh dengan kepala membentur batu. Sudah jelas ia akan mati karena pendarahan di otak. Mungkin jiwanya pergi, dan aku yang menggantikannya.
AI
Lala, anak pemilik tubuh ini, terjatuh dari atas pohon saat bermain sendirian. Kepala bagian belakangnya terbentur batu besar sehingga membuatnya tak sadarkan diri selama empat hari.
AI
Dave dan Liria memang tidak pernah memberitahuku apa yang terjadi sebelum aku terbangun. Namun, aku sempat mendengar mereka berbicara diam-diam di balik pintu kamarku.
AI
Tulisan di chapter ini sedikit lebih baik dari prolognya yang kek cacing kepanasan. Meski begitu, penggunaan tanda bacamu buruk, huruf kapital masih salah, dan kata-kata yang harusnya dipisah malah disambung.
xiang ma'ling sheng: catat pak, saya akan tulis ulang.
total 2 replies
xiang ma'ling sheng
Terimakasih untuk semua yang membimbing saya dalam menulis, saya akan terus berkembang.

Terimakasih sebesar-besarnya, tanpa kalian saya tidak akan pernah menyelesaikan rangka awal kisah ini.

Terimakasih untuk para reader yang sudah membaca kisah ini hingga volume 1 selesai.

Terimakasih atas dukungan kalian selama ini.

Novel ini tamat dalam bentuk naskah kasar. Saya berniat merapihkannya nanti dengan sudut pandang orang ketiga.

Sekali lagi saya ucapkan terimakasih.
xiang ma'ling sheng: Novel ini hanya awal pembentukan kisah utama.

Kisah utama sedang saya tulis dengan judul, Transmigration: Ki Hajar Dewantara Academy.

Untuk lebih lengkap silahkan cek di profil saya.
total 1 replies
AI
Layar laptopku bergetar pelan, garis tipis seperti retakan kaca merayap dari tengah, memecah warna menjadi semburan ungu pekat. Kilau cahaya menyelinap di celah-celah retakan, menyala seperti urat petir yang tertahan.

Aku menunduk lebih dekat. "Apa-apaan ini …." bisikku, tenggorokanku kering.

Celah itu melebar. Dari dalam, sesuatu merayap keluar, sebuah tangan legam, berasap seakan bara membakar udara di sekitarnya. Jari-jari panjangnya menancap di tepi layar, mencengkeram kuat, lalu menarik celah itu lebih lebar, seperti seseorang membuka pintu ke dunia lain.

Tangan itu terhenti. Perlahan, satu jari terangkat … lalu berdiri tegak. Jari tengah.

Narasi ini jauh lebih baik dan lebih enak dibaca.
AI: note, kata "masa-masa" w typo bjir, harusnya "sama-sama"
total 4 replies
Riska Mustopa
terus nulis sampe lu jadi bisa profesional
xiang ma'ling sheng: lah ada teteh /Facepalm/
bakal terus nulis sampai punya buku cetak sendiri
total 1 replies
Arlen࿐
aku yg komen di tiktok dengan nickname Arlen tadi, novel nya menarik bang, walau aku belum baca semuanya, semangat nulisnya!
xiang ma'ling sheng: wahhh makasih bg udah berkunjung, abang yang pertama dari tiktok baca novel ini
total 1 replies
Arlen࿐
kisah nyata kah?
xiang ma'ling sheng: sebagian nyata dan sebagian fiksi/Scowl/
total 1 replies
aurel
hai Thor aku sudah mampir yuk mampir juga di karya aku " istriku adalah kakak ipar ku
Nisa
elep sunda wkwkwk
Orang Aring
konsepnya menarik
Pramono
world buildingnya bagus, cuman bingung aja di pemetaan
xiang ma'ling sheng: kurang ahli soal pemetaan
total 1 replies
Sarah
lumayan
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
"Maaf… bukannya aku tidak ingin terlalu ikut campur dengan urusan kalian…" napasku terasa berat di dada. "Tapi aku juga bukan anak kalian." Pandanganku mengabur sejenak. "Aku hanyalah anomali. Penulis naskah yang entah bagaimana terjebak di tubuh Lala anak kalian…" batinku, sambil melangkah perlahan menuju jendela, seolah setiap langkah menambah beban di pundakku.

Kesannya lebih menyesakkan dan ada tekanan batin. Karena si MC ini tau, kalau dia kabur dari rumah tersebut. Orang tua asli dari tubuh yang ditempati oleh MC, akan khawatir dan mencarinya.
xiang ma'ling sheng: shappp paman/Applaud/
total 2 replies
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Lanjut baca ✌️
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Dititip dulu likenya. Nanti lanjut baca lagi
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!