Masa lalu membuat Sapphira Mazaya membenci suaminya. Namun, demi kedua buah hatinya, ia terpaksa menikah dengan Kaivandra King Sanjaya, ayah dari kedua anak kembarnya.
Kaivan melakukan berbagai cara hingga Sapphira mau menjadi istrinya. Rasa tanggung jawab atas hadirnya sepasang anak kembar yang baru ia ketahui tujuh tahun kemudian membuat ia harus rela hidup dengan kebencian dari perempuan yang kini berstatus sebagai istrinya.
Akankah Kaivan mampu merubah rasa benci di hati Saphira padanya menjadi cinta kembali seperti di masa lalu? Serta memberikan kebahagiaan yang bukan sekedar sandiwara untuk kedua putra dan putrinya?
Happy reading 🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sasa Al Khansa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SYKB 14 Trauma
Suami Yang Ku Benci (14)
Anak-anak langsung masuk ke kamarnya. Awalnya mereka ingin melihat sang bunda, namun di urungkan saat Kaivan bilang bunda sedang istirahat.
Kaivan hanya butuh waktu berdua untuk berbicara. Apalagi akhir-akhir ini ia merasa hubungannya dan istri membaik. Tidak sekaku sebelumnya.
Ceklek
Kaivan mengedarkan pandangannya dan tidak menemukan Saphira di kamarnya. Ia yakin Saphira ada karena mobil ada di rumah. ucapan ART pun meyakinkan dia bahwa saphira ada di rumah.
Kaivan berjalan menuju kamar mandi.
Ceklek
Tidak di kunci.
Deg
"Phira!!!," Kaivan langsung menuju bathtub dimana ia melihat istrinya memasukkan semua tubuhnya ke dalam air
"Phira, sayang." Kaivan tak peduli kasur basah. Ia menepuk-nepuk pipi Saphira mencoba menyadarkannya..Namun, nihil.
Ia langsung mengganti pakaian Saphira sebelum akhirnya ia membawa Saphira ke rumah sakit. Anak-anak di titipkan di rumah bersama pembantu mereka.
...*******...
" Bagaimana istri saya dok?,"
Setelah dilakukan penanganan, akhirnya kondisi Saphira sudah stabil dan kini sudah di tempatkan di ruang perawatan.
" Bersyukur bapak tepat waktu membawa pasien ke rumah sakit. Jika saja terlambat,hal yang lebih buruk bisa saja terjadi apalagi air sudah masuk ke dalam paru-parunya."
Kaivan mendengar dengan seksama penjelasan dokter. Hatinya gusar. Apa istrinya tertidur atau sengaja.
" Alhamdulillah janin yang dikandung pun bisa di selamatkan..."
Deg
"Maksud dokter, istri saya sedang hamil?,"
" Benar. Bapak belum tahu?,"
Kaivan menggelengkan kepalanya. Perasaannya masih belum bisa ia jelaskan. Yang pasti ia merasa senang sekaligus khawatir. Entahlah.
" Tapi, untuk lebih jelasnya sebaiknya setelah pasien sadar, segera lakukan pemeriksaan oleh dokter obgyn,"
Kaivan mengangguk.
Dokter pun menjelaskan tentang Saphira yang harus istirahat total.
Kaivan berjalan ke ruang perawatan Saphira. Ia sudah memberitahukan keadaan Saphira pada orang tuanya sekaligus menitipkan kedua anaknya karena ia harus tinggal di rumah sakit menemani Saphira.
" Apa yang kamu rasakan sekarang?," tanya Kaivan.
Sekalipun tadi dokter sudah memeriksa sesaat setelah Saphira sadar dan mengatakan semua baik-baik saja. Perasaan Kaivan belum tenang.
Saphira tidak menjawab. Pandangannya kosong. Ia menatap langit-langit.
" Anak kita selamat," jawab Kaivan saat melihat Saphira mengusap perutnya.
Saphira tak bergeming. Ia tetap pada kebungkamannya.
" Ini pak," Suster menyerahkan kursi roda yang diminta Kaivan. Ia akan memeriksakan kehamilan Saphira.
" Terimakasih,"
kalian langsung berdiri. "Kita harus memeriksakan keadaannya. Sekalipun dia selamat, kita harus memeriksakannya pada dokter kandungan" jelas Kaivan singkat.
Saphira membiarkan apapun yang dilakukan Kaivan termasuk memangkunya dan mendudukkannya di atas kursi roda.
" Semuanya baik-baik saja. Syukurlah. Aku tidak menyangka dia sudah ada selama enam Minggu di dalam perutmu," jelas Kaivan.
Pemeriksaan tadi membuatnya senang karena tahu usia kandungan Saphira sekalipun sang istri memang harus istirahat total karena kehamilannya yang lemah.
" Apa yang mengganggu pikiranmu?," tanya Kaivan karena dokter menyarankan untuk menjauhkan Istrinya dari stress. Menurut dokter, Saphira terlalu banyak pikiran dan itu tidak baik untuk kehamilannya.
Tidak ada jawaban. Saphira hanya mendesah.
"Kenapa kamu menyelamatkanku?,".tanya Saphira akhirnya.
Kaivan bingung dengan pertanyaan Saphira yang aneh.
Saphira berharap sudah pergi jauh dengan janin yang ia kandung. Namun, saat membuka mata dan ternyata ada di rumah sakit, ia sedikit kecewa.
" Apa maksudmu kenapa? Kau istriku, ibu dari anak-anakku. Tidak mungkin aku membiarkan kalian celaka ," jawab Kaivan.
" Tapi, aku tidak ingin selamat. Aku hamil, dan aku tidak mau," jawab Saphira datar.
Jeduarrr.
"Apa maksudmu. Dia anak kita. Kamu tidak bahagia?,"
" Tidak. "
Jawaban Saphira di luar ekspektasinya. Berarti kejadian tadi memang disengaja. Bukan kelalaian.
" Kenapa?,"
" Karena aku tidak ingin hamil lagi. Bukankah aku sudah bilang padamu?," jawab Saphira membuat Kaivan kecewa.
" Kenapa tidak ingin hamil lagi?,"
Saphira menutup matanya. Kilasan bayangan saat ia hamil terekam jelas. Kini kilasan itu berputar dalam ingatannya.
" Kehamilanku sekarang membuatku ingat saat hamil si kembar. Saat, aku di usir ayahku. Dihina orang karena hamil tanpa suami. Juga saat aku harus bekerja keras untuk bisa mendapatkan uang untuk biaya hidup kami," jelas saphira.
Kaivan tertegun. Saphira trauma. Inikah yang membuatnya enggan hamil lagi? Sampai berniat pergi untuk selamanya dengan janin dalam kandungannya?.
TBC