Apa mungkin gadis kaya itu mencintai pria miskin sepertiku dengan tulus?
Namaku Aditya Pratama, aku adalah seorang musisi jalanan yang setiap hari harus menjajakan suaraku untuk mencari nafkah.
Aku lahir dan besar di Bandung, sudah setahun ini aku merantau di Ibukota untuk mencari pekerjaan agar aku bisa mendapatkan pekerjaan yang layak untuk menghidupi Ibu dan juga Adikku.
Malang betul nasibku, setahun sudah berlalu sejak pertama aku datang ke kota ini, tapi aku belum juga mendapatkan pekerjaan dan akhirnya aku harus tetap mengamen untuk menyambung hidup.
Dalam pekerjaanku tak jarang pula aku menghibur sepasang kekasih dengan suaraku, menyanyikan lagu-lagu cinta untuk mereka.
Tanpa pernah berpikir bagaimana dengan kehidupan cintaku sendiri, selama ini aku memang tak pernah memikirkan hal itu, saat ini yang terpenting bagiku adalah bagaimana caranya agar aku bisa menghidupi Ibu dan Adikku.
Tapi semua itu berubah semenjak aku mengenal seorang gadis bernama Riri, gadis cantik dan kaya raya anak pengusaha ternama dan sukses di negeri ini.
Apakah mungkin gadis populer, cantik dan juga kaya raya sepertinya mencintaiku yang hanya seorang pengamen jalanan.
UPDATE SETIAP HARI
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ega Aditya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ROY
Pada keesokan harinya aku bersiap dan berpakaian rapi karena memang siang ini aku sudah berjanji pada Riri untuk bertemu di depan kampus dan pergi mencari kue sebagai perayaan satu bulan kami bersama. Lalu di lanjutkan dengan makan bersama Om Suryo pada malam harinya.
Aku pun menunggu di depan gerbang kampus karena memang selepas jam Istirahat Riri sudah tidak ada kelas lagi.
"Udah lama bro?" Sapa Riri yang baru keluar kampus.
"Nggak kok, baru sampe nih sist." Sahutku.
"Yuk berangkat, sebentar aku panggil Pak Iwan dulu."
"Eeeeh nggak usah, hari ini aku mau ngajak kamu naik angkutan umum."
"Apaaaaaaaah?" Kata Riri Lebay.
"Kenapa, nggak mau?"
"Bercanda, ya mau dong yuk kita berangkat."
Kami berdua pergi menuju halte di dekat kampus, tapi tak lama berselang ada seseorang yang memanggil nama Riri, sontak kami pun menoleh mendengar nama Riri di sebut, dan ternyata itu Roy bersama dengan teman-temannya yang baru saja keluar dari kampus.
"Eh temen-temen lihat tuh Tuan Putri kita masa jalan sama gembel dekil gitu." Kata Roy kepada teman-temannya yang kemudian di sambut tawa dari mereka semua.
"Tau tuh mau aja ya si Riri sama orang susah begitu, pasti mau morotin uang nya doang kan ya." Sambung salah satu dari mereka.
Aku pun mengepalkan kedua tanganku dan hendak menghampiri mereka, aku pasti sudah menghajar mereka saat itu jika saja Riri tidak menghentikan langkahku.
"Sudah sayang jangan di ladenin, mereka cuma iri sama kita yang penting kan aku nya Cinta banget sama kamu." Kata Riri dengan nada yang agak keras.
"Hahahahaha udah miskin pengecut pula." Ucap salah satu teman Roy dan kemudian mereka semua tertawa terkecuali Roy yang terlihat sangat emosi mendengar kata-kata Riri.
Kami berdua pergi meninggalkan mereka menuju Halte itu.
"Dit kamu Inget nggak, di halte ini kita pertama janjian pergi bareng."
"Oh iya juga ya halte penuh kenangan ini."
"Iya karena hari itu banyak kejadian nggak terduga yang bikin aku kagum sama kamu."
"Jelas lah, siapa dulu? Adiiiit."
"Iiiih sombong banget sih kamu." ucap Riri sambil mencubit pinggangku.
Tak lama bus tujuan kami pun datang, kami menaikinya, namun tak di sangka ternyata semua kursi sudah penuh dan akhirnya kami pun berdiri.
"Pegel ya Ri? Maaf ya aku kira nggak bakalan penuh."
"Nggak apa-apa Dit, seruuuu, aku baru pertama kali lho naik angkutan umum kaya gini."
Lalu kemudian kernet bus berkeliling meminta ongkos dari semua penumpang hingga tibalah giliran kami.
"Adit tolong ada cowok colek-colek aku kayaknya dia mau minta uang deh." Ucap Riri panik.
"Hahahahahaha itu namanya kernet Ri dan tugasnya emang minta ongkos sama penumpang, maaf ya pak, ini ongkosnya."
Terlihat wajah Riri yang memerah karena malu di perhatikan oleh seisi bus.
Tak lama berselang tiba-tiba saja sopir bus menginjak rem secara mendadak karena sepertinya tidak melihat bahwa di depan ada orang yang sedang menyebrang.
Sontak saja Riri yang berdiri di sebelahku jatuh kearahku dan kemudian aku memeluk nya dengan erat, dan tanpa sengaja bibir mungil nya jatuh ke arah pipiku, itu membuatnya terdiam semakin malu.
"Sengaja ya?" Kataku mengejeknya.
"Enak aja." Wajahnya kembali memerah.
"Sengaja juga engga apa-apa kok." Akupun terus mengejeknya.
"Berisik." Balasnya.
