CINCIN AMERTHA

Setelah melaksanakan sholat isya sendirian, rudi kini tengah berbaring di ruang tamu. Sembari menatap layar ponselnya untuk sekedar iseng-iseng mencari tanaman apa yang lagi viral tersebut.

Cling!!

Sebuah pesan masuk ke dalam aplikasi warna ijo yang berlogo telpon itu, rudi memicingkan matanya melihat nomor yang tidak dikenal memberikan pesan.

[Selamat malam mas rudi, ini saya micel ingin mengabarkan besok lusa kita memesan lagi buah durian sebanyak dua truck apakah bisa?] Tulis pesan tersebut.

"Waduhh..kalau 2 truk mah butuh lebih banyak pohon durian, sedangkan di ruangan itu hanya 10 pohon" gumam rudi.

Ia pun tidak membalas pesan itu, melainkan dia mencari kontak si penjual bibit pohon durian.

"Semoga masih bisa"ucap rudi sambil melihat jam diponselnya menunjukkan jam 8.30.

Ia segera menelpon si penjual bibit itu, dan panggilannya langsung terhubung.

[Iyaa..halo selamat malam] ucap suara tersebut.

[Assalamualaikum pak, selamat malam...saya rudi yang kemarin membeli bibit pohon durian...saya mau beli lagi sebanyak 20 bibit apakah bisa sekarang?] Tanya rudi.

[Waalaikumsalam, maaf mas kebetulan lagi kosong pohonnya..kalau mau ini ada bibit pohon mangga miyazaki]jawabnya.

[Miyabi??...mangga apa itu pak..saya baru dengar]ucap rudi sambil menggaruk kepalanya.

[Miyaki mas..mangga dari jepang yang buahnya sangat lembut seperti jelly...sekarang lagi mahal buahnya satuannya bisa 200 ribuan] ucap si penjual.

[Wah..kalau gitu saya mau deh pak..berapa harga bibitnya pak?] Tanya rudi yang semangat.

[Ini lumayan mahal pak..karna asli saya jual 200 ribu perpohon dan ini sudah setinggi satu meter] jawab si penjual.

Rudi tak berpikir lama ia langsung memesan sebanyak 20 pohon dan dirinya segera mengiyakan harga pohon tersebut tanpa menawarnya, karna ia pasti untung banyak dalam menjual buah mangga tersebut, lalu si penjual bisa mengirimnya besok pagi.

Setelah membayar uang muka sebesar 1 juta, rudi kini menaruh ponselnya dan lupa untuk keluar dari aplikasi hijaunya rudi langsung tidur saja, karna besok pagi sekali dirinya harus bangun mengambil buah durian itu untuk putrinya.

*

*

Kini dikamarnya micel sedang tengkurap di tempat tidurnya, dari tadi berkali-kali menelpon rudi namun tidak tersambung, pesan darinya juga hanya dibaca.

"Apa aku salah yaa..menelpon malam-malam begini tapi di statusnya dia sedang aktif, atau jangan-jangan yang pegang ponsel istrinya..atau dia lagi sibuk sama pacarnya?" Ucap micel menerka-nerka.

"Ish..kenapa gue jadi mikirin dia sih, bodo amat dia mau punya istri apa pacar juga, apa pedulinya gue..yang penting ini mah bisnis..dan gue harus secepatnya urus semua ini" kata micel bermonolog. Karna dia harus segera membuat stok durian di gudangnya, untuk berjaga-jaga kalau kliennya yang ada diluar negeri menginginkannya lagi. Perusahaanya kini sudah bekerja sama dengan toko buah yang ada di singapore dan hongkong jadi dia harus bekerja siang dan malam untuk mengekspor buah itu ke dua negara tersebut.

2 jam micel menunggu jawaban dari rudi namun tak ada balasan, ia sampai ketiduran sambil menatap layar ponselnya.

Keesokan paginya suara adzan subuh sudah berkumandang jelas, rudi terbangun segera melihat jam yang kini sudah menunjukkan angka 4.45. rudi pun terkejut kenapa dirinya telat bangun. Dia segera mengambil ponselnya dan ternyata mati karna kehabisan daya.