Kugenggam erat tangannya hingga tak terasa kami sudah sampai di tempat tujuan.
"Mbak aku mau ngambil pesanan ku yang semalam dong yang atas nama Ari." Ucap Riri.
"Ari siapa hayo, selingkuhan kamu ya."
"Ari itu singkatan Adit Riri tau."
"Hahahahaha Lebay."
"Bodoooo."
"Ri tunggu sebentar disini ya, Adit ke depan dulu."
Aku pun menuju kasir dan bermaksud hendak membayar kue tersebut sebagai kejutan untuk Riri.
"Mbak aku mau bayar pesanan kue atas nama Ari."
"Sebentar ya Mas, oh atas nama Ari totalnya jadi Rp 2.300.000 mas, mau cash atau kartu?"
"Maaf berapa Mbak? bener 2,3 Mbak?"
"Iya Mas."
"Oh ya sudah Mbak aku bayar cash ini uangnya."
Habis sudah semua tabungan pribadiku karena membayar kue tersebut, aku mengambil tabunganku yang hanya Rp 2.500.000. Itu pun hasil menabung selama 4 bulan, tapi tak apa demi Riri aku rela.
"Jadi berapa semua Mbak?" Tiba-tiba Riri sudah ada di belakangku.
"Kue atas nama Ari ya Mbak, sudah dibayar tadi Mbak sama Mas nya."
"Adiiiit apa-apaan sih kamu, harga kuenya kan lumayan."
"Surprise."
"Issssh kamu tuh ya, ada aja kelakuannya."
"Iya dong sekali-sekali aku yang bayar, masa kamu terus."
"Gak apa-apa nih?"
"Santai masih ada kok uang aku."
"Ya udah yuk kita pulang udah agak sore nih takut Papa nunggu."
Dan akhirnya tibalah kami di rumah Riri.
"Eh anak-anak Papa sudah pulang." Sambut Papa Riri.
"Hai Om, sehat Om?" Sapaku.
"Sehat Nak Adit, kamu sendiri gimana betah pacaran sama anak manja ini."
"Ngga betah Om." kataku dan kemudian Riri pun mencubitku.
"Bercanda Om, betah banget kok, Riri pacar Adit yang terbaik."
"Iya lah yang terbaik, emangnya mau dibandingin sama siapa, aku kan pacar pertama kamu." Goda Riri.
"Dan terakhir." Ucapku melengkapi kata-kata Riri tersebut.
Om Suryo pun tertawa melihat tingkah kami berdua.
"Jadi Inget waktu Om muda." Ujarnya.
"Ayo kita masuk, sepertinya matahari sudah mau terbenam." Kata Papa Riri lagi.
Akhirnya kami pun makan malam bersama hari itu.
"Nggak sangka ya Nak Adit bisa pacaran sama Riri padahal waktu pertemuan pertama Om kan sempat salah paham dan nggak suka sama kamu." Papa Riri membuka obrolan di meja makan itu.
"Lalu kenapa Om setuju Om, lagipula Adit kan bukan berasal dari keluarga berada."
"Karena Om lihat kamu itu anak yang baik, jujur dan terlebih bisa membahagiakan Riri, dan ada satu alasan yang Om tidak bisa sebutkan."
"Wah alasan apa itu Om?"
"Rahasia Nak, mungkin suatu saat Om akan memberitahukannya sama kamu."
Terdengar suara bel rumah ditengah-tengah obrolan kami.
"Biar Riri yang buka Pah."
Riri beranjak menuju pintu depan untuk melihat siapa yang datang, namun 10 menit berselang dia belum kembali juga.
"Dasar anak ini, membukakan pintu saja lama sekali." Ujar Papa Riri.
"Ya sudah Om biar Adit lihat kedepan."
Aku pun menyusul Riri ke pintu depan, ternyata yang bertamu malam itu adalah Roy yang sedang bersimpuh di depan Riri menyatakan cintanya.
"Udah berkali-kali aku bilang Roy aku tuh nggak suka sama kamu, please kamu pergi dari rumahku sekarang." Ucap Riri.
Kemudian aku menghampiri mereka berdua.
"Ada apa Ri." Aku bertanya pada Riri.
"Ini Dit tolong aku, si Roy nih maksa-maksa aku buat nerima cintanya."
Roy bangkit berdiri dan berkata sambil menunjuk ke arah wajahku.
"Ngapain nih pengamen ada dirumah kamu malam-malam gini Ri, heh pengamen lu tuh ngga cocok ada di sini, ngerti lu."
"Apaan sih Roy, asal kamu tau ya Adit ini pacar aku, walaupun dia hanya pengamen dia beribu-ribu lebih baik daripada kamu, ngerti kamu? Sekarang mending kamu yang pergi dari sini deh." Ujar Riri membelaku.
Roy semakin emosi mendengar kata-kata Riri dan melangkah menghampiriku hingga akhirnya ia menggenggam kerah bajuku.
Melihat Itu Sontak Riri tersulut emosi lalu meraih kue yang kami beli dan diletakan di meja Ruang tamu itu, tanpa kami duga ternyata kue tersebut di arahkannya ke wajah Roy.
ceritanya...👍👍👍👍
tapi gw support banget dengan karya lu bg, walau banyak yg bilang mutar mutar tapi gw suka, spesifikasi dari setiap aktor nya jelas dan dapet, jadi bisa memahami hampir seluruh peran yang di bicarakan, dan menurut gw itu sih adrenalin banget.
lupain aja kata orang, mereka belum pernah baca novel one piece, dan lainnya kali lebih panjang dan blibet di tambah flashback nya wkwk
the best, gw support lu