"Aduh..kenapa gue lupa ngecharge yaa" ucap rudi sambil bangun dan menyolokkan charge ke ponselnya yang mati itu.

Lalu rudi segera mandi dan persiapan untuk sholat.

Sesudah sholat, ia bingung memilih mana yang akan dilakukannya terlebih dahulu yaitu membuat sarapan atau memetik buah durian dari ruang ajaibnya.

Sedangkan jam sudah menunjukkan pukul 05.00, rudi terus berpikir akhirnya ia memutuskan untuk membuat sarapan untuk putrinya itu.

Di sela-sela memasak, rudi seperti biasa membangunkan putrinya yang masih terlelap.

Ia pun kini ada ide agar anaknya langsung terbangun, rudi segera keluar dari kamar dan mematikan kompornya dan bergegas keruang ajaibnya untuk mengumpulkan buah durian terlebih dahulu.

Setibanya diruangan, ia seperti biasa disambut oleh suara yang tak ada wujudnya itu. Dan dilanjutkan dengan perkataannya.

[TUAN, JIKA INGIN MELIHAT KONDISI TANAMAN DIDALAM RUANG INI, TUAN CUKUP MENUTUP SALAH SATU MATA DAN MATA LAINNYA MELIHAT KE ARAH CINCIN DENGAN CARA DIDEKATKAN KE SEBELAH MATA YANG TERBUKA].

rudi kini sudah paham, ia tak perlu lagi bolak-balik kedalam ruangan ini untuk sekedar mengeceknya.

"Terima kasih sudah memberitahu ku" jawab rudi.

Setelah buah itu jatuh dari pohon dengan sendirinya, rudi mengambil satu buah lalu membawanya keluar ruangan dan buah itu kemudian di belah dan membawanya menuju ke kamar putrinya.

Belahan buah durian itu langsung didekatkan ke wajah anaknya, tiba-tiba hidung putrinya itu bergerak dan mengendusnya disertai dengan mulut yang mengunyah sesuatu.

Rudi segera menyembunyikan buah itu dibawah tempat tidur putrinya, aiza kini perlahan-lahan membuka matanya dan sudah melihat ayahnya di samping tempat tidurnya.

"Ayahh...barusan aku mimpi makan durian dan aromanya wangi sekali" ucap aiza sambil mengusap muka dengan kedua telapak tangannya.

"Hahaha..benar kah, trus enak ga duriannya" jawab rudi terkekeh, ia sudah berhasil mengerjai putrinya.

"Ko ketawa si yah...tapi aku lupa rasanya yah..durian itu langsung menghilang" ucap aiza yang melihat ekspresi ayahnya.

Rudi kemudian membukkan badannya lalu mengambil buah durian itu dan mengangkatnya.

"Taadaaa!!...ini kan buah yang kamu impikan tadi" ucap rudi sambil mendekatkan buah itu di wajah anaknya.

"Waaahhh...jadi mimpi itu nyata yaa yah...aku mau" teriak aiza yang matanya berbinar karna senang melihat buah yang sangat menggiurkan itu.

"Eitss...mandi dulu abis itu sholat..dan sarapan..biar tidak sakit perut" ucao rudi sambil menarik kembali buah itu.

Tak mengatakan sesuatu apapun, Aiza langsung melompat dan berlari mengambil handuk lalu keluar kamar menuju kamar mandi.

Rudi hanya tersenyum melihat putrinya yang lincah itu, ia segera kembali kedapur untuk melanjutkan memasak.

30 menit kemudian aiza sudah keluar dari kamarnya dan sudah rapi dengan seragam sekolahnya sambil menggendong tas ransel yang bergambar boneka barbie.

Ia segera menuju ketempat makan yang sudah siap dengan sarapan nasi goreng telur mata sapi dan segelas susu serta sepiring buah durian yang sudah dikupas oleh ayahnya.

Sebelum makan, ia terlebih dahulu membaca doa agar makanannya tidak diambil oleh setan.

Setelah berdoa, aiza dengan lahap memakan makanan itu sambil sekali-kali melihat daging buah durian itu.

Rudi hanya tersenyum sambil menyuci piring, dan melihat anaknya tak sabar ingin memakan buah itu.